#Story: Om Fikri

950 140 47
                                    

Waktu sudah menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Dan ini sudah lewat dari jam pulang sekolah Fariq. Namun orang yang diminta Fariq untuk menjemputnya itu belum beranjak dari ruangannya.

Rian bersikeras untuk tetap di kantor, biar Fajar saja yang menjemput anaknya itu. Tetapi Fajar juga meminta Rian ikut supaya mereka bisa sekalian makan siang di luar bersama. Bukannya apa, Rian menolak karena ada berkas yang harus ia kerjakan secepat mungkin. Deadline-nya sore ini. Seharusnya Fajar memahami itu, tetapi pria yang berstatus tunangannya itu benar-benar sangat keras kepala.

"Mas! Ini udah telat banget lho, kasian Fariq nungguin."

"Kalau kamu gak mau ikut, biar Pak Abdul saja yang jemput Fariq."

Rian menggeram kesal. "Gak bisa gitu dong, itu anak kamu! Fariq sendiri yang minta dijemput sama kamu!"

"Makanya kamu ikut, sekalian kita lunch di luar. Udah lama 'kan gak makan siang di luar?"

"Ugh, gak bisa! Mas tahu sendiri aku lagi sibuk di sini!"

"Yaudah," kata Fajar cuek. Ia kembali fokus dengan laptopnya.

"Yaudah apanya sih?!" raung Rian tidak habis pikir dengan jalan pikiran Fajar.

Rian mengusap wajahnya, ia lelah berdebat dengan Fajar. Kakinya melangkah menuju sofa lalu menghempaskan bokongnya di sana. Kedua tangannya terlipat di dada. Masih dengan tarikan napas yang masuk keluar dengan kasar.

Suasana hening itu buyar ketika suara pintu terbuka yang disusul dengan teriakan Fariq.

Rian terperanjat kaget, begitu juga dengan Fajar yang langsung bangkit berdiri dan menghampiri anaknya yang sedang digandeng oleh lelaki muda dengan senyuman cerah di wajahnya.

"Ayah! Om Rian! Aiq pulang!"

Fajar langsung berjongkok begitu kaki kecil Fariq berlari menuju dirinya. Tubuh kecil anaknya itu langsung menghambur memeluknya. Fajar tertawa pelan lalu mencium pipi Fariq kemudian dibalas dengan ciuman di punggung tangan kanannya dari anaknya itu.

Fariq melepaskan diri lalu berjalan menuju Rian yang masih terpaku di tempatnya.

"Kamu yang jemput Fariq, Ki?" tanya Fajar pada lelaki yang tadi masuk bersama dengan Fariq.

Lelaki itu mengangguk. "Kebetulan aku abis meeting daerah sana, yaudah sekalian mampir siapa tau belum pulang Fariqnya. Eh, ternyata belum. Dia lagi nunggu di ayunan sambil ditemanin gurunya. Pak Abdul lupa jemput Fariq atau kamu yang lupa, hm?"

Fajar tidak membalas, ia hanya tersenyum lalu membawa tubuh lelaki itu ke dalam pelukannya. Di tepuk punggung lelaki itu dua kali baru kemudian melepas pelukan mereka.

Rian yang sedari tadi memperhatikan, semakin terpaku. Ia bahkan tidak menyadari presensi Fariq yang menatapnya bingung. Padahal Fariq sudah memanggil Rian tetapi tidak kunjung direspon.

Butuh tepukan pada pipi putih Rian oleh tangan kecil Fariq baru Rian tersadar. Rian langsung gelagapan.

"A-ah, kenapa Fariq?" tanya Rian.

Fariq menatap Rian intens. "Om yang kenapa? Tadi Aiq panggil-panggil kok diem terus? Om sakit, ya?"

Rian mengulas senyum manisnya. Kepalanya menggeleng. "Gak kok, Om gak kenapa-kenapa. Gimana tadi di sekolah?"

Mendapatkan pertanyaan tentang kegiatannya di sekolah, Fariq langsung bercerita dengan girang. Tanpa diketahuinya jika sang Om tidak fokus mendengarkan ceritanya karena ekor matanya itu terus mengikuti Fajar yang mempersilakan lelaki asing itu duduk di depan Rian lalu berjalan menuju meja kerjanya untuk menelepon entah pada siapa.

Kenapa rasanya tidak nyaman? batin Rian.

"Oh! Tadi juga Aiq dapat pujian karena paling bagus menggambar lho, Om!" seru Fariq.

Rian kembali menatap Fariq. Di elusnya rambut hitam anak kecil itu dengan sayang.

"Rian, ya?"

Suara asing yang memanggil namanya itu membuat Rian kembali menoleh menatap lelaki muda yang terus mengumbar senyum cerahnya. Rian tersenyum tipis, kepalanya mengangguk.

"Aku Fikri, Om kesayangannya Fariq. Salam kenal, ya," kata lelaki di hadapan Rian yang baru memperkenalkan dirinya itu.

"Saya Rian, asisten Pak Fajar. Salam kenal juga," balas Rian lalu melirik Fajar yang masih sibuk dengan teleponnya itu. "Saya siapkan minuman, ya. Mau teh atau kopi, Mas Fikri?" tanyanya.

"Gak usah repot, Mas Rian. Saya cuma sebentar kok di sini."

Rian kembali mengulum senyum bisnisnya. "Kalau begitu saya buatkan teh, ya, Mas. Tunggu sebentar, ya, Mas."

Rian menoleh pada Fariq yang sedang asik sendiri memainkan robot Iron Man-nya itu. "Fariq, Om tinggal ya?" kata Rian.

Fariq mendongak menatap Rian. "Om mau kerja?"

Rian membalas dengan anggukan kepala.

"Hm! Aiq sama Om Fikri kalau gitu, Om."

Rian mengulas senyum tipis. Ia menyempatkan diri mencium pipi gembul Fariq sebelum berdiri. Ia juga memberi anggukan kepala tanda pamit pada Fikri. Kemudian berjalan menuju pintu tanpa menoleh ke belakang untuk melihat Fajar yang sedang menatap punggungnya yang perlahan menghilang di balik pintu.

Setelah itu, Rian tidak kembali masuk ke ruangan Fajar. Memang ia yang menyeduh teh untuk Fikri, tetapi yang mengantarnya adalah office boy. Rian juga menolak ajakan makan siang bersama di luar dari Fajar. Dengan alibi janjinya pada Kevin dan teman-temannya untuk makan siang bersama, Fajar memercayainya. Walau Fariq merengek ingin Rian ikut tetapi Fikri dengan mudahnya membujuk anak kecil itu untuk tetap pergi.

Melihat kepergian mereka, Rian menggigit bibir bawahnya, mencoba baik-baik saja. Lalu mengambil dompet dan ponselnya untuk segera menghampiri ruangan Kevin.

Namun hatinya berkata lain, rasanya menyesakkan melihat Fajar dan Fariq bersama orang lain sedekat itu selain dirinya. Selama ini, Rian terbiasa di dekat mereka, tetapi kini rasanya Rian seperti diingatkan kembali bahwa sebelumnya ia bukanlah siapa-siapa bagi mereka.

Lalu cincin ini? Rian tersenyum getir melihat cincin yang melingkar di jari manisnya.

Tunangan.

Masih tunangan Fajar, kan?













Happy dinner~
Agak lewat dari jamnya, tapi gpp yg penting dinikmati wkwkk

Marhaban ya Ramadhan semuanya~
Mohon maaf lahir batin yaaa...
Selamat beribadah puasa bagi kalian yg menjalankan. Semoga berkah, aamiin...

Thankyouu udh baca, luv 💜

Salam,

Istrinya FA setelah MRA 💋
[230420]

You've Got Mail! [F/R]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang