Bab 47

81 4 0
                                    

Intan's POV.

"Aw!"

"Makanya jadi anak ngga usah ceroboh, bego pula!" cibir Bang Rony.

"Adeknya kesakitan bukannya di perhatiin"

"Abang ngga mau merhatiin anak yang ceroboh"

"Yaudah iya minta maaf"

Bang Rony mengedikkan bahu kemudian pergi.

"Hei! Bantuin, gue mau keluar!"

Tak ada jawaban.
Cih.

Gue juga ngga melihat Windy di kamar. Mungkin dia sudah keluar.
Gue keluar dengan susah payah.
Abang biadab.

"Eh Indung, kenapa ngga bilang mau keluar kamar?" ucap Anang.

"Tadi sempet ada orang, tapi pergi. Setan kali" jawab gue sambil melirik sinis ke Bang Rony.

Dia tampak santai sambil memakan pisang goreng.
Uh!

"Bagaimana nak? Masih perih?" tanya Bu Lisa.

"Sedikit Bu, tidak seperti kemarin. Anak-anak mana?" tanya gue balik.

"Ada, sedang bermain di samping rumah"

"Enakan nak?" tanya seorang nenek.

Gue mengernyit. Siapa beliau?

"Heh! Ini nenek yang nyembuhin lo, yang bikin ramuan buat lo kemarin" kata Bang Rony sarkas.

"Biasa dong Bang" jawab Anang membela.

"Ah lupa, ada pangeran nya. Bisa habis gue" sindirnya.

Ih! Kalo gue ngga lagi kesakitan begini, udah gue jambak tuh rambut.

"Ini orang tua Ibu nak, Nek Siti dan Kakek Budi" kata Bu Lisa memperkenalkan.

Gue langsung tersenyum dan dibalas senyuman oleh mereka.

"Soal Pak Rendi aman kan?" tanya Windy.

"Tenang aja, dia sudah mendekam di penjara" jawab Bang Rony.

Baru kali ini kasus yang melibatkan Bang Rony. Gue berterimakasih kepada Abang sekaligus musuh gue.

"Gue sempat kaget saat Bu Lisa bilang ingin kembali ke Pak Rendi" ucap Dicky.

Bu Lisa terkekeh kecil, "orang licik harus di licikin kembali bukan?"

Kami semua mengangguk.

Keesokan harinya kami pamit pulang.
Ah tidak pulang, melainkan mengantar Putri ke tempat neneknya di Bandung.

***

Diperjalanan kami bersenandung ria, ini hanya karena ada Putri yang bawel suasana didalam mobil jadi tidak sepi.

"Kau tidak lelah berbicara terus?" tanya Bang Rony.

"Tidak Bang, Putri suka berbicara. Makanya Putri ingin menjadi aktor"

"Haaaa bagus lah, aktor antagonis yang jahat" ledek Bang Rony.

Tiba-tiba Putri diam menunduk.

"Kenapa sayang?" tanya Windy lembut.

"Kak Salma-" ucapan Putri terhenti.

Gue tersenyum, "Kak Salma ikut ke Bandung, nanti Bang Rony atur ya"

"Kenapa nunggu nanti? Dua hari lalu gue udah ngomong ke orang-orang gue untuk pindahin makam Salma ke Bandung" jelas Bang Rony.

INDIGO COUPLE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang