AWALAN

169 8 3
                                    

"Setiap manusia memang memiliki hak termasuk hak dalam memutuskan untuk jatuh hati kepada seseorang. Namun terkadang manusia lupa menyisihkan satu ruang dan ruang itu bernamakan KECEWA"

"Akhza, Akhza jadi namanya Akhza, otokkeeeooo orangnya benar-benar sweet. Akhhhhhh" teriaknya tanpa sadar dan sontak beberapa sorotan mata beralih kepadanya tak lupa dengan pandangan yang menandakan tanda tanya.

Hal yang wajar saat kebahagiaan yang diterima manusia diluar dari sewajarnya akan muncul gerakan yang tanpa kita sadari sebab sudah menjadi jalannya impuls manusia yang dapat menghubungkan reseptor ke efektor.

"Duhh Zar tenang, kali ini jangan kelepasan dulu. Tarik nafas Zar, hembuskan, tariiikkk yahhh hembuskan. Wokey sekarang jalan santai" ucapnya yang memberi mantra penenang untuk dirinya.

Mantranya selalu membuahkan hasil kali ini Zara dapat lebih mengontrol kebahagiannya tepatnya BAPER, tapi belum cukup dua langkah zara terhenti dengan wajah yang bahagia, senyum ranum, pipih yang memerah, dan kepalan tangan yang sebagai power seorang wanita agar tidak lepas kendali untuk teriak menyuarakan bahwa ia bahagia.

"AKHZA" ucapnya rilih dengan senyuman yang ranum dan melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti.

Percayalah tak ada seorang perempuan yang dapat menyembunyikan rasa bahagianya walaupun itu hanya sedetik saja.

"Eh Zar lo pergi kemana sih tadi?" tanya Rachel

Kali ini mungkin bukan waktu yang tepat ia menanyakan hal itu ke Zara sebab gadis yang berdiri dihadapannya sama sekali tidak mengubrisnya

"Iya nih, lo makin lama makin aneh aja Zar. Tadi datangnya telat terus pas kita mau ngobrol sama pengos yang lain ehh dianya mala pergi kayak di buru kuntilanak aja" sahut Abel sembari menyeruput Ice-capucino ditanganya.

Dua-duanya tidak dapat respon dari Zara. Rachel dan Abel hanya saling tatapan sembari memberi bahasa isyarat menanyakan apa yang terjadi pada Zara.

"Lo baik-baik ajakan Zar?" kali ini abel yang bertanya

"Iya" jawabnya singkat

"Terus lo kenapa senyum-senyum gitu? Tepatnya lo mirip dengan film yang gue nonton di Indosiar habis dapat karma gara-gara sering ngetawain orang ehh lama-kelamaan dia dapat karma kayak lo nggak mau berhenti senyum-senyum. Ihhh sereemmmm"

Sontak pernyataan itu membuat mata Zara terbuka lebar, lamunan yang indah seketika buyar dengan perkataan Abel yang menyamakannya dengan korban pemeran film Indosiar

"Isshh lo ada-ada aja bel, itu gila namanya"

"Tapi yah tetap aja karma"

Rachel hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah kedua sahabatnya. Satu sahabatnya yang tanpa ada hujan tiba-tiba datang dengan senyum tanpa henti-henti dan satu lagi sahabatnya korban sinetron. Betul-betul bukan hari keberuntugan Rachel hari ini.

"Zar lo kenapa sih dari tadi senyam senyum, senyam senyum kagak jelas amat sih" kali ini nada Rachel berubah lebih tinggi dari sebelumnya

"Gue habis ketemu sama pangeran" jawabnya spontan

"WHAT!!"

"Wahh benar-benar kacau nih bocah, lo tadi nggak salah minum obat kan, atau jangan-jangan otak kiri dan otak kanan lo ketukar. Wah parah-parah"

"Kalian apa-apan sih, gue bercanda doang. Ngaco deh kalian" jawab zara

"Lo yang ngaco" Timpal Abel dan Rachel

 AKHZARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang