BAB 14

54K 3.4K 797
                                    

Yang tadinya mau update semalam, tapi ketiduran :)

Setuju nggak nih Rian nikah lagi?

Tekan bintangnya dulu sebelum baca ya :)

Happy reading!!!

Ini ekspresi Rian waktu video call sama Meysa, dan dia cuma ngomel-ngomel :)Jadi, Meysa cuma dengerin dan screenshoot muka suaminya aja :)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini ekspresi Rian waktu video call sama Meysa, dan dia cuma ngomel-ngomel :)
Jadi, Meysa cuma dengerin dan screenshoot muka suaminya aja :)


***

Meysa

Aku sudah gila. Kewarasanku benar-benar lenyap nggak bersisa sama sekali.

Buat apa aku mengizinkan Rian untuk menikah lagi dengan perempuan lain kalau nantinya aku nggak kunjung hamil? Bahkan membayangkannya saja, aku sudah ketakutan setengah mati. Membayangkan Rian harus tidur dengan istri keduanya, tertawa bersamanya, dan bermesraan dengannya. Sedangkan aku nantinya yang berstatus sebagai istri pertama cuma bisa gigit jari melihat Rian lebih bahagia dengan istri keduanya.

Sungguh, aku nggak akan pernah sanggup melihatnya. Lebih baik aku mati saja bila harus melihat Rian dengan perempuan lain.

Setelah menangis di pelukan Rian dan dia juga bilang nggak akan pernah mau menikah dengan perempuan lain selain diriku, aku cukup tenang mendengarnya. Aku pikir dia akan mempertimbangkan saranku untuk menikah lagi. Tapi nyatanya nggak sama sekali.

Rian memilih untuk nggak pergi bekerja dengan alasan ingin menemaniku. Padahal aku sudah memaksanya untuk bekerja karena aku sudah baik-baik saja. Namun dia bersikeras untuk tetap di rumah menemaniku. Katanya, dia bilang kondisi kesehatan jiwaku sedang terganggu, jadi butuh ditangani langsung oleh ahlinya.

Ah, aku lupa Rian adalah dokter kesehatan jiwa. Tugasnya menyehatkan jiwa dan psikologis seseorang yang terganggu. Contohnya seperti aku.

"Aku udah gila kali, ya?" aku bertanya pada Rian.

Rian bergumam kecil. Matanya fokus pada layar televisi yang tengah menampilkan adegan dari film favoritnya, Cinderella.

"Nyuruh kamu nikah lagi, padahal aku tahu nggak akan pernah kuat kalau lihat kamu sama perempuan lain," lanjutku. "Aku cuma takut, Yan, kamu bakal pergi karena aku belum bisa kasih kamu keturunan."

Rian masih fokus. Entah mendengar ocehanku atau nggak sama sekali. Yang jelas, dia nggak berkedip sama sekali dan kedua bola matanya nyaris keluar saat si pemeran utama film tersebut berubah menjadi sosok Cinderella yang membuat decak kagum para tamu undangan pesta dansa. Gaun indah nan elegan berwarna biru muda dan sepatu kaca, sangat cocok sekali dengan si pemeran utama film tersebut.

"Matanya sampai mau keluar gitu, Yan," aku menyindirnya karena dia belum menanggapinya ocehanku. "Cinderella emang cantik banget, ya?"

"Banget, Mey," celetuknya tanpa sadar. "Aku pernah halu jadi Prince Charming biar bisa menikah sama Cinderella."

My Hottest Husband [Hottest Series#2]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang