Rian kepikiran, jelas. Apa yang dikatakan oleh Kevin benar-benar memenuhi pikirannya. Apa Ibunya akan merestui hubungannya dengan Fajar?
Salah Rian memang, ia terlalu terlena dengan hubungan barunya dengan Fajar hingga melupakan wanita yang paling ia hormati. Rian lupa, untuk mengabari hubungan mereka berdua. Dan kini, Rian bingung. Harus bagaimana dia menceritakan kepada Ibunya?
Entah kenapa, Rian merasa takut. Takut jika mereka tidak mendapat restu dari Ibunya. Apalagi dengan status Fajar yang sudah menduda dan mempunyai anak. Itu bisa saja menjadi alasan terbesar bagi Ibunya untuk menolak hubungan mereka.
"Kenapa?" Suara Fajar yang lembut yang masuk ke gendang telinga dan jemarinya yang mengusap dahinya yang mengernyit membuat Rian tersadar.
Rian menggeleng. Ia juga memberi senyum tipis pada Mas Fajarnya itu.
"Jangan bohong. Kamu kenapa? Daritadi aku perhatiin kamu ngelamun mulu. Mikirin apa?" tanya Fajar lagi lebih menuntut.
Rian menatap Fajar bimbang. Helaan napas keluar dari mulutnya. "Aku takut, Mas."
"Karena?"
"Gimana kalau Ibu gak merestui kita?"
Fajar tersenyum tipis. Ia mengambil kedua tangan Rian yang saling terkait di atas pahanya. Mengusap punggung tangan tersebut dengan halus. Mencoba membuat pasangannya tenang.
"Gak usah khawatir, nanti aku yang usaha buat Ibu mengerti. Itu tugasku, Rian, kamu cukup menemani aku saja, ya?"
"Tapi, Mas-"
"Aku jadwalkan sabtu besok kita pergi ke Jogja. Bantul 'kan? Mungkin juga harus mengajukan cuti untuk jaga-jaga. Sekalian Fariq mau jalan-jalan. Kita bisa ke Malioboro atau ke Candi Borobudur. Tapi setelah urusan dengan Ibu selesai. Paham, ya, Love?"
Rian hanya bisa menganga mendengar penuturan Fajar yang sudah menyusun rencana itu. "Mas, ya ampun ... gak bisa gitu, nanti Ibu kaget gimana kalau kita datang dadakan?"
"Enggak dadakan sayang, sabtu itu masih empat hari lagi. Kamu bisa telepon Ibu buat kasih kabar kalau mau pulang. Tapi jangan bilang aku ikut berkunjung. Biar itu jadi tanggung jawab aku."
Rian menggelengkan kepala tidak habis pikir. Tunangannya ini, astaga ...
"Kamu kok enteng banget ngomongnya? Aku yang panik ini, Mas!" Rian tidak bisa menutupi nada suaranya yang sedikit frustasi.
Yang lebih menyebalkan, Fajar malah tertawa pelan. Itu membuat Rian semakin kesal. Memangnya kepanikannya lelucon? Dengan itu Rian memukul lengan Fajar keras. "Jangan ketawa!" seru Rian kesal.
Tanpa mengindahkan lengannya yang habis dipukul Rian, Fajar dengan kilat mengecup bibir Rian yang sedang merengut. Alhasil, gerak refleksnya itu menghasilkan semburat merah di pipi tunangannya itu. Harus dicium dulu memang untuk membungkam kepanikan Rian.
"Tenang, Love. Semua akan berjalan baik. Percaya aku, kan?"
Rian mengangguk, masih dengan kedua pipinya yang merona.
"Nah, sekarang aku butuh materi tentang keluarga kamu. Coba cerita yang rinci," pinta Fajar pada Rian.
Rian bergumam pelan sebelum menjelaskan. "Aku cuma punya Ibu dan kakak perempuan. Ayah sudah meninggal ketika aku kelas 3 SD." Rian tersenyum memaklumi begitu melihat tatapan minta maaf dari Fajar, ia lalu kembali bercerita.
"Mba Nopi, kakak perempuanku, sudah menikah dan punya anak laki-laki. Sepertinya umurnya di bawah Fariq. Mereka tinggal bersama Ibu, menemani Ibu. Walau kata Ibu, tidak apa-apa jika Mba Nopi mau tinggal sendiri. Tapi mana tega? Kasian Ibu nanti sendiri."
Fajar mengangguk paham. "Ingatkan aku untuk membeli oleh-oleh untuk mereka dan juga mainan untuk keponakan kamu. Siapa namanya?"
"Hanan, Mas. Tapi gak usah repot-repot segala."
"Gak repot. Lanjut ceritanya."
Rian menggaruk pelipisnya. Netra hitamnya itu menatap balik Fajar bingung. "Hm ... udah?"
"Ibu galak?" tanya Fajar.
"Enggak kok, Ibu baik, Mas."
"Mba Nopi dan suaminya?"
Rian berdengung sambil menerawang. "Mereka juga baik," ujar Rian agak menggantung.
Fajar yang tidak merasa yakin dengan jawaban Rian itu kembali bertanya. "Terus kenapa kamu takut?"
Rian tidak menjawab. Ia hanya menggigit bibir bawahnya sambil menatap Fajar ragu. Dan seolah memahami kekalutan tunangannya itu, Fajar berujar, "karena status aku?"
Rian semakin bungkam. Ia takut menyinggung perasaan Fajar jadi sama sekali tidak bisa berbicara.
"Kamu menyesal? Kamu meragukan aku? Mau mundur?"
Pertanyaan Fajar yang blak-blakan itu membuat Rian terperangah kaget. Apalagi dengan tatapan Fajar yang tajam, membuatnya semakin takut salah bicara. Tetapi jika ia diam saja, Fajar akan salah paham. Mana mungkin ia mundur ketika ia sudah memilih lelaki itu sebagai pasangannya? Yang benar saja!
"Bukan gitu, Mas ..."
"Hm, terus?"
"Ya ... hmm ... wajar aja 'kan kalau aku takut? Aku gak raguin Mas Fajar, cuma ngerasa takut Ibu gak bisa nerima hubungannya ini, Mas."
Fajar mendesah pelan. Di rengkuhnya bahu Rian ke dadanya. Ia mengecup pucuk kepalanya yang menguarkan aroma sampo yang sama dengan yang ia gunakan, tetapi ini lebih membuatnya candu.
"Berjuang bareng ya, jangan asal pergi atau pendam pikiran sendiri. Kalau ada apa-apa, cerita sama Mas. Paham?" kata Fajar di telinga Rian.
Rian mengangguk. Ia mendongak untuk mencium dagu Fajar. "Aku sayang Mas, Mas harus tanggung jawab pokoknya!"
Perkataan Rian itu membuat perut Fajar tergelitik. Belum diapa-apakan saja sudah meminta pertanggungjawabannya. Bagaimana jika sudah? Mungkin Fajar akan dibabat habis oleh lelaki manis dipelukannya ini.
"Iya, Love. Kamu juga gak boleh pergi. Udah Mas ikat itu pake cincin mahal."
Rian tertawa, matanya yang bulat itu melirik jari manis di tangan kirinya yang sudah dilingkari cincin perak. Cincin pilihannya. Tanpa ada cincin ini saja, Rian tidak akan melepaskan diri dari belenggu Fajar. Apalagi sudah ada bukti nyata ini? Tentu saja Rian akan tetap di samping Mas Fajarnya.
•
•
•Udah mulai masuk konflik lho inii~
Butuh 30an part buat masuk ke konflik wkwkwk lama banget ya 😂Gimana menurut kalian konfliknya nanti? Hehehe 😋
Oh yaaa, buat teman-teman yang mau rikues cerita sambil berdonasi boleh yuk kunjungi akun @/Cabanglokal, atau kalau mau tanya" dulu juga boleh. Mau tanya ke aku dulu juga boleh~
DM selalu terbuka~ 😊Thanks you buat kalian yg udah baca, vote, dan komen. Luvv 💜
Salam,
Istrinya FA setelah MRA 💋
[200420]
KAMU SEDANG MEMBACA
You've Got Mail! [F/R]
Short StoryHi Love, Please check your mail! Kiss and Hug, Your Love. #1 in Rian | 7 Maret '20 #1 in Fajar | 7 Maret '20 #1 in Fajri | 27 Maret '20 #2 in Fajri | 7 Maret '20 #1 in Kapallokal | 9 April '20 You've Got Mail! © 2020 by Matchacaa