Beberapa minggu sebelum meninggalkan semuanya, kami mengumpulkan niat. Niat untuk bangun dari kasur usang yang nyaman ini. Sama seperti biasa, untuk berdiri dari kasur ini sangatlah terasa berat, tapi pada akhirnya aku selalu memaksakan untuk berdiri lalu bergegas ke bagian belakangan rumah, meraih seutas tali usang yang diikat pada sebuah ember kecil. Mengambil air kedalam sumur yang gelap karena tak ada matahari di bawah sana. Aku sering menganggap sumur tua itu portal ke dunia lain. Bila tak percaya coba saja lompat kebawah sana apa yang terjadi. Mungkin ini sedikit tentang sumur kesayanganku.
Aku tidak tau harus mulai dari mana, mungkin langsung saja kuungkapkan perasaanku. Kami berkumpul, dalam rencana awal yang telah kami susun, ada sekitar 8 orang yang ingin melakukan perjalanan walau berbeda jalan. Baik itu jalan pulang ataupun jalan pikiran. Permasalah disini bukan perbedaan jalan pulang, tapi perizinan dari orang tersayang di rumah. Tidak semuanya mendapat restu dari rumah untuk melakukan perjalanan ini. Aku meyakinkan diriku sendiri, kapan lagi menikmati hidup kalau bukan sekarang, kalau hanya uang yang menjadi penikmat hidup itu hanya bualan semata. Uang bukan dewa yang bisa membuatku menghamba kepadanya. Terkadang pengalaman seperti ini membuat hidup lebih menarik.
Kami berniat melakukan perjalanan dengan waktu yang cukup lama, dengan jarak yang ditempuh berkisar 1000 km. Bagi kami yang masih pemula itu jarak yang lumayan jauh. Kami memasang target perjalanan selama 3 hari, berangkat disaat fajar sedang menyingsing.
Persiapan kami mungkin hanya mereparasi kendaraan, mulai dari mesin dan segala macam. Tentu juga mereparasi diri sendiri supaya tidak terjadi hal yang tidak diinginkan ditengah jalan. Karena jatuh di aspal tidak seindah jatuh hati.
Setelah semua dipersiapkan aku memohon restu ibuku, sangat sulit, beragam alasan keluar dari mulutku, beragam cara kugunakan. Dan akhirnya aku berhasil meluluhkan hati ibu, yang terpenting itu menenangkan hatinya agar tidak cemas. Selanjutnya ya tinggal membeli oleh oleh, kebetulan oleh oleh khas disini itu kopi. Tawar menawar terjadi, tapi aku kalah, aku benci kalah.
"Kita memiliki sifat masing masing, sama seperti aku yang bersikeras ingin melakukan perjalanan dengan iming iming ingin menikmati hidup. Kita hidup dimana semua orang dipenuhi ego, kebencian, keinginan untuk mempengaruhi dan terpengaruh, aku ciptakan ruangku, jalanku sendiri, mencoba memperbaiki, berhenti meniru jadi seperti mereka. Tak perlu alasan untuk berbuat baik kepada semua orang. Aku juga bingung, ntahlah. Inilah dunia, penuh sumpah serapah didalamnya, semoga perjalanan ini merubahku, sudahlah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Perjalanan
Short StoryDari kos, hotel merah putih, gubuk istana, ditemani ragam cerita dan cinta sepanjang perjalanan.