Cinta Bersemi

1.6K 25 0
                                    

   Hai, friends. Aku sudah bersusah payah nulis cerita ini, akhirnya sudah sampai ke part kesebelas. Tetap setia baca, ya! Dan kalau ada yang salah dalam cerita ini, jangan ragu untuk berkomentar, karena aku ingin terus belajar menjadi penulis yang baik. Thanks, ya. Oke, ayo, silahkan dibaca!

   Sudah seminggu Srikandi tinggal di Indrapastha. Srikandi makin lama makin dekat baik dengan Arjuna dan Nakula. Tapi Srikandi memperlakukan mereka dengan beda, Arjuna sebagai teman dekat, tetapi..Nakula? Sulit dijelaskan. Nakula itu jahil dan sering membuat Srikandi harus menahan tawa atau kesal. Tapi Srikandi menyukai hal itu. Sebenarnya Arjuna kesal melihat kedekatan Nakula dan Srikandi, karena Arjuna masih menyimpan perasaan suka pada Srikandi. Tapi Arjuna tak berani mengatakan itu lagi karena di takut kalau Srikandi marah padanya.
   Arjuna harus sabar saja.

   Srikandi sedang berlatih memanah, dia dengan konsentrasi memanah. "Srikandi!" Teriak sebuah suara yang tak asing lagi, Drestadyumna! Hah, apakah Srikandi bermimpi, dia tak tahu apakah ini cuma halusinasi atau apa? Srikandi membalikkan badannya, benar ada Drestadyumna dari kejauhan, sedang menaiki kudanya. "Dres..Drestadyumna!" Srikandi terbata-bata tapi bahagia. Dia memeluk Drestadyumna. "Kak, aku merindukanmu." Ujar Drestadyumna.
  "Aku juga.." Srikandi tersenyum lebar. "Bagaimana kabar Ayah, Drestadyumna?"
  "Ayah baik-baik saja, kak. Dan dia sedih telah mengusir kakak, dia mau kakak ke Kampilya lagi." Drestadyumna menceritakan semuanya, "Makanya aku disuruh untuk menemui kakak. Tak kusangka kakak di Indrapastha. Apakah kakak telah jadi istri Nakula atau Arjuna?"
  Srikandi tertegun, tapi menyangkal hal itu. "Mana mungkin, Drestadyumna! Aku cuma menumpang saja di sini." Jelas Srikandi, dia tak mau Drestadyumna mengira Srikandi menikah dengan Nakula atau Arjuna, itu tak mungkin.

   Drestadyumna tersenyum, "Kakak mau kembali ke Kampilya?" "Aku tak tahu, Drestadyumna. Aku takut bila aku kembali, Ayah mengadakan Swayamvara untukku." Srikandi berkata.
  "Kak, jangan berpikiran yang begitu." Drestadyumna meyakinkan Srikandi.
  "Baiklah, tapi aku mau pamit pada Drupadi dan para Pandawa dulu. Mereka telah baik untuk membantuku." Srikandi meminta izin.
  "Tentu, kak. Sampaikan salamku pada mereka juga." Ujar Drestadyumna.
   Srikandi pergi ke istana dengan cepat. Akhirnya dia sampai, dia menjelaskan semuanya pada Pandawa. Yudhistira tersenyum, "Baiklah, Srikandi. Pergilah pulang, kami senang kau tinggal disini dan kami berharap kau tinggal lebih lama lagi."
  "Terima kasih, Yudhistira." Srikandi berkata. Sebelum Srikandi pergi Nakula menemuinya.
  "Selamat tinggal, Srikandi. Aku akan mengunjungimu nanti." Kata Nakula, dia memeluk Srikandi. Srikandi kaget tapi dia membalas pelukan Nakula. "Terima kasih, Nakul."
   Diam-diam Arjuna sudah menunggu Srikandi. Arjuna menemui Srikandi. "Srikandi, aku tahu kau harus pulang. Dan benar kata Yudhistira, kami berharap kau lebih lama lagi disini." Ujar Arjuna, "Dimana pun kau berada, aku selalu bersamamu." Arjuna memegang tangan Srikandi. Srikandi sedih melihat raut wajah Arjuna. Srikandi tak bisa menahan tangisnya, ada apa dengan hati ini? Pikir Srikandi.
  "Terima kasih, Arjuna." Srikandi langsung pergi, dia ingin menyembunyikan air matanya, supaya Arjuna tak melihatnya.

   Sepanjang perjalanan ke Kampilya, Srikandi memikirkan Nakula dan Arjuna, siapakah yang dia cintai aslinya? Dia tak bisa memilih dan itu sangat menyiksa hatinya, kenapa Srikandi menjadi lemah karena cinta? "Aku tak boleh lemah, aku selalu kuat." Batin Srikandi, "Aku tegar dan tak akan pernah lemah." Tapi apakah Srikandi bisa?

  Tiga hari perjalanan akhirnya mereka sampai di Kampilya, Drupada sudah menyambut. Istana dihias dan semuanya tampak indah. Drestadyumna tersenyum bahagia, "Ayo, kak!" Srikandi masuk ke dalam dan menyampaikan maafnya pada Drupada, "Ayah, maafkan aku, aku telah berbuat hal jahat pada orang tuaku."
  "Srikandi, ini bukan kesalahanmu. Ayah yang minta maaf." Drupada berkata. "Ayo, putriku, masuklah ke istana ini." Dan ternyata Drupada mengadakan pesta di istana, untuk festival musim semi. Srikandi lupa kalau akan ada festival musim semi di Kampilya. Pantas kalau di Indrapastha sendiri sedang ada pesta juga. "Untuk pesta ini, ayah mau kau berdandan layaknya tuan putri." Ujar Drupada. "Hah?" Srikandi kaget.
  "Iya, Kak. Sekali saja." Drestadyumna tersenyum kecil sambil menahan tawa.
  Ini mustahil bagi Srikandi, tak mungkin dia berpakaian seperti putri pada umumnya, baru satu jam memakai saja rasanya tak enak.

   Srikandi menggelengkan kepalanya, "Tak mungkin." Ujarnya. "Yaaahh.." Drestadyumna berkata, Srikandi tetap tak mau. "Srikandi, ayolah." Ujar Drupada. Akhirnya Srikandi mengangguk kecil.
  Drupada memanggil pelayan-pelayan, "Pelayan, tolong dandani Putri Srikandi."
  Para pelayan pun bingung, mana mungkin Putri Srikandi pernah berdandan? Aneh sekali. Tapi para pelayan segera berangkat bekerja.
  "Tak kusangka Putri Srikandi mau didandani." Ujar seorang pelayan, "Pasti Putri tampak sangat cantik." 
  "Benarkah?" Srikandi mengangkat alisnya.
  "Tentu, Putri. Putri belum menyadarinya?" Jawab pelayan kedua sambil tertawa.

   Para pelayan itu mencuci rambut Srikandi, mengepangnya dan meluluri Srikandi. Srikandi dipoleskan riasan tipis dan dia didandani dengan baik. Dia juga dipakaikan gaun yang cantik. Srikandi melihat dirinya di depan kaca, hhmm...baginya dia tampak aneh.
  "Wah, Putri tampak sangat cantik!" Seru seorang pelayan.
   Srikandi memperhatikan dirinya dengan benar didepan kaca. Dia tampak cantik juga. Setidaknya dia harus membiasakan diri memakai gaun dan perhiasan-perhiasa yang lumayan berat ini, bahkan menurutnya baju perangnya lebih ringan.
   Srikandi berjalan ke aula raja.
  "Wah, siapa putri ini?" Canda Drestadyumna disambut tawa Drupada.
  "Ini baru putriku Srikandi." Drupada tersenyum, dibalik 'kegalakannya' Drupada sayang pada anak-anaknya.
   Srikandi melihat sekeliling, tamu-tamu mulai berdatangan. Srikandi berharap ada yang mengenalinya, karena Srikandi tampak berbeda.
   "Kau siapa, ya?" Tanya Drupadi.
  "Drupadi, aku Srikandi!" Ujar Srikandi, Drupadi bahkan tak mengenalinya.
   Drupadi berpikir dulu agak lama, "Srikandi! Kau tampak berbeda..."
  "Ya, aku tampak buruk." Keluh Srikandi. Drupadi cemberut, "Tidak, kau sangat cantik. Lihatlah, perhatian para tamu tertuju padamu, aku yakin para putri iri dengan kecantikanmu."

   Banyak tamu sudah datang, alunan musik memenuhi tempat itu. Seseorang menepuk pundak Srikandi. "Nakula!" Srikandi tersenyum melihat Nakula. "Srikandi, kau..berbeda." Nakula memandangi Srikandi. 
  "Benarkah?" Srikandi menyernitkan dahinya.
  "Iya, berbeda dan cantik." Puji Nakula.
  "Terima kasih," Srikandi tersenyum. Diam-diam Arjuna memperhatikan mereka. 

Oke, friends, pegel sudah nulis. Nah, menurut kalian Srikandi cocok sama siapa? Aku bingung mau nentuin Srikandi sama siapa?
  

Kisah SrikandiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang