|005| perfectly

17 2 0
                                    


Hai hai hai
Yura balik lagi nih..
Update nya gak tentu karena males nulis btw. Yang penting cerita ini akan Yura selesaikan sampai selesai kok, walaupun lama ya.

I hope you enjoy to my story 💞


•••

Aku gak suka pelangi yang datang sekejap lalu pergi, aku lebih suka hujan walau banyak orang tak menyukainya, tapi hujan tetap datang tanpa ada beban.

•••


Sekarang ia dan bossnya sedang berada di sebuah danau, Raina menyerngitkan dahinya ia baru tahu kalau dikota nya ada danau yang seindah ini. "Ini indah banget pak."

Jaehyun hanya tersenyum datar yang bahkan tak terlihat jika hanya sekilas pandang, ia merasa senang melihat Raina tersenyum itu adalah sesuatu yang menyenangkan baginya.
"Pak pak lihat tuh ada angsa, eh itu ada perahu juga."

"Mau naik?"

"Gausah ditanya kalau itu mah." Raina tersenyum manis.

Jaehyun dan Raina berjalan menuju ke perahu yang ada di pinggir danau.
"Pak jaehyun bisa gak? kalau gak bisa gak usah aja nanti kalau jatuh siapa yang mau nolongin."

"Kamu ngeraguin saya."

"Terserah pak Jaehyun lah, nanti kalau jatuh, bapak harus tanggung jawab karena saya nggak bisa renang."

Jaehyun mendayung perahu sampai ketengah danau. "Gimana?"

"Apanya?"

Jaehyun hanya menatap wajah Raina yang tengah tersenyum manis melihat pemandangan itu, tanpa menjawab pertanyaan nya pun ia akan tahu dari ekspresi wajah Raina yang tersenyum seperti anak kecil yang baru dikasih mainan.

"Pak lihat ada pelangi?"

"Kamu suka?"

"Gak juga sih, saya lebih suka hujan. Walau kadang banyak yang tak menginginkan nya tapi ia tetap datang tanpa ada beban."

Raina tertawa. "Kalau pak Jaehyun tahu alasan kenapa saya gak suka pelangi, ya karena pelangi itu datang sekejap lalu pergi. Kayak ditinggal pas lagi sayang sayange, kayak judul lagu."

Jaehyun mencebikkan bibirnya melihat kelakuan Raina. "Terus?"

"Apanya?"

"Siapa yang nanya?"

Raina mengerucutkan bibirnya.
"Ih saya kan cuman ngasih tahu."

"Tapi saya gak mau tahu."

"Terserah pak Jaehyun lah."

Raina menolehkan wajahnya kearah sampingnya menghindari tatapan bossnya itu, ia sungguh kesal sama bossnya. Sehari aja Raina minta supaya bossnya itu mulutnya disaring pasti gak akan terjadi kayak gini.
"Kamu marah?"

Raina masih tak bergeming. "Yaudah saya minta maaf."

"Siapa yang marah sama bapak, nanti kalau saya marah bapak pecat saya lagi."

"Saya nggak akan pecat kamu karena kamu masih milik saya."

Raina menoleh kearah Jaehyun tajam. "Maksud bapak."

"Kamu sekretaris saya."

Raina hanya berdehem pelan.
"Kita mau disini sampai kapan pak?"

"Kamu bosan?"

"Iya bosan ngelihat muka bapak."gumam Raina pelan.

"Kamu ngomong apa?"

"Apa?kapan?"

Jaehyun menatap tajam kearah Raina.
"Bapak ngapain ngelihatin saya? iya saya tahu saya jelek."

"Semua wanita pada umumnya itu cantik cuman kepercayaan diri nya aja yang kurang."

Raina menutup mulutnya tak percaya.
"Wah---pak Jaehyun bijak banget."

"Emang saya dari kemarin gak bijak."

"Bijak banget kok sampai sampai mau motong gaji saya waktu itu."

Jaehyun tersenyum kearah Raina.
"Kok bapak senyum sih kan meleleh saya."

"Jangan gombal terus, kamu wanita lho."

"Lah terus kenapa kalau saya wanita."

"Kita pulang!"

"Dari tadi juga saya pengin pulang."

Jaehyun mendayung perahu itu menuju ketepi danau, mereka turun dari perahu dan berjalan menuju ke mobil Jaehyun. "Ngomong ngomong bapak kenapa bawa saya ke  danau tadi."

"Kenang kenangan dari saya."

"Lah emang bapak mau pergi kemana?"

Jaehyun berhenti sebentar dan melihat kearah Raina.
"Bukan saya yang mau pergi, tapi kamu."

Raina menautkan alisnya.
"Kok saya, pak Jaehyun mau pecat saya?"

Jaehyun melanjutkan jalannya tanpa membalas pertanyaan nya Raina, percuma saja ia jelaskan kalau sekretarisnya itu selalu buruk sangka kepadanya.

"Pak Jaehyun jadi benar pak Jaehyun mau pecat saya?" Menyelaraskan jalannya dengan Jaehyun.

"Tuh kan bener pasti, pak Jaehyun saya salah apa? Kok saya di pecat."

"Pak Jaehyun setidaknya jawab pertanyaan saya."

Jaehyun berhenti berjalan membuat Raina menubruk punggung Jaehyun karena ia terlalu sibuk memikirkan kesalahannya tanpa melihat bahwa Jaehyun telah berhenti berjalan.
"Aduh"

"Pak Jaehyun kalau jalan gak pake mata ya! Yaudah kalau pak Jaehyun mau pecat saya, saya terima kok."

"Emang siapa yang mau pecat kamu."

Raina menautkan alisnya.
"Pak Jaehyun kan? Ih pura pura lupa lagi."

"Saya bilang saya gak akan pergi ninggalin kamu, dan kamu bisa saja pergi ninggalin saya."

Raina makin gak paham lagi, jujur saja Raina malas jika orang yang bertele tele. "Gimana? Gak paham."

"Kalau kamu gak nyaman sama saya kamu boleh pergi kalau kamu nyaman sama saya kamu boleh stay."

Raina mengangguk kepalanya mulai paham dengan yang dibicarakan bossnya itu. "Iya lah pak, saya kalau gak nyaman sama pak Jaehyun mah udah dari kemarin kemarin saya resign."

"Terserah kamu." Jaehyun berjalan menuju ke mobilnya dan memasukinya.

"Ih pak Jaehyun mah ada ada aja, kalau gue gak nyaman sama dia mah gue udah resign dari Kemarin, tapi ya walaupun sifatnya ngeselin ya mau gimana lagi demi kelangsungan hidup." Raina melanjutkan jalannya menyusul Jaehyun yang sudah masuk ke mobil.

about perfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang