|007| perfectly

11 2 0
                                    


I hope you enjoy to my story 💞


•••

Mata untuk melihat, bukan untuk menilai.

•••

"Rain udah siap belum?" Teriak mamahnya dari ruang tamu.

"Iya." Raina bergegas menuju keluar rumah mengikuti mamahnya. Jangan sampai mamahnya mengomel karena dirinya yang terlalu lelet.

Mereka menaiki mobil dan bergegas menuju ke kafe Madania, entah Raina juga bingung sepenting apa teman ayahnya itu sampai sampai ia harus berdandan. Raina jarang berdandan bahkan dikantor pun Raina hanya memakai lipstik kalau terniat ia bahkan memakai bedak itupun jarang. "Mah emang kita mau ketemu sama temen ayah yang mana?"

"Yang itu pengusaha sukses dari Jakarta tempat kamu kerja."

"Owh, emang ada acara apa mah?"

"Kebanyakan nanya ya kamu rain, nanti lihat sendiri. Jangan ganggu mamah lagi update status nih di Twitter nih."

Raina menghembuskan nafas kasar, mamahnya sudah masuk ke kategori mamah jaman now belum si, kayaknya si udah lihat aja bahkan anaknya gak punya Twitter sama FB mamahnya malahan punya.

Setelah perjalan akhirnya mereka sampai di kafe Madania.

Raina dan kedua orang tuanya memasuki kafe itu dan menghampiri dua orang sepasang suami istri yang lagi makan. "Eh jeng Fitri udah lama?"

Sementara kedua orang tuanya bersapa ria, Raina hanya melihat mereka. Raina malas kalau gini palingan nanti Raina dicuekin.
"Jeng ini Raina? Cantik banget."

Raina hanya tersenyum kikuk.
"Makanya jeng cocokkan sama si je."

"Cocok banget lah, sama sama cakep."

Bentar bentar ini kenapa malah bicara cocok cocok ya, Raina yang bingung ia hanya tersenyum kikuk tanpa mengerti pembicaraan mereka apa. "Jeng ngomong ngomong si je kemana?"

"Lagi ke toilet bentar lagi juga kesini. Nah-- itu dia."

Semua orang menoleh kearah pria yang memakai batik dan terasa cocok dibadan itu, saat Raina melihat kearah mukanya. "Pak Jaehyun?"

Semua orang menoleh kearah Raina. "Loh kalian udah kenal?" Mamahnya menatap ia heran.

"Dia boss Raina."

Jaehyun duduk disamping Raina bahkan tidak menoleh sekalipun kearahnya, gak di kantor gak disini masih aja muka sialnya dibawa.
"Jeng bagus dong kalau mereka kenal, jadi mudah jodohin mereka."

Raina tersedak makanan dan terbatuk batuk, apalagi ini Raina bingung sekarang. "Minum."

Raina mengambil minum yang diberikan bossnya itu, bercandaan apa ini sungguh gak lucu menurut ia. Mana mungkin ia dijodohkan dengan bossnya yang kadang baik kadang jahat. "Makasih."

"Tuh kan jeng mereka cocok, pokoknya kita harus rencanakan penikahan besok."

"APA! Besok nikah?"

"Iya kalau kalian mau." Mamahnya Raina ketawa dengan jeng Fitri.

"Kita bercanda, pernikahannya terserah kalian karena kalian yang menjalaninya." Mamahnya Raina ketawa seolah tak melihat muka Raina yang sudah merah menahan amarah.

Raina gak suka dijodohkan apalagi dengan bossnya ini, bisa mati kutu Raina dengan kelakuan bossnya itu.
"Kalau Raina gak setuju gimana?"

Mereka semua menoleh kearah Raina terkecuali Jaehyun. "Ya gak bakal kita batalin, kecuali kalau kalian berdua gak setuju dengan pernikahan ini." Fitri melihat kearah anaknya.
"Kalau kamu je?"

"Je harus mikir."

"Mereka betul, harusnya kita beri waktu mereka untuk berpikir." Mamahnya Raina mengangguk setuju dengan perkataan jeng Fitri.

"Yaudah kalian mending pergi keluar sana sambil berfikir."

Jaehyun bangun dari duduknya berjalan keluar ruangan disusul dengan Raina. "Pak Jaehyun tunggu!"

Mereka berjalan kearah taman yang tersedia disamping kafe Madania itu.
Mereka duduk di bangku yang ada disitu. "Kita disini mau ngapain?"

"Mikir."

Raina bedecak. "Kenapa harus dipikir pak Jaehyun, emang pak jehyun suka sama saya?"

"Gak tahu."

"Lah kok gak tahu?" Raina menautkan alisnya.

"Karena saya belum nyoba."

"Jadi pak Jaehyun menerima perjodohan itu? Kenapa gak ditolak aja si pak, masak pak Jaehyun gak mau sama cewek di luaran sana yang masih cantik dibandingkan saya."

Jaehyun beralih menatap Raina. "Saya gak suka wanita yang cantik tapi hatinya buruk, kalau kamu kan baik."

Raina mengalihkan pandangannya kearah yang lain menghindari tatapan bossnya itu. "Tapi pak Jaehyun saya menolak perjodohan ini, saya gak mau dijodohin."

"Terserah kamu."

Mereka sama diam dengan pikiran masing masing menatap pemandangan yang indah. "Kita mau disini sampai kapan?"

"Kamu mau kemana?"

"Mau kedalam mereka nungguin pasti."

"Mereka udah pada pulang."

Raina menatap bossnya itu tidak percaya. "Lah terus saya pulangnya gimana?"

"Kamu saya anter."

"Gak usah saya naik taksi saja."

Jaehyun berdiri dari duduknya dan menggandeng tangan Raina menuju ke parkiran. "Kita lupain Masalah perjodohan dulu, sekarang kita pulang."

Raina hanya menganut saja, toh ini sudah larut malam bahaya wanita pulang sendirian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

about perfectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang