Pada akhirnya dua sisi yang berlawanan juga dapat menjadi satu bila menginginkannya
YOUR HOME
...
"Lo lemah jika lo sama sekali tidak bisa merasakan apa-apa."
Radin melipatkan kedua tangan, dibenamkannya setengah wajah ke ambang jendela kelas, seraya memerhatikan parkiran sekolah dari atas. Murid-murid yang diam-diam membolos di parkiran belakang terlihat begitu kecil di sini, sama seperti dirinya yang mungkin terlihat kecil bila dilihat dari bawah ini.
Lemah...
Sungguh, dirinya sudah begitu hafal dengan kata itu. Sebuah kata yang membuat dirinya bingung bahkan jika semakin memikirkannya maka semakin sulit bagi dirinya untuk merasakan segala hal.
Hal yang tidak kasat mata. Satu hal yang tidak bisa dilihat namun hanya bisa dirasakan.
Dulu disaat kecil Papa mengatakan dirinya lemah karena kerap kali menangis bila melihat pertengkaran itu. Lalu Mama, setelah bercerai dengan Papa, perempuan itu mengatakan dirinya lemah karena seringkali membuat masalah di sekolah serta mengacaukan isi rumah hanya untuk diperhatikan oleh perempuan tersebut.
Dan sekarang? Kenapa Sam mengatakan dirinya lemah disaat tidak dapat mengungkapkan keduanya? Kenapa pendapat orang-orang seringkali berlawanan dan hadir disaat yang tidak tepat?
"Radin..." Rein dengan buku dan kotak pensil di tangannya menghentikan langkah, baru saja gadis dengan jaket putihnya itu ingin melangkah keluar kelas namun sontak membalikkan badan melihat Radin yang mencondongkan tubuh di ambang jendela kelas.
"Din," Baru saja Rein ingin menghampiri, sontak saja bahu lebar Radin ditepuk kuat oleh seseorang. Dimas, cowok yang tadi memanfaatkan jam kosong untuk tidur di kelas itu kini menyengir, merangkul bahu Radin dengan sebelah tangan tanpa adanya penolakan dari cowok itu.
Rein mengerjapkan mata tidak percaya.
"Kalian mau latihan band?" tawar Dimas mengangkat kedua alis, dibiarkannya rambut kepirangan itu tampak berantakkan seakan tidak berniat untuk dirapikan.
Rein tersenyum simpul, mengangguk. Sementara Radin? Cowok yang dirangkul oleh Dimas dengan kuat itu melirik, tersenyum samar. "Tanpa Dhei?"
"Yep," jawab Dimas tenang meskipun jelas berbanding terbalik dengan sorot mata itu. Bahu Radin ditepuk kembali seakan-akan menyalurkan semangat pada laki-laki itu. "Gimana kalau kali ini kita buat formasi baru?"
"Baru?" Rein mengernyit. Jangan berharap banyak pada Radin, reaksi itu hanya mampu sekedar mengangkat alis. "Diganti?"
Dimas mengangguk, puas. "Rein, gantian lo jadi vokalnya."
"HAH!"
___
Dan pada akhirnya seorang Rein harus menurut...
Tutuplah matamu, hentikan nafasmu, saling berpelukan, wahai dua bayangan
Bersinarlah, bersinarlah, bersinarlah, selamat tinggal air mata
Tutuplah matamuSuara nyaring itu memenuhi ruangan musik. Dengan gitar disandangannya sebagai pengganti Dhei, gadis itu sesekali memejamkan mata lalu melompat dengan semangat seakan termakan oleh suasana pada lagu tersebut.
Radin menunduk, fokus pada permainan. Lagu sedih? Entahlah meskipun liriknya nyaris mendekati sedih namun dirinya tidak yakin bila dengan nada semangat seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Home [COMPLETE]
Teen Fiction"I miss the old you, about home." ____ Mereka selalu berkata tidak ada tempat yang jauh lebih baik dibandingkan rumah, hanya berada di rumah kamu bisa menjadi dirimu yang sesungguhnya tanpa harus mengenakan topeng yang begitu banyak. Namun tidak ba...