CZ3

18 5 0
                                    

Satu bulan berlalu. Secepat itu pula Sherin, Shuzan, dan Shava sudah menjalani hari-hari mereka disekolah baru untuk tahun ajaran baru.

Sudah satu bulan pula, hubungan antara Shava dan Tristan nampaknya semakin dekat.

Lain halnya dengan Ken. Pemuda tampan itu sungguh malang nasibnya.
Satu bulan yang lalu setelah dia mendapat nomor ponsel Shuzan dari Tristan yang memintakannya pada Shava, dia segera menghubungi Shuzan.
Seperti kebanyakan yang orang katakan, realita tak semanis ekspektasi, begitu pula yang dirasakan Ken.
Setelah menghubungi Shuzan lewat pesan WA, pemuda itu berharap bahwa Shuzan akan membalas sesuai ekspektasinya. Namun, yang dia dapat malah balasan dingin dari gadis itu.
Shuzan hanya membalas 'ada yang penting gak? kalo gak, gak usah hubungi.' untuk pesan yang dia kirim yang isinya 'Hai Zan! masih inget aku? aku Ken.'
Sejak saat itu pula, Ken makin bersemangat untuk bisa mendapatkan hati Shuzan, gadis yang dia sukai sejak pandangan pertama dikantin saat itu.

Sedangkan Allen. Hidup pemuda itu ya gitu-gitu aja. Monoton. Gak ada perubahan, gak ada variasi. Berasa, hidup cuma buat napas. Mungkin itu motto hidupnya.
Tapi, sejak kedatangan Sherin kedalam hidupnya, membuatnya nampak sedikit lebih hidup. Seperti, lebih sering berbicara walau hanya dua sampai tiga kata dalam sehari. Jika ditanya menyahut, yah walau hanya sesekali.

Seperti saat ini, kini mereka -Allen, Ken, Tristan- sedang berada disebuah kafe milik tante Ken yang berada didekat sekolah mereka. Sepulang sekolah, mereka memutuskan untuk nongkrong disana hanya sekedar untuk ngopi dan menenangkan pikiran setelah seharian berkutat dengan buku-buku yang isinya rumit. Yah, walau tak serumit jalan hidup.

"Oh iya. By the way, hubunganmu dengan Shava gimana?" tanya Ken tiba-tiba pada Tristan memecah keheningan yang menyelimuti mereka.

"Yah gitu. Udah deket sih, tapi aku gak berani nyatain perasaan ke dia." jawab Tristan ragu, wajahnya terlihat lesu.

"Cemen" ledek Allen menimpali ucapan Tristan.

Tristan nampak tak terima dengan ledekan Allen.
"Idih. Daripada kau. Kayak gak doyan sama cewek. Ya gak Ken?" ledeknya balik. Membuat Ken terkekeh pelan. Sedangkan Allen hanya diam dan kembali membaca buku novel ditangannya.

"Memang buku apa sih yang kau baca. Suka sekali. Coba lihat." ucap Tristan penasaran dan membalik buku untuk melihat judul dicovernya.

"Ih ganggu banget sih!" Allen menyingkirkan tangan Tristan dengan kasar.

"Gak usah ngegas kali. Cuman liat juga. Itu, buku mitologi Yunani? Kau suka yang berbau kuno? Sepertinya seleramu sama seperti Sherin." kata Tristan sambil berpikir.
Ucapannya mengundang rasa penasaran Ken.

"Dari mana kau tau jika Sherin suka buku seperti itu?" tanya Ken dengan sebelah alis yang terangkat.

"Shava pernah bercerita padaku soal sahabat-sahabatnya. Dia bilang jika Sherin itu hobi banget baca buku, apalagi novel yang isinya kayak berbau mitologi Yunani kuno gitu, terus buku yang isinya petualangan atau fantasi gitu deh." jelas Tristan, Allen diam-diam mendengarkan cerita Tristan dengan tak mengalihkan perhatiannya dari buku bacaannya itu.

"Wahh, berarti Shava juga cerita soal Shuzan donk. Cerita apa aja dia?" tanya Ken dengan mata berbinar.

"Bentar. Lupa." jawab Tristan sambil berpikir mencoba mengingat-ingat.

"Ohh... Iya inget!" serunya. Membuat beberapa pelanggan yang didekat mereka menoleh.

Ken langsung menunduk pura-pura memainkan ponselnya. Sedangkan Allen langsung menutup wajahnya dengan buku yang ia baca.
Tristan langsung meminta maaf ke para pelanggan yang merasa terganggu karenanya dengan cengar cengir gak jelas.

Comfort ZoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang