Dua.

4.1K 279 56
                                    


Jimin berjalan mondar-mandir sejak tadi, dia mengusap wajahnya kasar dan terlihat sangat cemas menunggu sampai dokter yang memeriksa keadaan Seulgi keluar.

Klekk...

"Wali dari nona Seulgi?"

"Saya dok, saya suaminya"

"Bisa ikut saya sebentar?"

Jimin meminta tolong pada Emely untuk menemani Seulgi dulu, setelah itu Jimin masuk kedalam ruangan dokter yang menangani Seulgi tadi.

Jimin sangat kaget saat dokter menjelaskan jika Seulgi hampir mengalami overdosis dan mengatakan kepada Jimin untuk lebih memperhatikan obat-obatan yang dikonsumsi Seulgi menginggat kondisi Seulgi sekarang sedang mengandung.

Jimin memijat keningnya, bagaimana bisa Seulgi hampir overdosis? Setaunya obat yang dikonsumsi Seulgi hanya berupa vitamin. Apa Seulgi menyembunyikan obat lain? Atau Seulgi berniat ingin menyingkirkan janinnya?

Jimin menghela nafasnya sebelum masuk ke ruangan Seulgi, untuk saat ini dokter menyarankan Seulgi untuk dirawat terlebih dahulu.

"Emely"
"Sudah sangat malam, kau pulanglah. Aku akan menjaganya"

"Tapi Jim"

"Dokter bilang keadaannya baik-baik saja"
"Ah pakai mobilku saja, dan istirahatlah"

"Aku akan kesini besok pagi"

"Terimakasih ya Emely"

"Eum,, kabari aku tentang perkembangannya. Mengerti?"

Jimin mengangguk lalu mengantar Emely keluar dari ruangan Seulgi.

Setelah itu Jimin menatap Seulgi yang masih terlelap, satu tangan Jimin menggenggam tangan Seulgi dan tangan satunya membelai rambut Seulgi.

"Kau masih saja tertutup Seulgi.."
"Apa ada yang kau sembunyikan dariku?" lirih Jimin

Tangan yang semula menggenggam tangan Seulgi berpindah mengusap perut Seulgi "Baby, kau harus baik-baik disini"

Jimin merasakan pergerakkan istrinya, dia sudah sadarkan diri.

"Jim.." lirih Seulgi

"Bagaimana?"
"Masih sakit?"

"Aku baik. Bagaimana bayi kita Jim?"

"Sama seperti ibunya, dia kuat dan baik-baik saja"

Seulgi tersenyum "Syukurlah"

"Beneran tidak sakit lagi?"

"Tidak. Perutku tidak sakit lagi"

"Jangan ditahan, lain kali katakan"

Seulgi mengangguk pelan.

"Sekarang waktunya kau dan bayi kita istirahat eum."

"Besamamu juga" Seulgi sedikit menggeser tubuhnya berniat memberikan tempat untuk Jimin disampingnya

Jimin terkekeh "Tidak muat sayang"
"Aku disini saja. Takut nanti malah melukaimu dan bayi kita eum"

Melihat Seulgi menggerucutkan bibirnya, Jimin lalu mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Seulgi.

Bukan hanya memberi kecupan tapi sebuah ciuman, Jimin juga melumatnya cukup lama menyalurkan segala rasa sayangnya pada Seulgi.

Seulgi membalas lumatan Jimin bahkan tangan Seulgi yang tidak terpasang infus menekan tengkuk Jimin.

Jimin menjauhkan bibirnya, mengakhiri ciumannya "Sekarang, tidur. Mengerti?"

CUP.

Jimin mengecup bibir Seulgi lalu membenarkan selimutnya.

"Jangan pergi.." gumam Seulgi yang masih bisa didengar Jimin

"Aku disini. Bersamamu"

-------

Diluar runah sakit, Jimin menunggu seseorang datang. Seulgi? Dia sedang diperiksa oleh beberapa dokter. Entah kandungan, penyakit dalam atau syaraf, Jimin ingin Seulgi diperiksa secara keseluruhan. Jimin terlalu takut jika terjadi apapun.

Seseorang berambut pirang berlari kearah Jimin dengan tergesa-gesa. Emely.

"Kau tidak berangkat Jim?"
"Aku akan menjaganya, tenang saja. Percaya padaku"

"Suami macam apa mementingkan pekerjaan daripada istrinya? Aku tidak mau seperti itu"
"Aku akan menjaganya dan tidak ingin merepotkanmu lagi"

Emely tertawa "Ayolah Jimin, kau kira aku siapa? Hei kita keluarga, tidak ada yang nama repot merepotkan!"

"Aku tau.."
"Tapi aku ingin menemaninya sekarang"

"Iya.. Iya.. Temani dia."
"Seulgi pasti sangat senang, ku duga Seulgi pasti ingin selalu berada dirumah sakit karena kau ada disampingnya"

Jimin tertawa "Apa keputusanku menunggunya salah?"
"Ah.."
"Bagaimana? Kau menemukan sesuatu?"

"Oh aku hampir lupa Jim. Aku menemukannya Jim"
"Obat Seulgi."

--------

Selama ini ternyata Seulgi menyembunyikannya pada Jimin, percuma bertanya pada siapapun yang Seulgi kenal karena mungkin tidak ada yang tau jika Seulgi mengalaminya, mengkonsumsinya sejak lama.

Beberapa obat penenang dan
Obat tidur

Hanya itu tapi Seulgi memiliki semuanya, mulai dari dosis terendah sampai dosis tertinggi.

Jimin memang tau Seulgi dulu mengkonsumsi obat tidur tapi dia tidak menyangka separah ini. Ditambah apa yang dikatakan dokter padanya jika Seulgi adalah seorang bipolar.

"Pasien yang mengkonsumsi obat seperti ini adalah pasien yang mengalami gangguan bipolar"

"Bipolar?"

"Benar, Gangguan bipolar adalah gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis. Nona Seulgi bisa saja merasa sangat senang pada waktu tertentu tapi dia juga bisa merasa sangat sedih secara tiba -tiba. Kepercayaan dirinya bisa tidak stabil, dan hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi."

"Apa maksud dokter?"

"Nona Seulgi bisa merasa rendah diri, merasa lemah, tidak mampu melakukan apapun, malas beraktivitas dan bisa saja akan muncul pemikiran untuk melakukan bunuh diri?"

Jimin terdiam.

Bunuh diri? Tidak mungkin.

Jimin kembali mengingat beberapa momen yang mereka lalui dulu, saat Seulgi berniat bunuh diri diawal pertemuan mereka, teringat bagaimana keadaan dan sikap Seulgi saat Taehyung sakit sampai meninggal.

Jimin baru sadar jika Seulgi memang moodnya sering berubah, pemikirannya selalu tidak terduga.

Anggap saja Seulgi berubah karena alasan, alasan dimana dia kehilangan seseorang .

Tapi sekarang?

Apa yang Seulgi rasakan? Dia tidak kehilangan apapun! Dia terlihat baik -baik saja tapi kenapa Seulgi masih mengkonsumsi obat itu. Pasti ada alasannya.

Jimin kembali ke ruang inap Seulgi, berusaha semaksimal mungkin bersikap biasa meskipun perasaannya sungguh gelisah.

"Jimin.." panggil Seulgi

Jimin melihatnya, melihat senyuman Seulgi yang sangat lebar dan terlihat begitu bahagia.

Jimin membalasnya dengan senyuman. Didalam hatinya, Jimin bersumpah akan berusaha membuat Seulgi bahagia dan melihat senyumannya setiap hari.








Tbc.

Next?



Udah nulis beberapa karena pertama jadi aku double up 😆

All to My Wife (SeulMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang