03- That Girl

75 5 0
                                    

"Aku adalah aku, bukan dia atau siapapun. Jadi mengapa kamu harus lari dariku?"- Axelle Kalandra Elvano

***

Drrt...drrt...drrt...

Ponsel seseorang terus bergetar sejak beberapa detik yang lalu. Bukan karena alarm tapi karena panggilan masuk yang harus diangkat oleh sang empunya. Sementara pemiliknya? Sedang bergelung malas di bawah selimut abu-abu miliknya.

Gadis itu mengerjapkan matanya terlebih dahulu. Menyesuaikan cahaya yang baru saja jatuh tepat di retinanya. Dengan malas, diraihnya ponsel di atas nakas samping tempat tidur dan melihat ke arah jam di dinding.

Jam 6 pagi, BatinnyaKemudian matanya tertuju ke arah ponsel ditangannya dan membaca sekilas nama yang tertera disana. Githa mengela napas.

"Ya, halo?"

Seseorang di seberang sana siap menyemburkan kekesalannya, "Sudah jam berapa ini Githa? Bukannya kamu kuliah?"

"Hmm," Gumam Githa seadanya.

"Cepat mandi dan siap-siap berangkat ke kampus. Ayah setuju kamu kuliah di Bandung bukan berarti bebas disana!" Seru Andra Dwi Wicaksono, ayah Githa.

"Hmm," Lagi-lagi Githa hanya membalas dengan gumaman.

Diseberang sana, ayah Githa juga menghembuskan napasnya kasar. Akhir-akhir ini ia sudah mulai terbiasa dengan perubahan sifat putrinya. "Githa, Ayah sama Bunda bakal stay di Bandung mulai bulan depan. Kamu bisa pindah dari kost-an dan tinggal bareng ayah lagi."

"Terserah".

"Githa, Ayah serius! Kamu bisa ajak Dhisty tinggal bareng kita kalau mau," Ucap Andra sedikit kencang kepada putri semata wayangnya itu.

Githa mengerutkan keningnya merasa terganggu, "Trus mau biarin Dhisty tau semua? Lagipula, aku punya jawaban selain iya?"

Githa mendengus malas. Yang benar saja! Apakah paginya harus di awali dengan seperti ini?

Baru saja Githa akan memutuskan sambungan teleponnya, ketika samar-samar Githa mendengar ayahnya bergumam sesuatu.

Demi, akan pulang dari Aussie bulan depan.

Tut...

Sambungan diputus Githa begitu saja. Githa tertegun sejenak, merasa miris. Baru saja seminggu ini ia merasa tenang dengan hidup di Bandung. Bersama dengan sahabatnya Dhisty dan teman-teman barunya. Tanpa Jogja, tanpa orang tuanya, dan terpenting...

Tanpa bayang-bayang Demi, kakaknya.

Lalu, dia akan kembali?

***

Vano sedikit senang hari ini, setelah seminggu selalu dimarahi ayahnya. Akhirnya ia bebas tanpa adiknya yang pendek itu. Karena mulai hari ini dan seterusnya, Kea adiknya akan membawa hadiah baru dari Ayah. Mobil baru dari ayahnya.

Hmm... pagi yang cerah, Komentar Vano dalam hati.

Seperti biasanya, Vano hanya akan mengeluarkan earphone dan berjalan tenang menuju suatu tempat. Tentu saja bukan kelas. Tujuannya adalah rooftop perpustakaan. 

Sementara disisi lain, Githa baru saja memasuki wilayah kampusnya. Dengan earphone dan lagu yang di dengarnya saat ini. Githa ingin menenangkan diri, dari kenyataan. Bahwa Demi akan kembali, dan Githa mau tidak mau harus bertemu lagi.

Melirik sedikit ke jam yang melingkar di tangannya. Pukul 7 pagi.

Masih ada dua jam lagi, Pikir Githa.

Si Vis Amari AmaWhere stories live. Discover now