[ TERBIT • Mature Romance 21+ ]
Rian Reynaldi Akbar menikmati masa lajang sepuas-puasnya; berpesta sampai pagi, tidak memikirkan pasangan hidup, dan lebih memilih melakukan one night stand dengan banyak wanita. Namun, semuanya itu berakhir saat ia h...
Ramaikan bab ini kayak bab kemarin. Bab ini sampai 3.000+ kata, hahahaha...
Btw, kalian vote ke berapa?
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Rian
Jam lima subuh, gue udah bangun. Udah mandi juga, dan berpakaian rapi. Berdiri di samping ranjang, melihat Meysa yang masih terlelap dengan tubuh yang tanpa sehelai benang dan cuma tertutup sama selimut tebal doang.
Yeah... we did it again.
Jujur, gue nggak pernah tahan setiap kali udah satu ranjang sama Meysa. Dia punya magnet yang kuat buat bikin libido gue terbakar. Padahal, Meysa nggak menyentuh atau cium-cium gue seperti pertama kali gue dan dia melakukannya. Dia cuma berbaring di atas kasur, pakai baju tidur kayak biasanya, dan peluk gue setiap kali mau tidur. Hasilnya, gue nggak tahan dan akhirnya minta jatah sama Meysa. Untungnya dia nggak menolak dan mau-mau saja.
Ya iyalah, siapa yang bakal menolak kalau seorang Rian Reynaldi Akbar sudah dengan sangat menggodanya minta jatah ke istri sendiri? Bahkan, Meysa sendiri suka dengan cara gue memperlakukan dia di atas kasur. Katanya lembut dan enak banget. Bikin dia nggak merasa kesakitan sama sekali.
Gue mengusap lembut kepalanya. Meysa kelihatan cantik banget meski lagi tidur kayak sekarang. Mau mulutnya terbuka atau nggak, dia mah tetap cantik. Makin betah kalau mandang dia pas lagi tidur kayak sekarang. Nggak heran gue bisa segila ini sama Meysa karena dia udah bisa ambil hati gue. Udah bisa masuk ke kehidupan gue yang tentu saja nggak gue tolak.
"Istriku..." Gue mengusap kepalanya lagi. "Bangun, yuk."
Meysa mengerang begitu merasakan usapan gue. Matanya terbuka secara perlahan sambil menahan selimut yang menutupi badannya supaya nggak melorot. Dia menggeliat pelan dan membuat gue tersenyum kecil melihatanya.
"Bangun, yuk."
Kedua mata Meysa terbuka. Dia langsung menatap gue dengan tatapan yang ... aneh, kaget, takjub, dan nggak percaya dengan apa yang dilihatnya.
Gue udah duga kalau Meysa bakal merasakan itu dengan gue pagi ini. Bagaimana nggak aneh, pertama kalinya bagi Meysa lihat gue yang udah rapi pakai baju koko, sarung, dan peci hitam di kepala gue. Ditambah aroma parfum gue yang sangat disukai oleh Meysa.
Sepanjang gue hidup di dunia dan sekarang hidup dengan Meysa, baru pertama kalinya gue ajak dia sholat Subuh bareng. Gue bukan orang yang agamis. Sholat gue masih suka bolong-bolong dan kadang seingat saja. Kalau nggak ingat, ya gue nggak sholat.
Tapi, gue udah berniat kepada diri sendiri dan kepada Meysa buat berubah. Bukan berubah jadi ustadz atau tukang ceramah (karena gue pasti nggak akan bisa). Gue cuma mau berubah jadi suami yang baik, sekaligus imam buat Meysa dan keluarga gue nanti.