HAWA dingin yang menusuk tidak menghentikan langkah kaki Taeyong, ia tidak merasakan apapun; kebal, tubuhnya melesat melewati pepohonan tinggi dengan iris merah yang mengkilat di dalam kegelapan. Ini jam dua pagi, Taeyong bergegas menuju pondok di pinggir danau, tempat ia akan bertemu dengan Jaehyun.
Dua hari belalu sejak terakhir kali mereka bertemu. Taeyong tidak bisa membohongi perasaannya mulai saat ini, berjauhan dengan manusia serigala bernama Jung Jaehyun itu membuat hati Taeyong terasa nyeri. Ia sangat merindukan Jaehyun, setiap detiknya yang Taeyong inginkan adalah berada di dekapan hangat lelaki tampan itu.
Hangat, sebuah rasa yang tidak pernah Taeyong rasakan sebelumnya. Itu membuat Taeyong semakin menginginkan Jaehyun, takdir yang mengikat mereka bersifat abadi dan Taeyong tidak akan bisa merubah takdir tersebut.
Taeyong berdiri di sisi danau yang lain, ia menatap lurus ke depan, memperhatikan pondok yang terbuat dari kayuㅡberlantai dua. Iris merah Taeyong menangkap keberadaan Jaehyun, lelaki tampan itu sedang berdiri di seberang danau, tanpa mengenakan baju, memperlihatkan tubuh bagian atas yang di penuhi otot dengan delapan kotak pada perut.
Rasa menggelitik memenuhi perut Taeyong, ia mendesah pelan sebelum berlari di atas air tanpa tenggelam, langkahnya begitu cepat; tidak terlihat dan tidak terdeteksi. Setiap langkah bagaikan bulu angsa yang mengambang di atas permukaan air.
"Kau datang," ujar Jaehyun yang kini berjalan menghampiri Taeyong yang berada di hadapannya, ia tersenyum kecil. "Kupikir kau tidak akan datang, mengingat bagaimana hancurnya pertemuan pertama kita."
Taeyong mengalihkan pandangan ke arah lain, hanya kesunyian yang ada di sekitar mereka. "Jangan bergurau," ia melangkah mendekati Jaehyun hingga ujung kedua kaki mereka bersentuhan. "Takdir ini, tidak ada yang bisa kita lakukan selain menerimanya kan? Imprint yang kau lakukan padaku tentu tidak bisa di batalkan begitu saja."
Jantung Jaehyun berdegup kencang, sebenarnya ia sangat merindukan Taeyong melebihi apapun. Melihat lelaki cantik itu berdiri di hadapannya saat ini membuat perasaan Jaehyun terasa jauh lebih baik dari sebelumnya, ia menelan air liur sebelum mengangguk. Iris cokelat tua Jaehyun menatap lurus pada wajah cantik Taeyong, bibir merah yang tipis milik si lelaki bermarga Lee menjadi titik fokus utama Jaehyun.
Di dalam kepala, Jay sudah menertawakan Jaehyun yang tidak bisa menahan diri. Serigala hitam itu tentu tahu bagaimana perasaan Jaehyun yang sebenarnya, mereka berdua berada di dalam tubuh yang sama. Jay mengerti bila Jaehyun ingin segera menandai Taeyong; menjadikan lelaki cantik itu sebagai milik mereka. Tapi semuanya tentu tidak akan mudah.
"Kau ingin masuk? Aku memiliki kasur di dalam."
Taeyong mengangkat sebelah alis. "Aku tidak membutuhkan tidur," ia mendudukan tubuhnya di atas rerumputan pendek di pinggir danau, memerhatikan air danau yang tenang, membiaskan cahaya bulan dari atas langit. "Aku ingin di sini, suasana nya cukup tenang."
Jaehyun tersenyum kecil lalu mendudukan tubuh di samping Taeyong. Hembusan angin menerpa tubuh bagian atasnya, tapi Jaehyun tidak merasa kedinginan, ia bisa menyesuaikan suhu tubuh. Manusia serigala seperti dirinya memiliki suhu tiga puluh sembilan derajat sampai empat puluh derajat celcius.
"Tidak ada yang mengikutimu ke sini?"
"Tidak ada, Adikku sibuk memainkan video game bersama sepupuku." gumam Taeyong pelan, kedua kelopak matanya terpejam, ia bisa menghirup aroma peppermint dari tubuh Jaehyun, itu membuat kepala Taeyong pening.
"Taeyong?" panggil Jaehyun dengan nada suara yang begitu rendah, berhasil membuat Taeyong menoleh padanya, Jaehyun menggeram pelan, tidak tahan dengan iris merah Taeyong yang terlihat begitu indah, "kau, menerimaku kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Power Of Love《Jaeyong》✔
Fanfiction[Fantasy] [Romance] Berdiri di dalam kubu berbeda yang seharusnya bermusuhan. Tapi bagaimana jika takdir mengikat keduanya? Werewolf dan Vampire? •BXB || YAOI || HOMO || GAY •Jaehyun x Taeyong •Don't read if u don't like bitches.