Lima

842 63 6
                                    

 

         "Cyrus mati kak..."   Songsit datang berbisik melaporkan pada arthur yang saat itu sedang duduk makan malam bersama keluargannya.

        "apa kau bilang" suara arthur tampak tercengah, hingga keluarganya yang sedang menikmati makan itu terhenti sesaat dan melihat ekpresi arthur terkejut. "bagaimana bisa?"

    "Benar kak, tadi siang dikafe. dan polisi menduga dia bunuh diri" lanjut songsit memberitahukan.

    "bunuh diri?" arthur tak percaya akan hal itu.

    "itu aneh sekali..." ujar fabian ikut mengomentari "kita kenal cyrus, dia tidak mungkin melakukkan hal sebodoh itu. dia itu pantang putus asa, dan ia lebih menyanyangi nyawannya. mana mungkin ia bisa mengakhiri hidupnya sendiri"

       "Siapa yang mati?" suara seseorang dari kursi deretan ketiga menyahut ketika pembicaraan mereka terdengar.

      Arthur dan lainnya pun terhenti membicarakan, ia lupa ada putra bungsunya yang saat itu tengah duduk bersamanya. Putranya itu sama sekali tidak tau bisnis yang ia lakukan sekaligus masalah yang terjadi,

     "lanjutkan saja makan kalian" arthur berseru pada kedua anak dan istrinya yang saat itu hendak ingin beranjak.

     "kenapa? Kenapa ayah tidak melanjutkan pembicaraan itu disini, Apa ayah menyembunyikan sesuatu?"

    "win! " ibunya mencoba menahan anaknya yang saat itu bertanya. Menahan ayahnya yang ingin pergi.

    "aku hanya ingin tau, Kenapa pegawai ayah  akhir-akhir ini selalu ditemukan tewas. Apa ada sesuatu yang ayah, ibu dan paman selama ini sembunyikan dariku?" tanggap win, sudah tak tahan ia hanya diam melihat sesuatu yang aneh dari mereka.

    "sebaiknya kamu tidak usah ikut campur, ini bukan urusanmu" ujar ayahnya.

    "aku bukan anak kecil lagi yah, aku harus tau apa yang terjadi dikeluarga ini. Karna Kalian semua bertingkah aneh didepanku dan itu sangat menggangguku" ujar win.

    "kalau itu menganggumu lebih baik kau pergi saja dari rumah ini" sentak ayahnya.

    "Ayah!" sahut new setengah berteriak, karna   tak menyukai jawaban itu.

    "Kenapa? Apa ayah perlu memperingatkan padamu lagi. Kalau ayah tidak akan main-main akan mengusir siapapun yang berani ikut campur dan berusaha mengganggu pekerjaan ayah" ujarnya.

       Win terdiam sesaat, merasa pilu hatinya mendengar kalimat itu. Padahal itu bukan sekalinya ayahnya berlaku keras padanya, tapi tetap saja terasa tidak enak dihatinya.

     New yang kala itu melihat tatapan sengit ayahnya pada win, langsung saja bangun dari duduknya. Dan menghampiri win.
      "maafkan dia yah, win tidak mengerti apa-apa, jadi ia hanya asal bicara. Ayo win ikut aku" new menarik adiknya untuk segera beranjak pergi meninggalkan meja makan agar ayahnya tidak lebih emosi padanya. Karna new tau jika emosi ayahnya sudah melonjak pasti akan ada hal buruk yang akan terjadi. Dan new tidak mau itu terjadi pada win.

 
      New mengajak win kelantai atas, tepatnya keruangan kerja new. Disana new membuatkan minuman coklat hangat Karna ia tau adiknya itu sangat menyukai minuman itu. Tapi saat sudah dibuatkan justru win sama sekali tak menyentuhnya.

      "Win, kenapa kau tidak minum? Apa kau sudah tidak suka minuman yang ku buat?"
      "Phi, aku merasa ayah itu sama sekali tidak menganggap aku seperti anaknya. Ia pasti sangat membenciku"

      "Jangan berfikir seperti itu, kau tau kan sifat ayah seperti apa. Ia memang sangat keras dan tegas pada kita, tapi ia tetap menyanyangi kita."
 
     "aku tidak percaya hal itu. yang aku lihat. Ayah lebih peduli dengan pekerjaannya dari pada keluarganya sendiri, begitu pun ibu. Yang lebih senang menghabiskan waktunya dengan pekerjaan. Aku merasa tidak ada orang yang bisa mengerti aku dirumah ini"
      "hei, kenapa bicara seperti itu. Apa kau lupa aku disini" sambar new. "kau jangan pernah merasa tidak dipedulikan, karna aku peduli padamu win"

My BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang