BAB 1

95.5K 4.5K 287
                                    

Karena cerita ini udah mulai ditulis, jadi aku publish aja yeuu...

Bab 1 semoga kalian suka yaa...

Happy reading!

***

Rian

Gue masih nggak ngerti sama apa yang sedang gue lakukan sekarang. Duduk di kursi pelaminan, tamu yang gue dengar muji-muji gue karena ganteng, dan penghulu yang duduk di depan gue. Semuanya udah siap menyambut hari yang menurut gue paling buruk sepanjang tiga puluh tiga tahun hidup di dunia.

"Siap?" tanya sang penghulu kepada gue.

Gue cuma melongo kayak orang bego karena nggak harus menjawab apa. Yang gue lakuin sekarang cuma ngusap-ngusap celana busana pernikahan gue yang terasa sesak. Bikin gue nggak nyaman sama sekali.

"Bisa kita mulai sekarang, Rian?"

Bodo amat. Gue mengangguk tanpa mengeluarkan suara.

Sesesat kemudian, suasana berubah menjadi hening dan membuat jantung gue berdegup kencang. Beberapa kali gue menelan ludah, keringat dingin mulai bermunculan di kening gue, dan rasa mual tiba-tiba saja menyerang perut gue. Rasanya mau muntah sekarang juga.

Muntahin whiskey yang semalam gue minum sebelum akad nikah sialan ini.

Laki-laki di depan gue yang adalah calon mertua gue mengulurkan tangan kanannya. Gue menyambutnya dengan gemetaran yang nggak bisa hilang, padahal udah gue coba.

Shit!

Sebentar lagi status gue bukan bujangan lagi. Melainkan suami dari cewek yang baru gue kenal sebulan yang lalu.

"Saya nikahkan engkau, Rian Reynaldi Akbar bin Alm. Dodi Akbar dengan anak saya, Meysa Almira dengan mas kawin seperangkat alas sholat dibayar tunai.

Gue udah hapal apa jawabannya. "Saya terima nikahnya Meysa Almira binti Armawan Hadikusuma dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

"Sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah..."

Semua orang yang ada di sana menengadahkan kedua tangannya, termasuk gue buat memanjatkan doa. Tapi, gue nggak bener-bener berdoa. Cuma bilang alhamdulillah doang dalam hati. Seketika degupan jantung gue menggila saat pembawa acara pernikahan gue mulai memanggil Meysa.

Istri gue. Cewek gue. Pendamping hidup gue. Yang nggak gue cintai.

Ya gitulah, gue nggak cinta sama Meysa. Sama sekali nggak, karena gue terima pejodohan ini atas wasiat Papa yang pengin gue nikah sama cewek pilihannya. Gue nggak mungkin nolak karena gue sayang banget sama Papa. Karena Papa, gue udah bisa hidup layak tanpa kekurangan sama sekali. Dan... menuruti perjodohan yang Papa mau, gue rela. Meski gue nggak tahu ke depannya bakal gimana.

Jujur saja, ini berat banget buat gue. Karena menikah itu bukan suatu hal yang mudah, bukan juga yang gue inginkan. Bukan berarti gue nggak mau nikah, cuma gue masih mau menikmati hidup bebas tanpa terikat dengan ikatan apapun.

Tiga puluh tiga tahun masih bisa lah have fun. Karena gue punya target kapan gue mesti nikah, yaitu umur tiga puluh lima tahun di saat semuanya udah siap. Tapi semuanya berubah karena wasiat Papa.

Keringat dingin semakin deras membahasi kening gue. Bisa gue rasakan sosok Meysa mulai berjalan mendekati pelaminan dan gue cuma nundukkin kepala. Nggak mau lihat dia. Meski gue tahu Meysa itu cantik.

My Hottest Husband [Hottest Series#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang