Delapan

2.1K 189 56
                                    

Setelah seharian merawat Jimin, sorenya Seulgi ke rumah Rose untuk mengambil Dream yang sempat dia titipkan.

"Maaf merepotkanmu Rose"

Seulgi sudah menggedong Dream sekarang

"Tidak sama sekali Seul. Bagaimana keadaan Jimin sekarang?"

"Masih sama"

"Mungkin obatnya belum bereaksi. Tenanglah Seul, Jimin hanya demam jangan berpikir aneh-aneh"
"Kasihan Dream juga kalau tau ibunya seperti sekarang"

"Jujur agar sulit tapi akan kuusahakan"

"Besok titipkan Dream padaku lagi, aku tidak masalah"

"Maria akan datang"

"Maria?"

"Heum pengasuh Dream dulu, dia juga teman Jimin. Lagipula aku tidak mau merepotkanmu terus"

"Kenapa sungkan sekali denganku, aku suka Dream dan yang jelas pekerjaanku hanya dirumah mencari ide untuk menulis"

Seulgi tersenyum "Segera dapatkan idemu dan berkencanlah"
"Aku pulang dulu, annyeong"

Seulgi melambaikan tangannya lalu kembali ke rumahnya, memandikan Dream dan memasak untuk Jimin. Jimin? Dia masih istirahat sekarang entah demamnya sudah menurun atau tidak Seulgi masih tetap merasa cemas.

Demam mungkin hal yang sepele atau wajar dialami seseorang tapi semenjak kejadian sahabatnya dulu, Seulgi menjadi berpikiran lebih jika ada seseorang yang sakit apalagi sekarang adalah Jimin. Itu sontak membuat Seulgi menjadi berlebihan takut jika terjadi apa-apa.

Seulgi membawa semangkuk bubur dan obat untuk Jimin lagi sedangkan Dream sekarang sudah bersama Maria.

"Jimin.."

Telapak tangan Seulgi menyentuh dahi Jimin dan pipinya untuk memastikan apa suhu tubuh Jimin sudah menurun atau belum. Syukurlah karena setidaknya tubuh Jimin tidak sepanas siang tadi.

"Jimin.."
"Makan dulu.."

Jimin membuang nafasnya berat, membuka perlahan matanya dan melihat Seulgi tepat didepannya sendirian

"Dream?" tanya Jimin dengan suara khas bangun tidur

"Bersama Maria"
"Aku menyuruhnya datang lagi karena aku ingin bersamamu dulu"

Jimin sedikit terkejut saat tau Seulgi membawa Maria kembali, padahal Seulgi sangat tidak suka sebelumnya.

Tapi sudahlah, tidak perlu Jimin protes kan nanti malah terjadi salah paham.

Jimin lalu melirik nampan berisi bubur dan obat di meja samping tempat tidurnya

"Aku suapi. Bagaimana?" bujuk Seulgi

"Jangan disini, aku baik-baik saja. Kita makan di meja makan"

Jimin beranjak dari tempat tidurnya, sebenarnya belum pulih sepenuhnya tapi dia tidak mau membuat Seulgi terus memikirkan hal-hal yang tidak-tidak.

"Jimin.."

"Aku ingin makan denganmu eum" bujuk Jimin yang bersikeras ingin keluar kamar dan akhirnya Seulgi menurut

Seulgi berniat membantu Jimin, menggandengnya sampai di meja makan tapi Jimin menolak, dia ingin membuktikan bahwa dia bisa melakukannya sendiri.

Memang dasarnya Seulgi sangat sensitif makanya dia menjadi kesal pada Jimin beranggapan Jimin seperti tidak menghargai usahanya.

Seulgi berjalan mendahului Jimin dan menghalagi jalannya
"Khawatir. Apa tidak boleh?!"

Didepannya perempuan bermata monoloid menatapnya dengan tatapan kesal, apa ada sesuatu yang salah? Tidak. Semua hanya masalah pemahaman keduanya yang berbeda dan jalan satu satunya adalah salah satunya harus mengalah.

All to My Wife (SeulMin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang