Empat

2.6K 223 31
                                    

Seulgi POV

Akhirnya aku menuruti perkataan Jimin, duduk dan menunggu sedirian karena Jimin sedang memesan kue yang kuinginkan.

Beberapa detik kemudian seorang pelayang mengantarkan beberapa makanan dan minuman.

"Maaf. Tapi saya tidak pesan"

"Suami anda yang memesankan nona"

"Ah" aku menghela nafasku
"Terimakasih"

Aku sedikit kesal pada Jimin, dia bilang aku hanya perlu duduk dan menunggu bukannya makan lagipula aku sudah bilang sejak awal jika aku akan makan dengan Emely.

Jimin, terlalu mengekangku.

Dan lagi salah satu pelayan disana terus mengawasiku. Karena siapa lagi? Pasti Jimin

Setelah menunggu cukup lama, aku berniat menghampiri Jimin karena perutku rasanya sungguh tidak nyaman, dan mungkin kue yang ku pesan hampir sudah selesai.

"Nona, anda mau kemana?" tanya pelayan itu

Aku mengabaikannya, sudah cukup aku selalu menuruti permintaan Jimin. Selama ini aku merasa Jimin tidak pernah menghargai keputusanku, menganggapku lemah dan menganggapku tidak mampu melakukan apa yang aku inginkan.

Aku terus berjalan sambil menarik nafas dan membuangnya kasar, sungguh perutku rasanya semakin sakit.

Apa sudah waktunya bayi Jimin keluar? Pikirku

Aku menggelengkan kepalaku, masih tersisa dua minggu jadi tidak mungkin sekarang.

Aku terus berjalan keluar dan melihatnya.

Melihat Jimin bersama seorang perempuan. Berambut pirang, tubuh ramping, tinggi dan penampilannya sungguh elegan.
Mereka seperti membicarakan sesuatu yang seru karena aku terus melihat keduanya saling berbalas senyuman.

Aku mencoba berpikir positif tentang apa yang kulihat mungkin saja saat Jimin menunggu pesananku dia bertemu dengan temannya dan ngobrol sampai kue pesananku selesai.

Tapi tidak. Jelas - jelas Jimin sudah membawa kuenya tapi mereka masih terus berbicara seakan lupa jika dia meninggalkanku sendirian didalam.

Dengan perasaan kesal dan marah, aku berjalan melewati mereka. Perutku masih terasa sakit jadi langkahku tidak secepat apa yang aku inginkan yang jelas aku ingin segera pergi, jika saja ada tempat lain yang kutau aku akan kesana dan tidak kembali kerumah.

Seulgi POV end.

-----

Jimin yakin seseorang yang lewat baru saja adalah Seulgi. Tanpa berpikir panjang Jimin langsung mengejar Seulgi

Jimin menutup pintu taksi yang akan ditumpangi Seulgi.

"Maaf" Jimin membungkuk pada supir taksi

"Mau kemana!"
"Jawab aku! Mau kemana lagi!"

Seulgi masih diam bahkan menatap Jimin pun Seulgi enggan.

"Aishh"
"Apa kau punya uang? Apa kau tau tempat ini? Bagaimana jika ada penjahat?"
"Sudah ku bilang jangan kemana - mana tanpaku!"

"Benar, jadi selama ini kau menganggapku lemah" lirih Seulgi, dia menunduk dan terlihat menahan air matanya

Jimin membuang nafasnya kasar lalu menarik Seulgi agar ikut dengannya.

Keduanya masih dalam diam selama perjalanan, Seulgi bersandar dan lebih memilih melihat kearah bangunan-bangunan yang mereka lewati.

Suasana dingin dan sunyi masih terasa bahkan saat mereka sudah sampai dirumah.

All to My Wife (SeulMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang