💏 Langit'Bumi 10

17 2 0
                                    

Bintang nya dulu zeyenk🤗

Rasa dan logika itu beda
Ketika hati memilih menetap tapi logika menyuruh pergi,
Ketika hati memberontak maju
Logika menekan pergi,

Rasanya rasaku padamu bukan lagi rarasaan~~~

"Anjay itu buku udah mau tamat lagi aja, isinya ga bosen apa itu-itu mulu?"  ucap Nilla saat masuk kedalam kamar Bumi, melihat Bumi menulis dalam buku yang di beri nama 'Heart Me' yang isinya hanya menceritakan satu nama, siapa lagi kalau bukan Langit

"Gue gak pernah bosen nyeritain sosok yang slalu bisa buat gue tersenyum, walau gak punya kepastian" ucap Bumi dengan kata akhir yang pelan,

Nilla tersenyum masam, dirinya tahu jika Bumi sangat-sangat menyayangi sosok Langit yang melengkapi setiap langkahnya, melarang tidak bisa, memberi tahu, tak ingin melihat sahabatnya terluka, mengingatkan pun sudah sering, walau akhirnya tetap tidak di dengar, tapi Nilla tau, Bumi sedang berada dalam Cinta dan sayangnya berjalan bersama, disitulah gelombang rasa semakin besar dan menguat

"Yaudah, iya iya," ucap Nilla mengalah, kemudian duduk samping bumi di atas kasur

"Gimana sama Ozan?" tanya Bumi setelah menutup bukunya

"Gimana apanya?" tanya Nilla

"Hubungan lo lah~"

"Emm, baik" ucap Nilla yang sebenarnya canggung jika membahas soal Ozan, laki-laki yang pernah di cintai Bumi, meski perasaan itu sudah tak ada tapi, menjaga perasaan Bumi lebih di utamakan,

udah jadi mantan bukan berarti cemburu sepenuhnya hilangkan?

"Bagus deh" ucap Bumi sambil merebahkan kepalanya di atas paha Nilla

"La, kayanya rasa gue ke langit itu semakin hari semakin bertambah deh~" adu Bumi,

"Hah~~" Nilla tidak menjawab dirinya hanya menghela nafasnya saja

Bumi melihat Wajah Nilla yang sedang membaca buku miliknya, "rasa gue tuh salah gak sih,La?" tanya Bumi meski jawaban nya sudah pasti salah

"Jangan terlalu berlebihan, yang terlihat baik belum tentu baik" ucap Nilla sambil menekan satu jerawat di kening Bumi

Aww aww "ish sakit tau"

"Hehe sorry" ucap Nilla sambil mengusap jerawat yang di tekan nya tadi

"Gue tau langit emang baik untuk lo, Mi, tapi dia bukan yang terbaik untuk lo"

_ _ _

"Mau apa?" tanya Langit setelah mendudukkan bokongnya pada soffa di sebuah Caffe

"Biasa" ucap Bumi

Langit mengangguk singkat "Coklat panas 1 Coklat strawberry 1 red velvet 1"  ucap Langit pada pelayan di caffe itu,

Bumi melihat ke arah bawah, kota Jakarta yang luas terpandang dari atas gedung yang di tempatinya, melihat hujan kecil di sore hari bersama dengan langit orenge yang menghiasinya, tentu dengan Langit tampan di hadapannya

"Han~~" panggil Langit sambil menahan dagunga dengan kedua tangannya, sambil sesekali tersenyum

Bumi menoleh sambil menaikkan satu halisnya, dengan serta senyum tipis terselip di wajahnya

"Lov yu~~" ucap Langit sambil tersenyum yang kian melebar,

"Apa sih ih~~" ucap Bumi salting sambil mendorong wajah Langit,

"Ciee salting, haha" tawa Langit setelah melihat rona merah di pipi Bumi

"Andai lo bukan, Bumi, apa kita bakal bersama?" ucap Langit

Bumi melihat ke arah Langit, entah harus berucap apa, dirinyapun bingung, entah lah, karna walaupun gue bumi apa kita akan bersama?

"WOII BERDUAAN AJA LO!" ucap seseorang yang datang, sambil duduk di sebelah Bumi

"Eh ngapain lu duduk disitu?" ucap Langit saat melihat seorang laki-laki duduk di samping Bumi

"Bangun lu! Pindah!" lanjut Langit

"Yaelah selow keles, kagak bakalan gue embat ini" ucap Laki-laki itu

"Halahhh, tukang tikung kok ngomong gitu" ucap Langit sambil memutar bola matanya malas

"Halahhh suka kok gak di ungkapin, payah ~" balas One yang tak lain laki-laki yang baru datang itu, teman Langit

"Heum" Langit berdehem pelan,

"Apa mungkin?" ucap Bumi bertanya dalam hati

"Mana mobilnya?" ucap Langit mengalihkan pembicaraan

"Di bawah lah, nih konci nya" ucap One sambi memberikan sebuah konci mobil mewah

"Mobil apaan, sih?" ucap Bumi penasaran

"Tuh kelihatan dari sini, " ucap One sambil menunjukkan mobil berwarna pink yang terparkir di depan caffe

"Warna pink?" tanya Bumi, sambil bergidig ngeri membayangkan laki-laki memakai sesuatu yang berwarna pink, padahal dirinya sering melihat Langit yang sangat menyukai warna pink

"Iya, bagus kan?" ucap Langit

"Iya sih bagus, tapi cewek banget itu" ucap Bumi

"Sengaja, orang lucu, kok" ucap Langit keukeuh

"Yaudah, iyain-iyain"

"Cocok tau" ucap One tiba-tiba membuat Langit dan Bumi menoleh serempak ke arah One

"Ciaa kompak, makin cocok aja" ucap One lagi

"Apanya?" tanya Bumi

"Kalian berdua cocok, kenapa gak jadian aja sih?" ucap One, Bumi diam tidak menjawab, dirinya hanya melirik Langit sekilas, menunggu jawaban dari laki-laki di hadapannya

"Gue lebih nyaman seperti ini" ucap Langit sambil melihat ke arah Bumi yang sama sekali tidak melihat ke arahnya,

entah kenapa mendengar ucapan Langit membuat ada rasa nyesss di hati, " lebih nyaman seperti ini katanya?"  berarti gak punya niatan untuk lebih dari seperti ini, di zona nyaman tanpa kepastian

"Nyaman bareng Bumi, tanpa takut ada rasa sakit karna pisah, pacaran belum tentu panjang cerita, karna pasti ada perpisahan ketika kecowa, eh kecewa maksud nya, tapi sahabat gak akan berakhir sampai kapan pun, karna pada dasarnya memang tidak ada yang namanya mantan sahabat"

_ _ _

Emang gak ada yang namanya mantan sahabat, tapi percaya deh, hubungan kaya gitu tuh, HOAX, karna pada dasarnya rasa sakitnya lebih mendomisi

Oke
Tinggalkan kritik saran untuk part ini😊

Shalma Annisa📝
08 april 20

ANTARA LANGIT DAN BUMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang