9. Traktir

35 18 0
                                    

•Dari Allah
★Untuk Allah
°Dengan Allah
√Kembali pada Allah

______

"Lho, Sya katanya sakit sayang" sapa sang ayah dari atas tangga.

"Hehe, kalau Asya di rumah pasti bosen yah, Asya udah baikan kok"

Kemarin setelah Rudi mendengar bahwa Asya kecebur di kolam belakang sekolah, dia langsung bergegas menuju kamar sang princess mini sebutan dari Rudi untuk Asya.

"Ohh, nanti kalau sakit telephone ayah aja yah" ucap nya lembut.

"Iya, yah"

_____

"Papa mau nya apa?!" Teriak seorang wanita dari ruang tamu di rumah besar itu.

"Kamu nanya mau aku apa?!" Suara sang pria pun tak kalah tinggi. "Tinggalkan dia yang menjadi selingkuhan mu! aku bekerja kerasa di sana-sini sedangkan kamu--"

Pria itu menggantungkan ucapannya saat melihat sang putri tengah berada di undakan tangga tengah. Dia mencoba memberi kode kepada si wanita agar tak meneruskan perdebatan ini, tapi nihil si wanita tak menggubrisnya.

"Apa?! kamu mau tuduh aku selingkuh? iya?!" Suara wanita itu menggelegar di dalam rumah.

"Mah, pah!" Risa berteriak kepada dua insan yang notabene nya orang tua dari Clarisa dan Angga.

"Cukup mah, pah! apa kalian gak merduliin anak-anak kalian hah?!" Ucapnya penuh emosi dan isakan tangis, dan itu berhasil mengundang Angga untuk turut berada di antara ketiganya.

"Gak gitu, sayang. Mamah sama pa--"

"Cukup mah, aku udah ngeliat pake mata kepala aku sendiri bahwa kalian emang sering berantem. Kalian akur cuma di depan aku doang kan? Jawab mah, pah. And sekarang aku udah tau semuanya, kalian gak perlu lagi pura-pura kalau kalian akur" setelah memotong ucapan sang ibu, Risa langsung melenggang pergi keluar rumah, untuk bersekolah.

"Wahh mah, pah, kalian hebat" ucap Angga penuh arti. "Puas?" Tanya nya tajam.

Kedua orang yang berada di hadapannya hanya diam sambil menatap kosong lantai marmer.

"Omah, Angga sama Risa berangkat ya, omah jangan lupa makan sama minum obat nya, Angga sama Risa bakalan baik-baik aja!" teriak Angga dari undakkan tangga paling bawah sambil menatap kedua orang tuanya.

Dia melenggang pergi, dia sudah tak tahan dengan semua drama yang ada di rumah nya. Masalah sepele yang membesar, dia terbebani oleh sikap kedua orang tuanya yang terus menerus bertengkar. Mungkin bagi sebagian orang, uang adalah segalanya tapi nyatanya, bagi Angga uang hanyalah benda mati yang terus dikejar tanpa menikmati hasil nya yang berupa benda mati juga.

"Woy bro, ngelamun aja lho biasanya juga paling ribut di kelas" sapa Jika yang melihat teman sebangkunya meringkuk di atas meja sambil menenggelamkan kepalanya kedalam tas.

"Hm" Angga hanya bergumam, tak ingin mood nya makin hancur dengan cara meladeni si cicak lambey yang satu ini.

"Galau lo?" Tanya Jika yang disambut gumaman. Lagi.

Semua Karena AllahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang