Lima (Awal)

110 5 0
                                    

Maaf ya karna udah ga sabar jadi ceritanya di published sekarang.
_______________________________________

Sudah hampir 1 minggu, aku dan Gavin bertukar kabar. Lusa adalah hari terakhir Gavin libur. Istilah anak Pelayaran ya PESIAR. Gavin memutuskan untuk mengajakku ke suatu tempat. Dia bilang lagi pengen cari yang seger. Ini adalah pertama kalinya aku bisa jalan berdua. Sebenarnya aku takut dan malu hehe. Takut jadi bahan gosipan dan malu karna dia adalah orang yang pernah aku sukai dulu.

"Besok aku jemput jam 9 ya. Sekarang istirahat udah malem."

"Oke, ini juga mau tidur. See u."

"See u too."

Itu adalah percakapan aku dan Gavin dimalam sebelum esok hari aku akan pergi dengannya. Mimpi apa aku bisa pergi bersama dia. :")

Matahari memancarkan sinarnya hingga menembus jendela kamarku. Ya Allah sudah pagi saja. Belum siap rasanya aku bertemu.
Aku bergegas untuk mandi dan bersiap. Aku menunggu kabar darinya.
"Udah siap? " begitu tanyanya.

Huft gak ada romantisnya sama sekali ni anak. Ucapin selamat pagi dlu kek. Duhhh menghayal aku bisa seperti itu.

"Udah siap kok."

"Ya udah tunggu ya. Bentar lagi sampe."

Tidak ada 10 menit aku menunggu. Dan dia sudah ada di depan rumah.
Aku berpamitan kepada nenekku. Dan langsung bergegas pergi.
Aku menanyakan pada Gavin akan kemana kita.
Dia menjawab "Kita ke Tanjung Sari ya."
Aku hanya mengangguk pelan.

Tanjung Sari, salah satu tempat wisata keluarga di Kabupaten Wonosobo. Ya hanya kebun teh memang. Tapi banyak yang berdatangan kesana hanya untuk duduk-duduk atau mengadakan acara keluarga.

Sesampainya disana, aku dan Gavin mencari tempat duduk yang sedikit lebih tinggi agar bisa melihat pemandangan dibagian bawah. Disana sedang ada acara club motor. Alhasil terlihat sangat ramai.

"Duduk dusini aja." ujar Gavin.
"Okey deh."

Kami berdua duduk di kursi bambu panjang. Awalnya tak ada percakapan. Karna jujur saja, aku sedikit kelelahan karna berjalan lumayan jauh untuk sampai di kursi ini.

"Gimana sekolahnya?" tanya Gavin.

"Udah selesai UN. Bentar lagi Wisuda, terus lanjut SMA hehe. Kalo kamu?"

"Ya gini-gini aja si. Alhamdulillah aja bisa pulang kesini. Besok udah sekolah lagi. Mau UKK juga."

"Di SMK situ enak?"

"Ya gitu lah. Tau sendiri deh. Fira rencana mau lanjut kemana?"

"Belum tau ni. Kayaknya tahun ini Zonasi. Jadi harus ikut Kartu Keluarganya mana."

"Emang KKnya mana?"

"Orang tua di Purwokerto."
Seketika Gavin terdiam.

"Kenapa?." tanyaku.

"Berarti kalau KK Wonosobo ga bisa di pake. Pindah ke Banyumas?"

Aku tertawa kecil, "Iyaa gitu. Mau gimana lagi?"

"Mau pindah biar deket aku ya?"

"Ngaco. Kepedean deh." Percakapan itu selesai. Kami berdua langsung terdiam.

"Gavin beneran udh ga sama mba Amel? Dari kapan?"

"Udah lama."
Ihhh ni orang kenapa si, kok jadi cuek gini jawabnya, kataku dalam hati sambil mengangguk pelan.
Aku tak melanjutkan pertanyaan itu. Takut salah.

Gavin merasa bosan rupanya. Dia mengajakku untuk ke bagian bawah dan mengelilingi area kebun teh. Setelah itu memutuskan untuk pulang. Saat di parkiran motor Gavin bertanya,
"Makan yuk. Mau makan apa?"

"Terserah aja,Hehe."

"Kayaknya kemarin ada yang bilang pingin makan mie ayam. Ayok makan mie ayam."

"Ha? Masih inget aja. Ya udh iyaa, makan mie ayam aja."

Perjalanan kali ini sudah tak begitu canggung. Ya kami membicarakan tentang guru-guru di SMP. Maaf ya pak, bu. Kami pernah ngomongin di belakang (Tapi yang baik-baik kok) hehe. Maklum saja, satu SMP jadi pernah merasakan diajar guru yang sama.
Kami berjalan ke arah Kecamatan Selomerto. Menuju ke tempat membeli mie ayam. Orang Wonosobo pasti tau, Mie Ayam Ceker Mercon Selomerto.

Sesampainya disana, Gavin memesan 2 Mie ayam dan 2 es jeruk. Ketika mie ayam datang, kami berdua langsung meracik mie ayam kami. Aku lebih senang makan mie ayam dengan kecap yang banyak dan sambal. Sedangkan Gavin memilih untuk memberikan kecap, saus sambal dan sambal. Dengan takaran yang pas tidak berlebihan sepertiku hehe.
Setelah menghabiskan mie ayam, kami berdua tak langsung pulang. Sempat-sempatnya Gavin mengajakku mengobrol dan penasaran dengan isi tas ku. Padahal waktu sudah menunjukkan pukul 2 siang.
Setelah dia membongkar isi tasku dia berkata, "Dasar perempuan. Dompet, bedak, lipstik, apalah itu pasti selalu ada ditasnya."
Aku hanya tertawa saat dia berceloteh tentang isi tas ku.

"Ayo pulang, udah hampir jam 3. Nanti kamu balik ke Purwokertonya kesorean." begitu ajakku.

Tanpa basa-basi kami berdua langsung beranjak dari tempat duduk, membayar di kasir dan langsung bergegas pulang.

Tak sampai 20 menit aku sudah berada di rumah. Gavin mengantarku dan langsung pulang ke rumahnya.
"Udah sampe di rumah?"

"Iya udah. Ini mau langsung berangkat ke Purwokerto."

"Hati-hati dijalan ya. Terimakasih untuk hari ini."

"Okey sama-sama."

"See u next time."

Dan dia langsung menghilang begitu saja. Maksudnya langsung mematikan ponselnya.
Aku menunggu kabar dari Gavin. Dan hasilnya percumah. Hingga malam tak ada kabar darinya.
Positive thinking saja. Mungkin dia lelah.
.
.
.
Bagaimana?
Bantu like, comment, and share ya ❤
Dukungan kalian adalah semangatku.

PENANTIAN BERHARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang