THREE

13 3 0
                                    

    Alsya tengah terdiam di dalam kelas sambil memandang miris sebuah coklat yang masih utuh di tangannya, padahal seisi kelas bersegi empat ini, sudah agak sepi karena semua murid berhamburan pergi menuju kantin untuk sekedar mengganjal perut yang lapar. Berbanding dengan alsya yang diam tanpa berkutik sekalipun. Ia masih memikirkan sosok lelaki bernama axsa itu, dan ia yakin, bahwa lelaki itu adalah teman masa kecilnya, sebuah list memory pendek pernah terngiang di ingatannya, dulu ia pernah mempunyai teman kecil bernama axsa, tapi lebih berfikir dua kali, kalau nama axsa itu banyak, mungkin saja hanya namanya saja yang sama, namun seseorang itu entah di mana dan tinggal di mana, 12 tahun lamanya ia tak pernah bertemu atau bermain lagi.

"Udah...., Gak usah sedih, kantin yu," mollena membuyarkan lamunan alsya sehingga alsya terhenyak lalu menoleh kearah gadis itu. "Ngagetin aja lo bambang....," Omel alsya, mollena hanya terkekeh sambil merangkul pundak alsya.

"Kantin yu..."

"Males...."

"Males mulu....., Kapan rajin nya...??"

"Minggu depan"

"EE napa loo.." ucap mollena sambil menoyor kepala alsya, gadis itu berdecak. "Bodo amat lo jubaedah..."

"Eh.., nama emak gue tuh, pelanggaran seksual ini..."

Kedua gadis itu tergelak tawa. Namun tak lama setelah itu, alsya kembali diam, lalu, menatap sendu kembali kearah coklat  nya itu yang masih utuh. Mollena juga terdiam, ia pun mengusap pelan pundak alsya bermaksud menenangkan sahabat nya ini.

"Udah, gak usah di liatin terus..., Mending lo makan aja coklat nya, dari pada di liatin terus, sayang...," Titah mollena, alsya hanya diam. Sedangkan sang sahabat menghela nafas jengah.

"Lagian cowok kek gitu lo perjuangin, ada nya juga ,cowok yang harus merjuangin lo...."

Alsya hanya diam.

"Lo di pelet ama dia ya?"

Alsya menggeleng.

"Di guna guna apa?"

Alsya menggeleng.

"Terus kenapa lo jadi berharap banget sama dia, dia nya aja gak suka sama lo..." Mollena mulai kesal, namun ia tahan. Alsya mendongak. " Karena cinta gue ke kak axsa itu besar, sekalipun dia nyakitin gue, tapi gue emang udah sayang banget sama dia, please len, cinta gak bisa di ubah...." Jawab alsya membuat mollena terdiam.

"Terus sekarang gimana?"

Alsya terdiam sejenak, ia memikirkan kata kata sang bunda tempo hari.

"Kalau emang beneran sayang, coba buktiin aja.., bunda yakin pasti cowok itu bisa luluh sama kamu"

Ia mengulum senyum, lalu bangkit dengan tiba tiba membuat mollena hampir saja terhempas kebelakang.

"Kalau nanti masuk, bilang aja alsya mendem gitu ya di kamar mandi." Ucap alsya membuat mollena keheranan. Ia pun segera melangkahkan kaki keluar kelas.

"Lo mau kemana?" Teriak mollena. Ia mendengar alsya menjawab teriakannya dari arah luar.

"Kemana mana hatiku senang," riang nya .

Mollena melongo, menatap sang sahabat yang akhir akhir ini semakin gila karena lelaki itu, ia menggeleng sambil melipat tangannya di atas perut, sesekali berdecak lalu bergumam.

"Lo gila ya sya..." Lirih mollena sambil tersenyum miris. Ia kembali berucap lalu terkekeh. "Kalau lo gila..., Kenapa gue mau jadi temen lo hahaha...?"

                                  ***

   Axsa dan alvaro tengah berjalan santai menuju kantin, sebenarnya ini bukan kegiatan axsa sehari hari, kalau bukan karna perutnya yang keroncongan, ia tidak akan pergi ke kantin,  biasanya ia akan akan pergi ke perpustakaan untuk membaca buku, berbeda dengan siswa  lain yang setiap harinya berkunjung kedalam kantin.

HE IS MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang