Dicky's POV.
Kriingg.. Kringg..
"Oke pelajaran kita akhiri, minggu depan kita . Silahkan istirahat" ucap Pak Gibran.
"Pak Gibran tunggu" cegah Dicky.
"Kenapa Ky?"
"Pulang sekolah saya dan teman saya ingin berbicara dengan Bapak"
"Waduh jam 11 saya ada rapat di sekolah lain"
"Hmm gimana ya Pak?"
"Yasudah saya tunggu sekarang di taman belakang ya"
"Waduh, gue harus cepet-cepet ngasih tau yang lain" gumam gue.
***
Intan's POV.
"Duh kenapa harus gue sih yang bawa nih buku?"
Gue kesel sama Pak Imam, buku sebanyak ini gue harus sendiri yang bawa? Mana ngga boleh di bantu. Salah gue juga sih.
"Induuunngggg...."
Wait.. Panggilan itu? Tapi bukan suara Anang.
"Woy!" Dicky menepuk pundak gue.
"Dih taik, lo ngga boleh manggil nama itu ya. Just Anang!"
"Iya-iya maap. Lo lagi rajin ya sampe mau bawain buku hmm"
"Rajin pala lo, gue di hukum gara-gara tidur tadi"
"Begadang?" Dicky tertawa.
Cih, nih bocah stres kali.
"Ada apa sih?" Tanya gue.
"Jam 11 Pak Gibran mau keluar ada rapat, sekarang masih jam 10, jadi kita cuma punya kesempatan 1 jam buat nanya ke beliau"
Gue mengangguk paham.
"Gue naruh ini dulu ke ruang guru, nanti gue nyusul""Oke, lo kabarin Anang sama Windy"
"Cepet ke Taman belakang, urgent Nang"
Message sent.
***
"Semoga cepat selesai" ucap gue berharap.
Saat sudah di taman, ternyata semua sudah ada di sana.
Rupanya gue yang telat."Lo yang ngabarin ko lo yang telat hmm?" ledek Anang.
"Brisik"
"Sepertinya ada hal penting ya" kata Pak Gibran.
"Ah iya Pak, saya cuma ingin bertanya saja" jawab Anang.
Cowo gue cocok nih jadi opening dan closing.
"Ya silahkan, bertanya apa?"
"Bapak kenal sama Murni 12 MIPA 5?"
"Mu-murni?"
Aneh, ko jawabannya terbata-bata. Seperti Pak Gilang.
Dicky mengangguk, "murid sekolah ini saat 3 tahun lalu"
KAMU SEDANG MEMBACA
INDIGO COUPLE [END]
HororSebenarnya gue ngga ingin seperti ini. Gue ingin seperti anak-anak normal lainnya yang tidak bisa melihat 'mereka'. Gue lelah di cap sebagai anak aneh atau hanya sekedar cari perhatian. Tapi sebisa mungkin gue tidak menyerah, gue harus tetap bersyu...