Tiga

1.4K 101 5
                                    

20 tahun kemudian

            '20 tahun sudah, kau meninggalkan aku yah....aku sama sekali tidak bisa melupakan semua kejadian itu....walau kupaksa diriku untuk melupakanya aku tidak bisa. semua jelas dimataku. aku berharap bisa mengakhiri semua kenangan pahit yang ku alami, aku tidak akan bisa bahagia jika belum bisa membalaskan semuanya. semua yang telah mereka lakukkan pada kita'

       bola mata hitam terpancar memandang kedepan, memancarkan kemarahan dan menyimpan dendam yang begitu mendalam....
waktu telah berlalu, berjalan dengan begitu cepat. kejadian 20 tahun telah mengisahkan sebuah kepedihan untuknnya.

        'Tuhan,memang memberikan aku kesabaran yang tanpa batas, tapi kali ini aku tak bisa memungkiri lagi.....kalau kesabaranku tak akan bisa menyembuhkan luka dihatiku'

     
        "Phi...! " suara seseorang memanggilnya dari arah samping.

        Tay, cowok yang tengah duduk itu menoleh pada seseorang pria yang bertubuh lebih tinggi darinya, mengenakan kemeja bergaris-garis berwarna merah dipadu dengan celana jens, datang menghampirinya. dialah bright, adiknya yang kini beranjak dewasa.

       "kenapa bengong" bright mengambil kursi didepannya untuk duduk dimeja makan bersamanya. "kau masak apa, pagi ini" bright sudah siap dengan piringnya itu, sambil matanya melihat yang ada di atas meja makan, "Hah, hanya nasi goreng!" celetuknya, jadi tak semangat.

       "jangan bawel, masih untung aku buatin ini" gerutu tay, ikut mengambil piringnya.  "kenapa selalu saja bangun siang? karna kamu, aku harus terlambat pagi ini" ujar tay.

      "kalau sedang makan jangan marah-marah, phi" celetuk bright sedikit berkomentar tay yang ingin mengomel,

        "aku marah, karna kebiasanmu yang selalu bangun siang, kenapa sih malam tidak langsung tidur. berlama-lama dengan handponemu. atau bisa gak kalau kamu bangun lebih pagi" celoteh tay sedikit mengomel,

         "ya...ya, aku akan bangun lebih pagi" sela bright, sambil menikmati makannya. "phi, kenapa kau tidak menikah saja, jadi tiap hari tidak usah mengomel terus"

         "memangnya kalau aku menikah, aku akan berhenti mengomelimu." tukas tay, bright hanya nyengir disela makannya. "sudah habiskan sarapanmu, aku akan antar kekampus"

          Dan diperjalanan mereka, menuju kampus  harus terhambat karna kemacetan disana, terlebih mobil tua yang dikendarai tay. tidak bisa melebihi kecepatan yang lebih. Bright hanya menggerutu didalam mobil yang terasa sedikit panas. walau kaca mobil telah dibuka, masih saja terasa panas.

        "kenapa gak jual saja mobil ini, lalu beli yang baru" ketus bright, berkomentar pada tay yang duduk disebelahnya sambil menyetir.

     "jangan asal bicara, bright"

      "selalu saja tersinggung, kalau aku bilang jual mobilnya. kau begitu menyanyangi mobilmu ini"

           "ini pemberian ayah, kau tau itu" ujar tay. tentu saja sangat ia sayangi, mobil yang pertama kali ia kendarai.

         "ya aku tau, kau sudah beribu-ribu kali mengatakan itu. tapi apa mesti kau terus merawatnya, mobil ini sudah kuno sekali phi" ujar bright.

        'kau tidak tau bright, mobil ini sangat bersejarah untuk kita, tanpa mobil ini. aku tidak bisa menyelamatkanmu dan mae' bathin tay, kembali merasa sedih kala ingat itu.

        "phi, kenapa kau diam?"

        "sudahlah bright, kau ini cerewet sekali, kalau aku mau. kau bisa turun dari mobilku sekarang"

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang