Arjuna Dan Srikandi

12.2K 36 0
                                    

   Sudah hampir satu tahun Srikandi berguru pada Arjuna, sebuah waktu yang cukup lama untuk saling mengenal. Srikandi tahu kepribadian Arjuna dan Arjuna tahu kepribadian Srikandi.
   Srikandi tak hanya mengenal Arjuna namun juga Nakula yang biasa mengajari Srikandi tentang obat-obatan juga. Dan juga sifat dingin dan keras Srikandi sudah mulai melembut. Srikandi menjadi pribadi yang cukup berbeda. 
  Suatu hari Arjuna berkata begini pada Srikandi.
  "Srikandi, kau sudah lulus dalam pelajaran memanah, kau sudah mahir." Ujar Arjuna.
  "Terima kasih, Arjuna." Srikandi sangat senang, "Kau sudah mau mengajariku. Aku tak tahu bagaimana caranya berterima kasih."
  Arjuna tersenyum, "Kau tak perlu berterima kasih. Aku akan memberimu sebuah busur, kau bisa memakainya." Arjuna menyodorkan sebuah busur pada Srikandi.
  Srikandi jadi lebih senang, "Terima kasih, Arjuna." Arjuna berkata, "Aku memberinya khusus untukmu."
  "Arjuna, aku akan selalu membantumu kapan pun." Srikandi tersenyum. Arjuna hanya mengangguk.

   Srikandi pun menemui Nakula.
   "Srikandi, kau sudah lulus?" Tanya Nakula.
  Srikandi mengangguk, "Benar, Nakula. Arjuna bahkan memberikan aku sebuah busur khusus untukku."
  "Arjuna memang baik, kan." Canda Nakula.
  "Aku tak tahu cara berterima kasih padanya." Ujar Srikandi.
  "Aah, Arjuna tak perlu apa-apa, dia hanya senang mengajari seseorang saja. Kecuali kak Bima, dia akan senang bila diberi sekeranjang makanan..hahaha.." Nakula tertawa, untung saja Bima tak ada, bila ada, tamatlah riwayat Nakula.
  "Terima kasih juga untukmu, Nakula. Kau sudah mengajariku tentang obat-obatan, itu juga sangat berguna." Srikandi tersenyum, "Aku mau pamit dulu."
  Nakula tersenyum, "Kudoakan kau selalu sukses, Srikandi." Srikandi tersenyum.

   Srikandi pun pulang ke Kampilya. Arjuna hari ini agak sedih, dia tak tahu kenapa. Tapi karena Srikandi sudah lulus dan mereka kemungkinan kecil akan bertemu lagi, itu yang membuat Arjuna sedih. Tanpa disadari, Arjuna telah jatuh cinta pada Srikandi, karena kecerdikan dan kecantikan Srikandi telah memikat hati Pangeran Arjuna. 
  "Kak Arjuna, mengapa kau terlihat sedih?" Tanya Sadewa.
  "Aku tak sedih, Sadewa. Aku hanya memikirkan sesuatu." Ujar Arjuna.
  "Memikirkan tentang wanita lagi, ya?" Sadewa tertawa, ternyata Sadewa tak kalah usil dari Nakula, ya.
  "Sadewa! Kau yang benar saja." Arjuna memarahi Sadewa yang masih tertawa-tawa.
  "Aku sedang memikirkan tentang cara membuat Indrapastha menjadi kerajaan hebat." Jawab Arjuna, padahal Arjuna tengah berbohong.
   Bagi Arjuna ini adalah keadaan yang berbeda. Arjuna-lah yang biasanya memikit hati para wanita, sekarang Arjuna terpikat oleh seorang wanita.

   Srikandi duduk di pinggiran sungai seperti biasa, memandangi bulan yang bersinar terang di langit yang gelap.
  "Kak Srikandi." Ternyata ada Drestadyumna dibelakang Srikandi.
  "Drestadyumna, apa yang sedang kau lakukan, dik?" Srikandi berdiri.
  "Aku cuma bosan." Drestadyumna tersenyum.
  "Bosan?" Srikandi bingung, "Kurasa adikku yang satu ini tak pernah bosan akan sesuatu."
  "Kak, aku juga seperti kakak." Ujar Drestadyumna sambil melempar batu ke sungai. Memang hidup Drestadyumna diciptakan untuk penuh dengan dendam dan selalu penuh api kemarahan, suatu 'keajaiban' kalau Drestadyumna mau tersenyum dan berbicara pada Srikandi.
  Tiba-tiba Drestadyumna berkata, "Menurut Kakak, Pangeran Arjuna menyukai kakak tidak?"
  Srikandi terkejut, dia menunduk. "Drestadyumna, kau berbicara jangan asal-asalan. Arjuna hanya mengajariku memanah." Jelas Srikandi, "Dan mana mungkin Arjuna menyukaiku? Arjuna tak mungkin menyukai wanita sepertiku."
  "Kak berhentilah berkata begitu." Drestadyumna berkata, "Seandainya diadakan sayambara pernikahan untuk Kakak pun, akan banyak yang melamar. Kakak terlalu merendahkan diri."
  "Terima kasih, Drestadyumna. Tapi aku tak berfokus pada hal itu." Srikandi tersenyum kecil.

   

Kisah SrikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang