❝ I always ask, what is the end of our closeness made by universe. ❞
— Universe Game
Bel pulang sekolah SMA Belift terdengar ke seluruh penjuru sekolah. Semua murid-murid berhamburan keluar dari kelas hingga berdesak-desakan, tak terkecuali dengan Anne dan Moza. Kedua gadis itu berjalan berdampingan keluar dari kelas.
"Anne, jemputan aku udah datang tuh." ucap Moza menunjuk mobil putih yang ada di samping kanan gerbang sekolah mereka.
Anne mengangguk. "Yaudah, Za, kamu pulang di luan aja. Aku tungguin Papa jemput di pos aja nanti."
"Gak mau bareng aja, Anne? Kelamaan nanti kalo nunggu." tawar Moza agar Anne mau ikut pulang bersamanya.
"Terimakasih tapi gausah. Takutnya waktu Papa datang buat jemput, aku gak ada, ntar Papa kecarian jadinya." tolak Anne secara baik-baik.
Moza menghembuskan nafasnya dan mengangguk pelan. "Yaudah deh, kalo gitu aku diluan, ya, Anne. I'm off, see you." Moza berjalan meninggalkan Anne sambil melambaikan tangannya dan di balas oleh senyuman juga lambaian tangan kembali oleh Anne.
Setelah melihat Moza masuk ke dalam mobilnya dan melesat dari sekolah, Anne berjalan ke arah pos untuk menunggu jemputannya. Gadis itu menunggu sembari membaca novel yang tadi tak sempat ia baca sewaktu jam istirahat karna Moza sibuk mengajaknya ke kantin.
"Aku mau pulang sama kamu, Hesa!" suara rengekan seorang perempuan terdengar di indra pendengaran Anne.
Suara cewek yang tadi pagi itu, kan? batin Anne.
"Papi lo udah jemput, Kai. Udah sana, pulang sama Papi lo aja. Dia pasti udah nungguin lo daritadi."
Anne melirik ke arah kanannya dan benar saja, disana ada Mahesa dan juga gadis yang tadi pagi bersama lelaki itu. Anne tak lagi fokus pada novelnya, ia malah sibuk memperhatikan Mahesa dan gadis yang tengah bersama lelaki itu.
Dapat Anne lihat, gadis itu menekuk wajahnya. "Aku bisa suruh Papi pulang kok, Hesa. Aku bilang, aku bakal pulang sama kamu. Papi pasti kasih izin."
Anne tak tahu apa masalahnya, tapi dia tau, jika gadis itu saat ini tengah membujuk Mahesa.
"Don't be childish. Hargai Papi lo yang udah nyempetin waktunya buat jemput lo kesini." nada bicara Mahesa sedikit lebih tegas kali ini.
Akhirnya, gadis itu mengangguk pasrah. "Iya, Hesa. Kalo gitu aku pulang diluan, ya, sama Papi. Nanti pas udah sampai rumah, aku kabarin kamu." setelah mengatakannya, gadis itu pergi keluar dari kawasan sekolah.
Gausah lo kabarin juga gapapa. batin Mahesa.
Setelah diam menonton perdebatan itu, Anne memutuskan untuk menyapa Mahesa diluan. "Mahesa!" panggilnya agak sedikit kuat.
Mahesa yang merasa namanya dipanggil langsung menoleh ke arah Anne. Lelaki itu langsung tersenyum manis dan berjalan ke arah Anne. "Eh, halo, Anne. Kok masih di sekolah? Kenapa belum pulang?"
"Aku masih nungguin Papa." jawab Anne.
"Masih nunggu, ya." gumam Mahesa. "Pulang bareng gue aja gimana? Daripada lo nunggu disini terus ntar keburu sore." tawar Mahesa pada Anne.
Anne menggeleng pelan. "Gausah, Hesa. Aku nungguin Papa aja gakpapa kok. Gak mau ngerepotin kamu juga."
Bunyi notifikasi pesan terdengar dari ponsel milik Anne. Langsung saja gadis itu membukanya dan ternyata pesan itu dari Papanya.
papa 🧔🏻 :
anne, papa minta maaf 🙏🏻
papa gabisa jemput kamu hari ini
soalnya papa ada kerjaan mendadak
sorry, my sweet princess ☹️Anne menghembuskan nafasnya kasar setelah membaca pesan dari Papanya.
Anne :
iyaa pa, gapapa kok
aku naik ojol ajaaa ^ ^Gadis itu kembali memasukkan ponselnya ke dalam rok saku abu-abunya. Anne mendongakkan kepalanya, "Lho, Hesa masih disini? Aku kirain udah pulang."
"Masihlah. Gue nungguin jawaban lo ini. Mau atau gak jadinya pulang bareng gue?"
Jika begini, lebih baik Anne menerima saja tadi ajakan pulang bersama Moza. Sekarang hanya Mahesa yang bisa menolongnya. Uang jajannya saja sudah habis, bagaimana mau naik ojol seperti yang sudah ia katakan pada Papanya?
"Jadi, gimana, Anne? Lumutan nih gue lama-lama nungguin jawaban lo." celetuk Mahesa lagi.
"Aku mau deh, Hesa. Tolong anterin aku pulang, ya. Papa aku barusan kirim pesan buat ngabarin kalo dia gak bisa jemput." senyum Mahesa merekah mendengarnya.
"Alamat rumahnya dimana?"
"Nanti aku tunjukin aja jalannya." jawab Anne seadanya.
Mahesa mengangguk. Lelaki itu mengajak Anne ke parkiran sekolah untuk menaiki motornya yang masih disana.
"Kamu mau pakai helm? " tawar Mahesa sembari menjulurkan helm kepada Anne.
Anne menggeleng. "Kamu aja yang pakai."
Mahesa naik ke motornya. "Naik, Anne. Mau sampai kapan berdiri disitu."
Anne tersadar dan langsung saja gadis itu naik ke atas motor sport merah milik Mahesa. "Eh, maaf. Ini udah."
"Belum."
"Eh, kenapa?"
"Harus peluk di pinggang dulu biar motornya mau jalan." modus Mahesa.
Anne melingkarkan kedua tangannya di pinggang Mahesa. Sejujurnya, dia agak canggung seperti ini tapi mau bagaimana lagi, daripada kelamaan di sekolah.
Mahesa tersenyum menatap Anne dari kaca spion motornya. "Manis." gumam Mahesa pelan yang tak di dengar oleh Anne.
๑ ⋆˚₊⋆ ──── ʚ˚ɞ ────⋆˚₊⋆ ๑
see u soon in next part 💟
KAMU SEDANG MEMBACA
❝ universe game ❞ ✓
Ficção Adolescenteft. enhypen's heeseung ❝ The universe played with both of them but Mahesa and Anne's feelings remained the same and didn't change. ❞ ━ completed » plagiarism and hate comments are not allowed! ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ║▌│█║▌│ █║▌│█│║▌║ ©dowlette