Part 10 : "Langkah"

37 3 5
                                    

"Lusa aku kembali ke asrama."

Aku langsung berposisi duduk padahal sangat nyaman membujur di atas rerumputan ketika sore hari. Sialnya, kalimat Seulgi barusan merusak segalanya.

"Tidak bisa memperpanjang sedikit waktu, ya?"

Seulgi menatapku tanpa berdaya kemudian kedua bahunya terangkat. Seulgi memang benar tak punya kuasa apapun. Baiklah.

"Aku sangat menunggu wajahmu muncul ditv, fighting!"

Seulgi yang semula kelihatan bersedih mendadak berubah semangat. Kala itu aku sadar bahwa kata-kata dari orang terdekat mampu menjadi bom penyemangat atau bahkan sebaliknya, yang melemahkan dan menghancurkan. Seharusnya waktu itu Jaehyun menunjukkan dukungannya padaku walaupun sekadar kata-kata. Ah, sudahlah! Aku harus menepis bayang-bayang Kim Jaehyun.

"Bomi-yaa, aku pernah melihat anggota Orange lho."

"Benarkah???"

"Hm!" Seulgi mengangguk penuh semangat. "Diwaktu luang yang sangat sedikit, kami menyempatkan mampir ke sungai Han dan kami melihat beberapa anggota Orange. Chorong yang selalu kita anggap begitu lembut kupikir memang benar seperti itu. Lalu, Jung Eunji, dia sangat cantik saat tersenyum!"

"Aku iri padamu, aku ingin melihat mereka juga secara langsung."

"Kalau nanti aku sudah menjadi bagian dari bintang-bintang itu, aku akan berusaha supaya kalian dapat bertemu, oke?"

"Terima kasih, aku jadi semakin ingin lebih sering, sering, dan sering mendoakanmu!"

Seulgi tertawa, aku pun juga.

"Langitnya bagus!" Seulgi menghujaniku dengan senyuman. "Tolong lakukan keinginanku sebelum aku pergi ke asrama." tangan dan eskpresi wajahnya bersungguh-sungguh memohon kepadaku. Perlahan, hatiku rasanya mulai meluluh.

"Apa?"

"Bernyanyilah! Aku akan merekamnya."

Aku heran mengapa Seulgi ingin sekali aku bernyanyi, dia sudah sering kali melakukan hal ini. Apakah dia berharap aku akan memiliki mimpi yang sama dengannya?

Seulgi kelihatan bersemangat, sekarang dia mengarahkan lensa kamera ponselnya ke arahku. Jujur saja, tidak banyak lagu yang aku tahu. Hingga akhirnya aku memutuskan satu lagu berdasarkan perasaanku terhadap Jaehyun. Aku menghela napas, sejenak masih mengatur diri, dengan segenap perasaan yang bergetar—suaraku mulai bersenandung.

Lagu I'll Never Love Again milik Lady Gaga mengudara bebas mewakili isi hatiku terhadap Kim Jaehyun.

.
.
.

Sepuluh hari telah berlalu meninggalkan momentum reuni istimewa dalam memoriku. Seulgi kembali sibuk menjalani berbagai pelatihan yang nantinya akan membentuknya sebagai seorang Kang Seulgi yang bersinar terang menyerupai bintang di langit. Dan, pagi ini aku mulai mengepakkan sayapku. Aku datang beberapa jam lebih dulu ke toko buku milik pamannya Rose.

Hampir setengah jam aku duduk sendirian di bangku kayu persegi panjang yang diletakkan di depan bangunan toko. Beruntungnya pamannya Rose datang sebelum tubuhku berubah hijau diselimuti lumut.

"Yoon Bomi?" begitu ucapnya, setelah keluar dari dalam mobil.

"Ya, namaku Yoon Bomi."

Paman ini cukup tinggi. Ujung kepalaku saja hanya mampu mencapai bahunya. Dia sibuk membuka kunci kemudian mempersilakanku untuk masuk lebih dulu. Pamannya Rose ini sungguh menghargai seorang wanita walaupun usiaku berbeda jauh dengannya. Tapi dia seolah tak memandang hal semacam itu.

"Ternyata benar apa kata Rose, kau memang sangat cantik."

"Rose berlebihan." Aku menggumam. "Terima kasih."

"Park Seojun." Paman Seojun memperkenalkan namanya sambil mendorong sekotak susu di meja untukku dan tersenyum ramah. "Panggil saja paman Jun seperti Roseanne memanggilku."

Kemudian dia berkata lagi, "Tapi sekarang mungkin Rose tidak mau memanggilku begitu lagi."

Aku mengerutkan keningku cukup serius, "Kenapa tidak?"

"Sekarang baginya, Jun untuk June bukan Seojun. Iya, kan?" Paman Jun tertawa.

Detik selanjutnya, dia berhasil mengendalikan diri.

"Seperti yang kau lihat sendiri, Bomi-ssi." Matanya memendar ke segala penjuru. "Tempat ini masih baru, kau dapat mencium aromanya, kan?"

Aku tertawa mendengarnya sekaligus diam-diam mengenduskan hidung. Ya, benar, segalanya di sini menguarkan aroma 'serba baru'.

"Karena toko bukunya cukup sederhana, bangunannya tidak luas, jika kau setuju bekerja di sini maka aku akan menambah setidaknya lima orang lagi. Sebisa mungkin aku akan membayarmu dengan nominal yang layak."

"Aku sangat berterima atas kesempatan ini. Soal bayaran, aku tidak terlalu memedulikannya walaupun tentu saja alasan aku ingin bekerja adalah membutuhkan uang. Dengan tak adanya pengalaman, tentu aku sangat senang jika diberi kesempatan untuk bekerja di sini oleh paman Jun. Apalagi ini toko buku! Aku mencintai dunia fiksi. Rasanya sangat bersemangat bekerja dengan dikelilingi buku-buku!" ketika mengatakannya degup jantungku berkali lipat antusias, kemungkinan bola mataku juga berseri-seri. Aku memang sangat senang berada di tempat ini.

Entah kenapa, aku melihat paman Jun menyembunyikan tawanya setelah mendengar celotehanku. Mungkin ucapanku yang terlalu menggebu-gebu dan kepanjangan membuatnya ingin tertawa. Aku tak begitu peduli, aku terlalu senang dan bersemangat! Semua kata-kata tadi meluncur sangat tulus dari hatiku.

Pikiran yang sulit kukendalikan terhadap Jaehyun kemungkinan menjadikan perasaanku bukan lagi perasaan yang sehat. Aku yang sekarat karena menahan rasa hari demi hari, berusaha sekuat hati mengabaikan. Ini semua sulit karena setiap kali aku bergerak, nama Jaehyun kerap muncul diisi kepalaku.

Aku tidak boleh lagi begini.

Ini adalah awal. Aku akan lanjut bernapas dilembaran pertama hidupku, tanpa harus larut dalam kesedihan karena masih mencintai Kim Jaehyun.

Tbc...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Hello, 안녕 {윤보미 x 김재현}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang