"Eh gila lo ya. Serius lo mutusin semua mantan lo yang gak kehitung itu?" Callie hanya mengangguk tanpa minat menjawab ucapan sahabatnya--Bianca. "Terus, si bencong nasibnya gimana?" kali ini bukan Bianca yang berucap, melainkan Daren, cowok pupuler yang juga masuk dalam list sahabat seorang Callie. Dan, bencong yang dimaksud yang tak lain dan tak bukan adalah Aron, siswa yang dicap sebagai 'becuhong', bencong cucok mehong.
"Ya gak gimana-gimana. Palingan udah mati beneran. Soalnya dia bilang kemaren kalo gue putusin dia bakalan bunuh diri." pernyataan itu membuat Daren dan Bianca bergidik ngeri. Lagian, kenapa juga Callie mau berhubungan dengan Aron, selera rendahan. "Jangan ngatain gue rendahan. Gue ngelakuin ini buat hilangin kegabutan, dan pastinya membantu anak orang bahagia. Kan kalo dia bahagia, gue juga yang dapat pahalanya." Bianca menggelengkan kepalanya, tak mengerti lagi dengan pikiran konyol sahabatnya dari waktu masih jadi benih.
"Bahagia pala lo. Yang ada anak orang sakit hati begok," kali ini Daren yang berucap, ia kesal dengan sahabatnya yang keras kepala ini. "Dia yang sakit bukan gue." demi mie ayam Mpok Nori, tenggelamkan Daren sekarang. Berbicara dengan Callie tak akan ada ujungnya, kayak bumi.
"Serah lo lah. Awas aja kalo lo yang sakit hati terus lari ke kita." sahut Bianca, "gak bakal. Lagian, seseorang belum bisa dicap playgirl kalo dia sakit hati. Tugas playgirl itu menyakiti, bukan disakiti."
Saat Bianca hendak mengeluarkan suaranya, sebuah suara cempreng membuat seluruh penghuni kantin terlonjak kaget. "CALLIE! JANGAN PUTUSIN AKU." Callie berdecak sebal, pria bencong itu lagi-lagi mengganggu dirinya. "Bukannya lo mau bunuh diri? Sana, hush... hush..." Aron mengerucutkan bibirnya sebal, bukannya imut, malah terkesan seperti bebek kampung. "Ih, Callie jahat. Kalo aku beneran bunuh diri nanti kamu nangis gimana? Nanti yang hapus air mata kamu siapa? Terus yang paksa kamu pulang dari pemakaman aku nanti siapa? Nanti kalo kamu kesepian yang tem---" Aron tak melanjutkan ucapannya ketika melihat Callie yang sudah berdiri didepannya. "Lo kebanyakan baca novel deh kayaknya. Gue gak bakalan nangis kalo lo mati, walaupun gue nangis gue juga punya tangan untuk hapus air mata gue, terus gue juga bakalan langsung pulang kalo lo udah turun ke liang kubur, soalnya lo tau kan, Jakarta lagi panas banget hari-hari ini. Dan gue gak mau buat skincare yang gue pake jadi gak guna." pernyataan panjang dari Callie masih belum membuat Aron pindah. Ia masih kukuh pada pendiriannya. "Tapi, mama nanyain kamu. Katanya kamu gak boleh jauh dari aku." Callie menoyor pelan dahi Aron diselingi kekehan kecilnya, "itu mah maunya lo, bukan nyokap lo. Aron... Aron... untung mantan, kalo gak udah gue jeburin lo ke kolam ikan koi." Callie melenggang pergi meninggalkan para murid-murid yang masih menatapnya kagum, terlebih lagi Aron yang tersenyum lebar menatap kepergiannya. "HUA... MAMA. CALLIE MASIH SAYANG AKU. DIA GAK JEBURIN AKU KE KOLAM. HUA..." Aron terus berteriak kemudian berlari keluar kantin menyusul Callie. Sedangkan para murid-murid kembali dibuat kagum oleh Aron. "Bucin para tuh anak. Otaknya gak dibawa apa?" ucap Daren sambil menggelengkan kepalanya.
•••
Callie berjalan menyusuri koridor. Sehabis dari kantin tadi, kegabutan langsung melanda dirinya. Jadi ia berinisiatif untuk mencari pacar untuk dikoleksi. Gadis itu mulai memberikan senyum manisnya pada siswa-siswa yang lewat, terkadang juga ia menyapa membuat siswa-siswa itu menjerit seperti orang kesetanan.
"Angkasa ganteng," goda Callie membuat siswa yang bernama Angkasa itu membulatkan mulutnya sambil memegang dadanya karena syok. "Callie cantik," godanya balik sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda. "Mau gak jadi pacar Callie?" tentu saja pertanyaan ini tak akan di tolak Angkasa. Pria yang merupakan Ketua Osis itupun mengangguk semangat. Callie melambaikan tangannya sambil memberi flying kiss sedangkan Angkasa sudah melompat-lompat sambil menggigit jari-jarinya.
"Kemana lagi ya? Gue belum pernah pacaran sama adek kelas." Callie bermonolog sendiri kemudian melangkahkan tungkainya menuju lantai satu, dimana banyak adek kelas yang berkeliaran.
"Hai. Adik-adik!!" sapa Callie pada siswa kelas 10 yang tampak berkerumunan didepan kelas. "Hai kakak cantik," sapa mereka semua. Mungkin ada sekitar enam orang. "Mulai hari ini. Kalian pacar gue," ucap Callie membuat semuanya terkejut, saat Callie sudah tidak ada dipandangan, mereka langsung melompat-lompat dengan girang. "Yuhu, jadi pacar Kak Callie." teriak salah satu siswa yang ada di kerumunan itu. Pada dasarnya, Callie merubah orang normal menjadi abnormal.
See, bisa kalian bayangkan betapa cantiknya Callie sampai-sampai tak ada yang menolak, bahkan mereka rela cintanya dibagi. Ah, lebih tepatnya pacarnya. Karena mereka bukanlah satu-satunya, tapi salah satunya. Tidak ada cinta sejati dalam kamus seorang Callie. Cinta membuatnya bodoh, dan ia tak akan bodoh karena cinta. Kisahnya bukan seperti novel pada umumnya, yang lebih sering menjadi playgirl, badgirl, playboy, atau badboy karena masa lalu kelam. Tidak buruk, hanya saja terlalu umum untuk mudah dipahami. Sedangkan Callie, ia menjadi badgirl dan playgirl karena terinspirasi dari sang ayah. Benar-benar menakjubkan. Ia juga bingung, jika ayahnya playboy, kenapa ibunya mau dengan sang ayah? Nanti ia tanyakan di rumah.
"Callie Balsem!!!" Callie menggertakkan giginya karena kesal, siapa yang berani memanggilnya Callie Balsem? Huh. Lihat saja, akan ia hancurkan wajah itu. Gadis itu berbalik untuk melihat siapa yang telah kurang ajar mengganti namanya.
"Apa? Kenapa kamu ada disini, kamu gak denger bel sudah bunyi beberapa menit yang laku?" tanya Bu Aretha sambil bersedekap dada, Bu Aretha adalah guru bimbingan konseling yang terkenal killer, tapi tidak untuk Callie. Bu Aretha adalah guru paling menggemaskan karena badan pendek dan tubuh gemuk. Terlihat seperti telur hidup. Belum lagi pipi gembilnya.
"Ibu, saya tekankan sekali lagi. Nama saya Callie Blossom, not Callie Balsem, okey?" Bu Aretha menggeleng tak setuju. "Kamu itu tinggal di Indonesia, jadi harus pake nama yang terkenal dari budaya Indonesia." Callie berdecak sebal, andai Bu Aretha bukanlah gurunya, sudah ia tusuk perut gendut itu menggunakan jarum pentul yang selalu dibawanya.
"Lah, ibu sendiri namanya aneh. Aretha, nama luar negeri juga. Ya kali saya harus manggil ibu Etha, biar kayak orang kampung."
"Bener-bener kamu yah. Sini kamu, saya bawa ke kelas kamu!" Bu Aretha langsung menjewer telinga Callie tapi tak membuat gadis itu meringis. Ia menerima semua perlakuan Bu Aretha dengan lapang dada karena saat ini ia sibuk menoel-noel pipi Bu Aretha yang menggemaskan layaknya squishy.
"Jangan kurang ajar kamu Li!"
"Lah, kalo kurang ajar, kasih tambah ajar dong bu. Gimana sih ibu ini?" sudah cukup, Callie membuat darah Bu Aretha mendidih. Wanita yang berumur sekitar 40 tahun itu memberi tatapan membunuh pada Callie tanpa melepas jewerannya, kemudian tersenyum miring. Ia berani bertaruh, Callie akan diam tak bergeming jika sudah berhadapan dengan Pak Bagas, guru killer yang mengajar di mata pelajaran Matematika, dan kebetulan Pak Bagas sedang mengajar dikelas Callie.
Tok... tok... tok...
"Masuk!" Callie masih tidak menghilang raut wajah santainya. Bahkan dengan keberaniannya ia memimpin jalan membuat Bu Aretha terpaksa melepas jewerannya karena tinggi Callie yang melebihi dirinya, bisa patah tulang ia jika berjinjit.
"Ada apa Bu Aretha?" tanya Pak Bagas.
"Begini pak. Callie saya dapat membolos pelajaran bapak. Saat saya ingin memberi hukuman, ia tidak mau." Pak Bagas melotot ke arah Callie yang tampak baik-baik saja. Sedangkan dalam hati, Callie tak berhenti menyumpah serapah Bu Aretha yang berani membuat karangan. Sepertinya Bu Aretha cocok menjadi penulis novel best seller.
Bu Aretha memang guru BK, tapi sikapnya tak sekejam Pak Bagas. Bisa dikatakan, jika Pak Bagas adalah senior dari Bu Aretha. Maksudnya, Bu Aretha adalah guru BK setelah Pak Bagas karena Pak Bagas memilih untuk menjadi guru Matematika, terpaksa Bu Aretha bertukar peran bersama Pak Bagas.
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
International Playgirl
Humor[Don't copy paste 📌] Dalam sejarahnya, yang namanya "Playgirl" itu menyakiti, bukan disakiti. Mau nyebut dan banggain diri kalian sebagai Playgirl? Tapi malah sakit hati. Kalo itu namanya Playgame. Why? Karena lo seakan memainkan sesuatu yang menar...