Tiga (Pilihan)

151 6 0
                                    

HARI MINGGU PUN TIBA.

Latihan hari ini sudah ku tunggu sejak 3 hari lalu. Ya memang sering aku melihatnya. Tapi hari ini benar-benar membuatku terus tersenyum. Rasa penasaran selalu ada dipikiranku. GAVIN, GAVIN, GAVIN. Huft dia yang selalu terlintas.

"Fira, jadi berangkat bareng-bareng kan?" muncullah notifikasi dari HPku.
Ternyata Desi yang menghubungiku.
"Iya Des, OTW ni. "
Ya, aku sudah janjian dengan teman-temanku untuk berangkat bersama.

Aku, Desi, Martha, Marsya, sudah sampai di tempat latihan.
Masih sepi rupanya. Tapi sudah ada coach Ari yang sedang menata bola basket di area lapangan.
"Pagi coach." sapa kami berempat.
"Pagi. Sip tepat waktu." begitu balasnya sambil mengangkat jempol tangan kanannya.
Hmmmm tepat waktu, ada apa ini?

Semuanya sudah berkumpul di sana. Coach Ari meminta untuk berbaris dan melakukan pemanasan. Setelah selesai pemanasan, coach Ari memberikan arahan.
"Setelah ini silahkan lari keliling lapangan 12 kali. Untuk Fira, Martha, Desi, Marsya cukup 10 kali karna kalian berangkat tepat waktu". Begitu ujarnya.
Terlihat banyak yang mengeluh saat coach Ari berbicara seperti itu. Walau berbeda 2 putaran saja, tapi itu menguntungkan bagi kami hehe.

Setelah selesai keliling lapangan, coach Ari membiarkan kami beristirahat dan mendengarkan arahan selanjutnya.
Latihan hari ini adalah latihan konsentrasi dan kekompakan.
Kami diminta membentuk lingkaran dengan acak, melakukan chest pass (lemparan dengan dua tangan di depan dada) dan memanggil nama pemain yang ada di samping kanan atau kiri kami.

Semua memahaminya dan langsung melakukan sesuai dengan arahan.
Di samping kananku adalah senior perempuan, namanya Icha. Di samping kiriku adalah Tegar teman satu angkatanku.
Coach Ari meniup peluit yang artinya kami harus memulainya.
Terkadang ke arah kanan, kadang ke arah kiri. Dan bisa saja ada 2-3 bola yang ada di putaran lingkaran ini.

SANGAT MENYENANGKAN. Aku bersebrangan dengan Gavin. Aku bisa melihat jelas ketika ia memanggil nama Faishal dan Desi yang ada di samping kanan dan kirinya dengan sangat cuek. Walau begitu dia tetap membuat yang lain fokus.

Coach Ari meminta kami menyudahi latihan hari ini. Banyak materi baru juga yang coach Ari berikan. Beliau meminta kami sedikit serius saat latihan pada hari Selasa karna akan ada pemilihan untuk lomba.
Hari ini sangat menyenangkan bisa melihat wajah serius Gavin.

Saat aku sedang diperjalanan pulang di grub bu Tanti memberikan informasi bahwa hari senin akan diadakan seleksinya untuk perlombaan di Kabupaten. Jujur aku merasa bingung, karena kedua ekskul itu sedang sama-sama mempersiapkan lomba.

Hari Senin Tiba,
Setelah pulang sekolah teman-teman sudah bersiap untuk seleksi. Seperti biasa pemanasan terlebih dahulu.
Sistem seleksinya adalah mencontoh gerakan bu Tanti.
Banyak sekali gerakan-gerakan yang sebelumnya pernah aku lakukan. Dan aku tidak kesulitan untuk hal itu.
Pemilihan ini langsung di umumkan oleh bu Tanti. Benar saja dugaanku.
"Yang terpilih adalah Fira, Putri, Ditha, Vika dan Listi. " Begitu kata bu Tanti.
Beliau memberi informasi bahwa latihan akan dilakukan setiap hari karena lomba akan dilaksanakan 10, hari lagi.
What? Artinya aku harus memilih salah satu.

Saat dirumah aku mencoba untuk bertanya pada bunda melalui ponselku.
"Bun, aku dipilih untuk mengikuti lomba tari di Kabupaten. Tapi ekskul basket juga lagi ada pemilihan untuk lomba. Gimana ya bun?"
"Lebih baik kakak fokus satu saja dulu. Kakak sudah lebih dulu dipilih untuk lomba Tari. Bicarakan dengan coach Ari. Sebelum latihan basket besok kakak temui coach Ari. "
"Okey bun."

Hari selasa ini aku diminta untuk dispen. Ya bersama Vika, Ditha, Listi, Vika dan Putri. Kami berlatih dipandu oleh bu Tanti. Benar-benar melelahkan, sampai lupa harus menemui coach Ari.
Aku lari menuju arah lapangan. Terlihat coach Ari sedang duduk di pinggir lapangan. Dengan masih tersampirnya kain batik di pundakku aku menghampiri coach Ari.

"Sore coach. Maaf tidak bisa ikut latihan." begitu kataku.
"Kenapa Fir? Padahal saya berharap kamu bisa ikut lomba ini."
"Fira terpilih untuk lomba Tari coach. Dan bunda menyarankan untuk memilih salah satu dan mengkonsultasikan kepada coach Ari. "
"Gak bisa kamu latihan di bagi? Lomba ini 14 hari lagi kok."
"Lomba tarinya 9 hari lagi coach. Memang ini pilihan yang berat."
"Ya sudahlah. Coach Ari tidak bisa memaksakan. Ibumu juga lebih memfokuskan kamu disana."
"Sepertinya Fira ga bisa lanjutin lagi coach."
"Ya tidak apa. Semangat ya buat lombanya. Besok waktu temen-temen bertanding, coach minta kamu ada disana ya semangatin temen-temen lainnya."
"Oke coach. Fira lanjut latihan dlu ya coach."
"Oke semangat."

Saat aku sedang menuju ruang latihan tari, terlihat Martha, Desi, Marsya yang terheran-heran kenapa aku tak ikut berlatih bersama mereka.
Ruang latihanku ada didekat lapangan basket. Jadi saat aku istirahat latihan aku bisa melihat mereka sedang fokus memperhatikan coach Ari dan GAVIN.
Tak terlepas dari pandanganku ketika dia berpindah posisi.
Andai saja berkenalan lebih jauh.

Hari-hari berjalan begitu saja.
Sering saat aku sedang latihan untuk lomba Tari, teman-teman basketpun sedang berlatih untuk lomba. Aku selalu menyapa coach Ari saat selesai latihan. Ingin sekali rasanya bergabung disana.
Aku mendapatkan informasi bahwa lomba basket dan lomba tari bersamaan. Ya Allah kalau aku memilih keduanya bagaimana ya? Untung saja aku memilih salah satu. Walau itu berat.

Hari H lomba.
Rasa nervous menghantuiku. Rasanya ingin sekali cepat selesai dan langsung menonton lomba basket. Tak sabar aku bertemu si cuek itu.
Tak lama dari aku berfikir seperti itu, aku dan teman-temanku dipanggil untuk menunjukkan gerakan kami. Yang mengikuti lomba ini adalah siswa-siswi SMP & SMA. Tak banyak yg mengikuti. Dan itu membuat lomba ini terasa singkat.
Sebelum jam 12 lomba itu sudah selesai. Dan sangat mengejutkan aku dan teman-temanku mendapatkan JUARA 2. Dan yang mendapatkan juara 1 adalah siswi SMA ternama di Kabupaten Wonosobo. Tidak sia-sia rasanya latihan setiap hari.

Aku memutuskan untuk mengajak teman-teman melihat pertandingan basket. Tepat sekali. Sesampainya disana para pemain putra sedang bertanding. Sudah quarter ketiga ternyata. Sebentar lagi selesai dan giliran pemain putri.
Yess menang. Aku melihat wajah lelah dari Gavin. Dan saat mataku tak henti memandanginya, terlihat dia dihampiri oleh seorang perempuan yang tak asing bagiku. Oh iya, dia adalah kakak kelasku. Terlihat mereka sangat akrab dan aku tak asing lagi dengan jaket yang di kenakan mba Amel. Jaket itu milik Gavin. Aku sudah sedikit paham tentang ini semua. Pandanganku dibuyarkan oleh Marsya yang duduk disampingku.
"Hayoo liatin Gavin ya. Sudahlah pupus harapanmu. Dia sudah punya pacar."
Tak ku gubris perkataan Marsya dan aku langsung terfokus dengan permainan tim putri kali ini.
Saat quarter ketiga aku memutuskan untuk pulang. Aku berpamitan dengan semua tim putri dan coach Ari tentunya.
Pulang dengan rasa sedikit kecewa dan ya begitulah.

Di hari-hari berikutnya aku sudah tak memikirkan Gavin. Karna ada laki-laki yang menyukaiku dan aku memutuskan untuk berpacaran dengannya. Dia sudah SMA. Namanya Reza.
Aku berkenalan saat aku bermain ke suatu tempat makan dan disana ternyata ada saudara temanku yang sedang berkumpul disana.

Hari-hariku berjalan seperti ini terus menerus. Di sekolah selain untuk menuntut ilmu aku berusaha mendapatkan prestasi non-akademik yaitu lewat lomba tari.

.
.
.
Bantu like, comment, and share ya ❤
Like kalian adalah dukungan buatku ❤

PENANTIAN BERHARGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang