BAB 11

66.6K 3.6K 846
                                    

Haleww... ada yang kangen Bang Rian?

Bab kemarin rame banget ya :)

Semoga yang ini makin rame wkwkwkwkw...

Jangan lupa tekan bintang dulu yeuu...

Jangan lupa tekan bintang dulu yeuu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Meysa

"Untungnya, hari Sabtu ini lo lagi nggak ada acara, Rel. Jadi gue bisa minta bantuan lo," kataku begitu aku dan Aurel tiba di salah satu toko peralatan bayi dan anak. "Sumpah! Gue bingung banget mau ngasih kado ada buat anaknya teman Rian. Karena gue belum pernah jenguk orang yang udah lahiran."

Awalnya, Rian nggak mengizinkanku keluar seorang diri. Dia menyuruhku untuk beli hadiahnya online saja agar aku bisa tetap berada di apartemen. Namun, saat aku bilang akan meminta Aurel untuk mengantarku, Rian pun mengizinkannya. Asal pulangnya nggak terlalu sore atau malam.

Aurel yang berdiri di sampingku tertawa pelan. "Santai aja, Mey. Gue seneng banget kok bisa nemenin lo belanja ke tempat kayak gini. Gue juga lagi bete banget diem di apartemen seharian."

Begitu langkah kami memasuki toko tersebut, aku dan Aurel langsung sibuk mencari hadiah yang cocok. Aurel sangat membantu karena setiap saran yang dia berikan selalu masuk akal, sehingga aku nggak terlalu bingung harus membeli hadiah apa.

"Anaknya cewek atau cowok?" tanya Aurel sambil melihat-lihat pakaian bayi.

"Cowok," jawabku. "Baru lahir dua minggu yang lalu, sih. Jadi masih bayi. Kira-kira kasih hadiah apa, ya?"

"Menurut gue sih, mending lo kasih barang yang kepakainya lama." Aurel menatapku. "Jangan beli yang kepakainya cuma beberapa bulan. Emangnya lo ada niatan mau kasih apa?"

Aku tersenyum bodoh sambil menggeleng. "Nggak tahu."

"Hadeh..." Aurel mengembuskan napas panjang. "Mending lo kasih barang aja, deh. Daripada baju-baju kayak gini."

Aku setuju dengan pendapat Aurel. Nggak perlu waktu yang lama, aku telah menemukan barang apa yang dibeli untuk kado anaknya teman Rian. Sebuah baby chair yang menurut Aurel akan terpakai lama. Meskipun barang ini baru bisa dipakai saat bayinya sudah bisa duduk, tetap saja terpakainya bisa sampai umur dua atau tiga tahun.

Selesai berbelanja, Aurel mengajakku untuk bersantai sejenak di kafe. Ada yang mau dia ceritakan kepadaku. Yang sudah pasti berkaitan dengan laki-laki yang dia sukai. Aku nggak tahu, apakah Aurel masih berharap sampai sekarang-padahal dia sendiri yang bilang si laki-lakinya sudah nikah-atau nggak sama sekali. Tapi, mengingat sifat Aurel yang sulit melupakan, aku yakin dia masih mengingat laki-laki yang dia taksir sampai sekarang.

"Mau pesen apa?" tanya Aurel begitu kami mendaratkan bokong di kursi salah satu kafe yang letaknya nggak jauh dari toko peralatan bayi dan anak.

"Samain aja kayak lo," jawabku tanpa melihatnya karena aku sibuk membaca pesan yang berasal dari Rian.

My Hottest Husband [Hottest Series#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang