05. Hacker

362 30 24
                                    

Enjoy aja jangan tense. Di vote ya!

Callie, gadis itu tampak serius mengutak-atik laptopnya, bahkan Bobby yang sedari tadi baring diranjangnya ia acuhkan. "Ngapain sih lo dek?" tanya Bobby sambil menggeser tubuhnya untuk melihat apa yang dilakukan adiknya. "Diem kak! Gue lagi sibuk."

Bobby menoyor pelan dahi adiknya. "Doyan banget lo noyor pala gue. Kalo mau gelud nanti malam aja, gue lagi ngerjain tugas negara." Bobby berdecih, tugas negara apaan? Nangkap para koruptor di Indonesia yang semakin merajalela? "Eh dek, sejak kapan lo jadi hacker?" tanya Bobby saat menangkap dilayar laptop Callie yang menampilkan data seseorang.

Gadis itu tersenyum miring sambil membaca setiap baris data-data itu. Cukup lengkap. Setelahnya, ia menutup laptopnya dan membaringkan tubuhnya di ranjang.

"Siapa tadi dek?"

"Kepo banget sih lo, udah sana! Gue mau tidur." ucap Callie sambil berjalan menuju meja rias. "Oh, baru tau gue kalo lo tidur nya depan cermin. Sekalinya unik ya tetap unik." ucap Bobby diakhiri gumaman diakhir kalimat. "Gue emang unik dari lahir. Makanya itu gue istimewa,"

"Playgirl mah beda," sindir Bobby kemudian mengambil sebungkus snack yang berada di laci nakas Callie. "Emang. Gue ini harus nurunin sikap papi. Lo aja tuh, gak ada nurunin siapa-siapa!"

"Enak aja. Gue ini nurunin sifat mami, suka ngegas," ucap Bobby dengan bangganya. "Tapi ngegas versi gue beda," imbuhnya. "Iya, anak balap liar mah beda. Belum lagi gue aduin," Callie tampak tersenyum miring dan itu bisa Bobby lihat dari cermin, benar-benar menjengkelkan. "Awas aja lo kalo bilang mami. Gue gerek lo," Callie hanya mencebikkan bibirnya, tak peduli dengan ancaman sang kakak. Karena mau di ceramahi bagaimanapun nantinya, sikap buruk itu tak pernah hilang, sudah melekat lahir dan batin.

Tok... tok... tok...

"Bobby! Callie! Makan siang!" teriak Avianna membuat kedua kakak beradik itu terlonjak kaget, Avianna selalu ngegas, hidupnya tak pernah dibawa santai. "IYA!" balas mereka berdua, dengan teriak dan ngegas. "Awas aja lo berdua ya! Gue potong uang jajan kalian!" ancam Avianna. "GAK PEDULI. ADA PAPI! HAHAHA," tawa Bobby dan Callie pecah sedangkan Avianna berdecak kesal sebelum berteriak. "GUE BUNUH LO NO KALO NGASIH ANAK-ANAK UANG JAJAN!!!" teriak Avianna didepan kamar Callie, padahal Delano ada dibawah, menunggu istrinya memanggil anak-anak untuk makan. "IYA, GAK GUE KASIH!" balas Delano dengan teriak, beginilah definisi suami takut istri. Hanya mampu mengalah. Callie dan Bobby hanya cekikikan didalam kamar sebelum pintu kamar didobrak oleh Avianna. "Bilangnya tadi iya, tapi belum keluar juga!"

"Iya mi iya. Gak usah ngegas, santai!" balas Bobby dan Callie hampir bersamaan. Avianna hanya memutar bola matanya malas, kemudian merangkul kedua anaknya itu menuju lantai satu tempat Delano berada.

"Kasyu, kasyu, kasyu," ucap Delano sambil memukul meja dengan sendok dan garpu yang ada dikedua tangannya, layaknya Masha di kartun Masha and the Bear. "Bukan bokap gue," gumam Bobby dan Callie bersamaan, "bukan suami gue," gumam Avianna. Sedangkan Delano mendelik kesal ke arah tiga orang didepannya, "dasar, anak sama istri sama aja," gumamnya tapi masih bisa didengar oleh ketiganya yang kini menatap garang. Terlebih lagi Avianna, bola matanya sudah hampir keluar.

•••

Seperti biasa, Callie akan berangkat sekolah pukul 07.20 WIB, padahal sepuluh menit lagi gerbang sekolah akan ditutup. Tapi, ia terlalu santai karena setiap harinya yang mengantar ia sekolah adalah Daren, dan sudah diketahui semalam jika Daren adalah pembalap liar, jadi waktu ke sekolah yang sebenarnya sepuluh menit hanya tersisa tujuh menit.

"Mi, pi. Callie pergi dulu, assalamualaikum." pamit Callie sambil mencium punggung tangan kedua orangtuanya. "Waalaikumsalam," Callie melangkahkan tungkainya menuju pekarangan rumah, ia sudah bisa melihat Bobby yang sibuk memanasi motor sport barunya hadiah menang balapan. "Gila, tambah keren aja nih motor lo!" ucap Callie sambil geleng-geleng kepala. "Siapa dulu dong pemiliknya?" Callie berdecak kesal, menyesal telah memuji Bobby yang besar kepala.

"Kak, nanti gak usah jemput gue." ucap Callie, Bobby melirik ke arah kaca spion, memperlihatkan wajah Callie yang tampak ceria. "Kenapa emang?"

"Gue ada ekskul basket," Bobby hanya manggut-manggut sambil meneruskan perjalanannya menuju sekolah sang adik.

Callie terus tersenyum sampai sekolah, bahkan Bobby sampai bergidik ngeri karena menyangka jika Callie sedang kesurupan hantu manis. Gadis itu tak peduli dengan sekitar, ia tetap tersenyum sambil bersenandung ria melewati koridor. Banyak juga yang menyapanya terutama kaum Adam.

"Hii Callie. I'm a good boy," ucap salah satu siswa blasteran dengan percaya dirinya, Callie hanya mengedipkan satu matanya membuat pria itu memegang dadanya karena syok.

"Waah, demi apa. Gue di notif Callie." teriaknya kemudian melompat-lompat tidak jelas.

Callie terus berjalan sampai seseorang menghalangi jalannya. Gadis itu memutar bola mata malas sambil menahan tawa melihat Aron yang berpenampilan berbeda dari sebelumnya.

"Callie. Gimana? Ganteng kan? Aku baru aja cat rambut warna hijau, merah, biru sama ungu. Keren kan?" ucap Aron kemudian menyisir rambutnya kebelakang dengan gaya angkuhnya.

Callie tak menghiraukan, ia melewati Aron begitu saja yang tercengang.

"Rambut warna-warni bagai banci... imut enggak amit-amit iya..." Callie sengaja memperbesar suaranya agar Aron mendengarnya.

"Iiih. Callie mah!!" Aron berlari mengejar Callie membuat gadis itu mau tak mau harus ikut berlari. Callie terus melirik kebelakang sampai tubuhnya menabrak dada bidang seseorang.

Deg.

Jantung gadis itu terasa mau copot ketika melihat orang didepannya. Bulu mata lentik, alis tebal, bibir ranum yang indah, dan rahang tegas. Ah, Callie ingin memakannnya. Gadis itu tersenyum menatap pria didepannya. Ia baru sadar, jika disekolahnya ada cogan.

Lamunan Callie tersadar ketika pria itu melambaikan tangannya didepan wajah Callie. Gadis itu menutup pipinya yang memerah karena malu. Sial, ia tak boleh tergoda dengan laki-laki, bagaimana nasib gelarnya nanti.

"Callie!" teriak Aron dan berjalan mendekat ke arah Callie dan pria tadi. Callie langsung saja bersembunyi dibelakang pria itu sambil memeluknya.

"Gila. Mau mati aja gue, wangi banget. Huaaaaa, Callie suka dia!!!" pekik Callie dalam hati sambil menggigit bibir bawahnya.

"Sampai kapan lo meluk gue?" ucapan pria itu membuyarkan lamunan Callie, sial. Lagi-lagi ia harus menahan malu. Perlahan gadis itu melepaskan pelukannya dan melirik sekitar, memastikan jika Aron sudah tidak ada.

"So-sorry." ucap Callie gugup.

"Hmm."

Callie membulatkan matanya dan mulutnya, apa-apaan ini? Pria itu meninggalkan gadis sepertinya begitu saja. Oh jjinja, ia tak menyangka.

Callie berbalik kemudian berjalan dengan perasaan syok, dan malu. Lihat saja, ia akan membalas pria itu.

"Eh, tapi ngomong-ngomong namanya siapa ya? Kayak baru liat," gumam Callie tanpa memperhatikan jalan sampai lagi-lagi dirinya menabrak seseorang.

"Iiih. Apaan sih lo!" teriak Callie kesal ketika mendapati Andre yang baru saja ia tabrak. Pria itu menampilkan senyum manisnya yang membuat Callie ingin muntah.

"Hai manis."

"Makasih. Gue emang manis," ucap Callie kemudian pergi meninggalkan Andre, tapi sebelum gitu Callie menginjak kaki Andre membuat pria itu berjengit.

"Syaland!"



TBC.






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

International PlaygirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang