Part 9 : "Kesekian Kali"

22 3 0
                                    

Aku lebih memilih menghindari Jaehyun dan berhasil! Walaupun sedih karena sampai acara selesai aku tak lagi mengobrol dengan Jaehyun, tapi ini sedikit membantu hatiku untuk tidak lebih lagi merasa sakit.

Sebelum benar-benar meninggalkan gedung sekolah, aku menyempatkan diri menemui June dan Rose untuk mengucapkan selamat, setulus hati. Kami kurang akrab sewaktu dulu sekolah, namun aku benar-benar bisa ikut merasa bahagia atas hubungan yang terjalin di antara mereka berdua. Aku bahagia jika hidupku dikelilingi oleh banyak pasangan yang bahagia karena aku juga berharap, cepat atau lambat—aku akan bertemu seseorang yang selama ini hatiku nantikan. Sejauh ini, aku masih menerbangkan nama Kim Jaehyun ke langit. Aku memang bodoh.

"Terima kasih, Bomi." Rose yang berwajah secantik mawar sungguhan, dengan senyuman berseri dia membentangkan kedua tangan lalu memelukku.

Rose melepaskan pelukannya tetapi dia masih tersenyum.

"Sebentar lagi Seulgi akan menjadi gadis populer, kau tidak menginginkannya juga?"

"Aku tidak memiliki mimpi seperti Seulgi."

"Ah, aku mengerti." Rose merapikan rambutnya dengan anggun. "Sekarang ini kau sibuk apa?"

Memikirkan Kim Jaehyun. Itulah jawaban jujurku. Namun, karena aku tak mau dianggap sebagai orang bodoh maka aku simpan jawaban itu sendiri, menjadikannya sebagai rahasia.

"Membantu ibu di rumah, itupun tidak terlalu sibuk." Aku tertawa dengan hati mengecil.

"Pamanku baru saja membuka toko buku di persimpangan jalan, tidak jauh dari kedai es krim. Kau mau bekerja di sana?"

Mataku membesar nyaris sempurna, "K-kau serius???"

"Minat baca orang-orang harus lebih ditingkatkan, bukan? Jika pelayan tokonya secantik dirimu, tak mustahil nanti akan banyak orang yang datang membeli buku. Aku serius, Bomi."

Aku tak dapat berkata-kata lagi. Aku senang.

"Aku akan mengambil kontakmu dari grup kelas kita. Nanti aku menghubungimu, oke."

"Terima kasih!" aku membungkukkan badan, aku terus menerus tersenyum, aku tak dapat menyembunyikan rasa senang dan semangatku.

Apabila aku hanya berbincang dengan Jaehyun maka isi kepalaku hanya dipenuhi segala tentangnya yang pada akhirnya hanya menahanku agar tetap diam di tempat yang sama. Mulai sekarang, aku harus melakukan tindakan yang berbeda. Melakukan sesuatu berharga untuk diriku sendiri. Itu yang paling penting.

.

.

.

"Bomi-yaa, tolong pegang ini!" Seulgi memberikan ponselnya ke tanganku. "Tunggu sebentar, oke? Aku mau ke toilet!"

Aku menertawainya tanpa bersuara. Seulgi yang sedang berlari selalu lucu untuk dilihat. Aku duduk sendirian di pertengahan bangku tribun—tempat kesukaan banyak murid perempuan untuk memandangi seseorang yang diam-diam membuat mereka jatuh hati, sekadar berlatih renang atau memang benar-benar sedang lomba ketika kami masih sekolah dulu. Dan, aku, salah satu dari mereka yang menyukai tempat ini untuk memandangi Kim Jaehyun.

Uh, lagi-lagi Kim Jaehyun! Sosoknya terlalu bersahabat dalam ingatan dan perasaanku, jadi tidak semudah kedengarannya bagiku untuk melupakan Jaehyun.

"Bomi-yaa, kenapa masih di sini?"

Itu Jaehyun!

Langkah kakinya menggema, degup jantungku hilang kendali. Aku sangat ingin berdekatan dengan Jaehyun, diwaktu yang sama aku juga berharap dia mau menjauhiku—kecuali Jaehyun bersedia untuk bertanggung jawab atas perasaanku terhadapnya ini.

"Seulgi masih di toilet." Bibirku agaknya bergetar, aku pun jadi mengedipkan mata dengan gugup saat melirik keberadaan Jaehyun yang semakin mendekati tempatku duduk. Bagaimana ini?!

"Jaehyun-ah!!!" beberapa suara perempuan bersatu menjadi satu, membuat telingaku sakit mendengarnya.

Aku mengenal wajah-wajah di ambang pintu sana. Firasatku jadi tidak enak.

"Jaehyun-ah, Nayeon kedinginan!"

Tentu saja itu suara milik Jung Yerin. Aku merasa situasi saat ini pernah terjadi sebelumnya.

"Sejak awal Nayeon memang kurang sehat."

"Lalu, apa yang harus kulakukan, eh?"

Sontak aku melirik Jaehyun. kalau dilihat-lihat, tampaknya Jaehyun serba salah. Tapi, apa yang membuatnya terlihat seperti itu? Ragu.

"Bisakah kau memberikan sweatermu pada Nayeon?" kali ini Hyun Seunghee yang angkat bicara. Astagaaa, kenapa teman-teman akrabnya Nayeon bersikeras mendekatkan kembali temannya itu dengan Jaehyun?

Begini, Jaehyun dan Nayeon adalah sepasang mantan kekasih. Memang tak ubahnya seperti statusku bersama Jaehyun. Sekarang aku jelas tidak berhak apapun untuk merasa cemburu walaupun perasaan cemburu sedang membakar hatiku. Aku jadi ingat beberapa tahun yang telah terlewatkan. Waktu itu kelas kami pergi ke suatu tempat untuk study tour. Jelas-jelas aku dan Jaehyun berpacaran, tetapi gadis-gadis itu mengajak Jaehyun untuk menghabiskan kesempatan waktu yang diberikan guru-guru kepada kami tanpa aku. Beruntung Jaehyun menolak dan lebih memilih menungguku yang masih di toilet menemani Seulgi.

Dan, ya, hobi Seulgi memang berkunjung ke toilet setiap waktu. Ck!

Malam ini, hal serupa kembali terjadi. Menyebalkan!

"Di mana Nayeon?"

"Ikut kami!" sekilas aku melirik ke ambang pintu, wajah Jisoo dicampuri senyuman samar.

Aku menghela napas begitu Jaehyun meninggalkan tempat ini.

Setiap kali aku bergerak, hatiku merasa kesakitan. Aku tidak mau membayangkan ketika Jaehyun melepaskan sweater dari tubuhnya yang lalu dia berikan ke tubuh Nayeon. Rasanya aku mau menangis saja!

Sepuluh menit berlalu, kupikir bukan masalah kalau aku menunggu Seulgi di luar saja. Lagi pula, aku tidak perlu khawatir melihat semanis apapun sikap Jaehyun terhadap Nayeon. Mereka semua pasti sudah pulang, terbukti dengan suasana malam ini yang sangat hening, tak terdengar obrolan siapapun.

Benar, kan.

Mataku menyapu ke sekitar. Tak ada orang lagi di gedung sekolah ini kecuali aku dan Seulgi yang masih di dalam bilik toilet. Aku berdiri menghadap ke lapangan sambil memeluk tubuhku sendiri. Semakin malam maka udara semakin dingin. Mungkin akan menyenangkan bila aku yang mengenakan sweaternya Jaehyun. Ah, sudahlah.

Ketika sebagian sadarku mulai terlelap begitu saja, tubuhku tersentak karena merasakan ada kehangatan yang mulai merambati ragaku yang kedinginan. Aku berusaha mengumpulkan kesadaranku lagi lalu mendapati tangan seseorang melingkari tubuhku dari belakang.

"Seulgi-yaa, jangan bercanda seperti ini!" nadaku agak kesal, aku memang tidak suka jika Seulgi bertingkah menjijikkan seperti sekarang.

Aku berusaha menoleh ke belakang, wajah kami berdekatan, nyaris tak berjarak.

Sepertinya aku tidak membutuhkan sweater atau selimut sekalipun. Hanya merasakan hembusan napasnya yang menerpa pipiku saja, aku sudah tenang.

Jaehyun memelukku dari belakang dan menyihirku seolah patung. Apakah aku harus berontak atau tetap diam seperti ini? Jujur saja, jiwaku melayang. Isi kepalaku mendadak kosong. Perasaan ini sungguh gila, sentuhannya sungguh mematikan.

"Aku tahu, Boseong akan semakin dingin saat malam. Aku mau memberimu sweater tapi sekarang sudah tidak ada. Jadi, begini saja, bagaimana?"

Kedua mataku memejam sejenak, tolong jangan bicara lagi, Kim Jaehyun. Pria yang sedang memelukku saat ini benar-benar menghapuskan kesadaranku.

Lagi dan lagi, kesekian kalinya aku yang terkalahkan oleh perasaan.

Tbc...

Hello, 안녕 {윤보미 x 김재현}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang