"Ini semua karena suami ku, dia kasar terhadap ku, kedua anak ku dan kandungan ku..."
Gue memperhatikan sosok ini, dia mengelus perutnya.
"Dia seorang yang kasar, ringan tangan dan overprotektif kepada ku. Bagi dia, hal itu biasa karena dia takut kehilangan ku"
"Hmm maaf memotong, overprotektif seperti apa?" tanya Dicky.
"Aku tidak boleh keluar rumah jika tak bersama dia. Aku hidup bagai dipenjara. Awal nya dia tak begitu, tetapi semakin hari dia semakin terlihat sifat aslinya"
Rini menunduk dalam.
Gue tau ini sangat berat baginya."Lalu kenapa kau mau menikah dengan nya?" tanya Anang.
"Aku tertipu. Yang ku lihat dia amat sangat baik dan sopan, agama dia matang dan sangat berbakti kepada ibu nya. Bukan kah tolak ukur pasangan bisa dilihat dari cara dia memperlakukan orang tua nya?"
Kami diam sejenak.
"Lalu kenapa kau bisa sampai meninggal dengan kondisi kamu yang sedang mengandung?" tanya gue.
"Hiks hiks"
Ah shit!
"It's ok Rini, tidak apa-apa bila kau tak kuat tak usah di paksakan" ucap Anang.
"Saat itu aku bertengkar dengan suami ku karena orang ke tiga, dia melarang ku untuk keluar rumah tetapi dia diluar sana bermain dengan wanita lain, aku tau dari handphone dia, saat aku tanya aku di pukul dan perut ku di tendang, itu di depan kedua anak ku"
What?!
Laki-laki macam apa itu! Gila!"Lalu anak mu?" tanya Windy.
"Aku tidak tau dimana mereka berada, yang pasti mereka dengan dia. Tolong bantu aku mencarikan anak ku, aku tidak rela anak ku di tangan yang salah"
"Jika anak mu sudah di temukan, bagaimana selanjutnya?" tanya Anang.
"Antarkan mereka ke rumah orang tua ku, ku rasa mereka akan lebih aman bersama nenek nya"
"Maaf, kau di kuburkan dengan layak?" tanya gue hati-hati.
Rini mengangguk, "tetapi suami ku bilang bahwa aku terpeleset dan pendarahan hebat sehingga aku meninggal"
"Itu sebab nya kau tidak tenang?" tanya Dicky.
"Aku lebih memikirkan kedua anak ku. Untuk diriku, aku sudah ikhlas, mungkin garis takdir ku memang seperti ini"
"Baik lah, kami akan membantu mu untuk mencari anak-anak mu" ucap Anang.
"Ada petunjuk?" tanya Windy.
"Mungkin kalian bisa mulai dengan ke rumah ku dulu, di jalan Flamboyan nomor 4"
"Baik lah, kami akan berusaha semampu kami" ucap gue.
"Terimakasih" Rini tersenyum.
Kemudian Rini menghilang.
"Ih geram banget gue sama cowo model begitu!" umpat Windy.
"Ngga semua ya" timpal Dicky.
"Awas aja lo begitu" ancam Windy.
"Ngga dong" kata Dicky sambil meluk Windy.
"Woi!" ucap gue sedikit teriak.
Anang tertawa kecil, "mau gue peluk?"
"Ngga"
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO COUPLE [END]
HorrorSebenarnya gue ngga ingin seperti ini. Gue ingin seperti anak-anak normal lainnya yang tidak bisa melihat 'mereka'. Gue lelah di cap sebagai anak aneh atau hanya sekedar cari perhatian. Tapi sebisa mungkin gue tidak menyerah, gue harus tetap bersyu...