3 : "Mendengarkan Suara Hati"

55 6 8
                                    

Jam di dinding menunjukkan pukul sepuluh malam, kupikir belum terlalu malam untuk berjalan kaki ke mini market di persimpangan jalan. Aku meraih sweater putihku dan bergegas keluar rumah.

Aku tidak akan pergi sendirian karena sekarang aku sudah tiba tepat di depan pintu rumah Seulgi. Aku harap gadis itu belum tidur. Kakiku sentak mengambil satu langkah mundur bersamaan gagang pintu yang bergerak.

“Ada apa?”

Tepat sekali! Baru kali ini aku merasa sangat senang melihat wajah Seulgi.

“Aku lapar.”

“Eh?” Seulgi menatap heran. “Sebesar ini kau pasti tahu apa yang harus dilakukan ketika lapar. Makanlah, Yoon Bomi!” Seulgi kelihatannya cukup kesal kkk~

Tangannya hendak mendorong pintu karena dia pikir aku bercanda padahal ‘kan aku cuma belum sempat mengutarakan niatku datang ke sini.

“Tolong antarkan aku ke mini market!” satu kakiku menahan daun pintu, Seulgi meliriknya lalu kembali menatapku dengan malas.

“Ck, Mengapa aku harus menemanimu, uh?”

“Ayolah!”

“Tidak mau!”

“Baiklah.” Aku mendongakkan kepalaku dengan angkuh. “Berikan aku makanan!”

“Kau boleh memeriksa isi dapurku. Aku cuma punya setoples garam dan gula!”

“Jika begitu, temani aku ke mini market!”  aku menarik Seulgi keluar rumah tanpa menunggu persetujuan apapun darinya karena aku memang tidak peduli.

“Benar-benar ‘ya anak ini!” Seulgi masih saja menggumamkan banyak hal yang menurutku terdengar tidak jelas.

“KENAPA TIDAK MINTA JAEHYUN SAJA YANG MENEMANIMU, HEH!” suara lantang Seulgi terdengar frustrasi. Kali ini kalimatnya memang sangat jelas sampai-sampai aku menghentikan kakiku sesaat. Menyadari perubahan raut wajahku malah membuat Seulgi menutup mulutnya sendiri, sepertinya dia merasa bersalah.

Sebenarnya aku sama sekali tidak marah, aku hanya menyesali karena mendengar lagi nama pria itu.

“Kau tahu? Aku agak sulit mengusir pria itu dari isi kepala.” Aku meringis, merasa malu untuk mengakuinya.

“Maafkan aku, Yoon Bomi.” Suara Seulgi jauh lebih rendah dari sebuah bisikan.

Aku hanya menolehnya dan tersenyum. Bersama-sama kami berdua belok ke mini market tanpa ada yang membuka suara. Aku memikirkannya lagi. Memikirkan Jaehyun.

Seiring bertambahnya usia, yang kudapati hanya potret diri yang kian beranjak dewasa. Aku tidak tahu apa yang sebenarnya aku cari dan perjuangkan. Aku hanya berusaha menjaga tiap-tiap hal yang menjadi milikku saat ini dan memanfaatkan kesempatan yang menghampiriku sebaik mungkin.

Di masa lalu sebelum aku beranjak dewasa, aku adalah manusia yang naif. Aku terlalu malu dan tak punya kepercayaan diri sebanyak Seulgi. Seandainya waktu dapat mengantarku kembali pada saat-saat kami masih bersama dulu—aku dan Jaehyun sebagai pasangan kekasih.

Kami adalah sepasang kekasih ketika usia kami berada diangka empat belas. Hubungan itu ternyata sudah berakhir enam tahun yang lalu. Enam tahun aku sendiri dan perasaan yang sama seperti dulu masih saja menanti.

Menyedihkan.

“Bomi-yaa, aku minta maaf.” Seulgi muncul selagi aku mengambil banyak bungkusan ramyun.

Karena aku sedang sibuk jadi aku hanya meliriknya sekilas sambil mengulum senyuman.

“Jangan minta maaf, kau tidak salah dan aku juga tidak marah.”

Hello, 안녕 {윤보미 x 김재현}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang