CZ2

32 6 0
                                    

Sepulang dari mall bersama kedua temannya untuk bermain di game center didalam mall, Allen segera masuk kekamar, mandi lalu menghabiskan sisa waktu disenja hari dibalkon kamarnya. Dia terlihat melamun memikirkan sesuatu.

"Ah, ngapain juga aku pikirin. Penting juga enggak." monolognya lalu membaca buku yang baru dibelinya itu.

Drrtt... Drrttt

Allen yang tengah larut dalam dunia membaca dikejutkan dengan getaran yang ada didalam saku celananya.

"Ganggu banget. Siapa sih?" gerutu Allen lalu mengambil ponselnya. Tertera nama Ken dilayar ponselnya, segera diangkat panggilan itu.

"Apaan sih? Ganggu tau gak!?" sembur Allen pada orang diseberang sana.

'Ih, nge gas mulu kerjaanmu. Cuman mau nanya, besok tuh jadwal pelajarannya apa aja? Jadwalku ilang, gak tau kemana.'

"Kenapa gak nanya Tristan aja sih?"

'Ya ampun, tolongin ngapa. Cuman tinggal difoto terus dikirim kan bisa. Tristan tuh off.'

"Males!" setelah berkata demikian, Allen memutus sambungan telepon begitu saja. Membuat orang yang diseberang sana mengumpatinya,

"Ooohhh... Dasar batu hidup! Tembok berjalan! Es batu gak bisa cair! Kutub Utara! Kutub Selatan! Gunung fuji! Muka triplek! Untung temen, kalo gak udah habis kauu!!!" setelah puas mengumpat, dia membuang ponselnya kekasur dan menjatuhkan tubuhnya kekasur besarnya itu lalu memutuskan untuk tidur. Menghubungi Tristan bisa nanti malam, pikirnya.


_____


Keesokan harinya, memang benar jika Shava akan berangkat bersama dengan Tristan, si pemuda tampan yang kemarin berdebat dengannya hanya perkara meja kantin.

Hari ini seragam mereka berwarna hitam untuk bagian bawah dan atasan putih dengan almamater berwarna hitam bergaris putih di pinggirannya.

Diparkiran motor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Diparkiran motor. Shava baru saja turun dari motor sport milik Tristan.

"Makasih ya Tristan udah jemput." ucap Shava pada Tristan tak lupa dengan senyum manisnya.

"Tak masalah. Oh iya, nanti pulang sekolah, bareng lagi ya. Aku anter." ajak Tristan sambil berjalan bersama Shava memasuki koridor sekolah.

"Ah, beneran gapapa? Jadi ngerepotin." tanya Shava, tangan kanannya menyelipkan rambutnya yang menutupi wajah bagian sampingnya ke belakang telinga karena rambutnya yang ia gerai.

"Ya nggak ngerepotin lah. Kan aku yang nawarin." balas Tristan.

"Oh iya ya. Hehe, yaudah deh, boleh. Makasih ya." ucap Shava sambil tersenyum.

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang