12. Malam yang mengesankan

157 7 2
                                    

"Gak mau, Keii" tolak Langit sambil terus menghindari Keisha yang sejak tadi berusaha menangkapnya. Kini keduanya berada di ruang tamu, saat Keisha sedikit lengah Langit pun berlari menuju kamar, hendak mengurung diri "Jangan maju" cegah Langit tak ingin Keisha menghapus jarak diantara keduanya.

"30 menit doang"

"Aku ngantuk" bohong Langit. Padahal ia hanya tak mau melakukan permintaan Keisha.

"Keisha, Jangan dong" pinta Langit lagi saat Keisha terus berjalan mendekat sambil menghentak hentakkan kakinya. Marahnya seperti anak kecil, pikir Langit.

"Geer" ketus Keisha begitu ia dan Langit berhadapan "Aku mau tidur" Keisha segera masuk kamar mendahului Langit. Sejak awal mereka tinggal disini memang tak pernah pisah kamar, karena kamarnya hanya ada satu. Paling guling yang menjadi batas wilayah tidur masing-masing.

Langit mengikuti Keisha dari belakang, jelas Keisha marah. Ia sampai membelakangi Langit, tak ada ucapan yang biasa ia katakan 'Selamat tidur kak Langit. Kalo mimpi buruk, jangan teriak ya. Aku susah tidur lagi kalo udah kebangun malem malem'
Langit merasa bersalah juga sebenarnya, ini masih hari kompensasi untuk Keisha. Tapi ia malah menolak permintaannya yang tergolong sangat sederhana.

"Ini airnya berapa tetes Kei?" tanya Langit yang akhirnya mengikuti permintaan Keisha. Ia menyeduh sendiri masker wajah berupa serbuk milik Keisha. Mendengar pertanyaan itu, Keisha yang semula membelakangi Langit kini menoleh, ia senang akhirnya Langit mau menggunakan masker wajah malam ini "Kamu juga pake kan?"

Keisha beranjak cepat dari tempat tidurnya, berlari kearah Langit yang berada di sofa dekat jendela kamar "Beneran mau?"

Langit mengangguk.

"15 tetes cukup kok"

Sesuai anjuran Keisha, Langit meneteskan air Mawar kedalam mangkuk berisi serbuk masker yang biasa Keisha pakai saat ada waktu.
Kini keduanya duduk berhadapan dalam posisi bersila, masih diatas sofa.

Keisha mulai mengolesi wajah Langit dengan masker tersebut. Ia tak dapat menahan tawa melihat Langit dengan muka datarnya memakai masker. Tak ingin kalah, Langit mengambil mangkuk dan kuas masker ditangan Keisha. Kini bagian Keisha yang dipakaikan masker oleh Langit.

Ini kali pertamanya Langit memakai atau lebih tepatnya dipakaikan masker wajah. Bahkan hubungannya dengan Anya yang sudah berjalan 13 tahun pun belum pernah Langit melakukan hal sesederhana ini tapi membuatnya bahagia. Menyenangkan, Keisha memang menyenangkan. Pikir Langit.

Keisha bahkan belum pernah melakukan hal seperti ini dengan Mahesa dulu, Langit sangat mengesankan. Pikir Keisha.

Tanpa keduanya sadari, pikirannya tertuju pada arah yang sama. Sama sama bersyukur karena merasakan kesederhanaan dalam kebahagiaan. Sama sama merasakan hal baru yang mereka belum pernah lakukan sebelumnya dengan pasangan masing-masing.

"Jadi, kamu itu turunan Indo Turki?" tanya Langit yang kesulitan berbicara karena maskernya mulai mengering. Keisha bilang, jangan sampai maskernya pecah.

"Iya, darah Turkinya sih cuma dikit. Dari papanya Mama doang"

"Tapi kok muka kamu gaada Turki Turkinya? Malah ke oriental"

"Mama bilang, ini gara gara pas hamil aku, Mama benci banget sama drakor. Makanya aku kaya orang Korea" Langit tertawa pelan mendengar penjelasan Keisha, ada ada saja memang perempuan satu ini "Jangan ketawa. Nanti .."

"Maskernya pecah" seloroh Langit "Kamu udah 7x bilang itu"

"Kamu sendiri kenapa coba, blasteran Australia setengahnya tapi nama gaada unsur liar negerinya. Indonesia banget" Keisha mengganti topik pembicaraan. Benar juga sih yang Keisha katakan, Langit itu Mamanya Australia asli, Papanya Indonesia asli. Tapi namanya Langit Arnawarma Nagara, gaada nama luar negerinya.

"Karena ini kesepakatan Mama sama Papa" jawab Langit

"Kesepakatan?" Keisha beranjak dari posisi menyendernya dan menoleh kearah Langit membuat serbuk maskernya yang sudah kering berguguran "Aduduhh"

Langit terkekeh pelan melihat kecerobohan Keisha.

"Iya kesepakatan. Yaitu, kalo anaknya perempuan maka namanya full bertema Australia. Kalo laki-laki harus Indonesia. Dan aku Laki-laki, jadi ya begini namaku. Indonesia banget"

Jika terus seperti ini, rasanya Keisha akan lupa. Lupa bahwa ini hanya pernikahan tipuan, lupa bahwa Langit punya kekasih diluar sana, lupa bahwa Langit tak mencintainya, lupa bahwa ia pernah disakiti Mahesa, lupa bahwa dirinya kini hanya alat yang Langit dan Anya gunakan untuk mencairkan warisan. Keisha akan lupa akan semua itu dan menjadi sangat bahagia.

"Kak" Keisha kembali membuka suara ketika keduanya telah sama sama diam lagi selama 5 menit. Langit berdeham pelan menjawab Keisha "Apa kamu bakal menceraikan aku?"

"Enggak" jawab Langit dengan cepat dan yakin.

"Apa itu artinya, kamu bakal membuat aku menceraikan kamu?"

"Iya"

Baru 25 menit kebelakang Keisha merasa bahagia. Keisha merasakan kehangatan seorang Langit. Kini, kembali Langit menghancurkannya. Tapi Keisha terima, ini resikonya karena menanyakan hal itu.

Malam yang mengesankan. Terimakasih, telah membuatku bahagia dan kecewa dalam waktu yang bersamaan.

🌵🌵🌵

Keisha menyusuri jalanan yang diapit oleh perkebunan. Langit tak membawa ponselnya dan Keisha berinisiatif untuk mengantarkannya ke resort, sengaja Keisha memilih berjalan kaki, ya itung itung olahraga saja karena terakhir ia berolahraga adalah minggu kemarin saat bersepeda dengan Langit. Walaupun memang pekerjaan rumah cukup menguras tenaganya juga. Keisha beberapa kali melempar senyum pada warga yang hendak pergi ke kebun maupun anak anak yang hendak sekolah. Banyak warga telah mengenal Keisha, maklum saja, Keisha memang orang baru yang berasal dari Kota, tentu terlihat menonjol dibanding dengan yang lainnya.

"Eh apaan sih?!" ujar Keisha setengah berteriak saat tiba tiba seseorang menarik lengan dan membawa Keisha memasuki perkebunan "Lo siapa?" bentak Keisha yang mulai panik.

Melihat gelagat tak baik yang semakin menjadi dari diri lelaki yang tak ia kenali ini, Keisha terus berusaha melarikan diri walau berkali-kali ia berhasil dicegah lelaki bermasker dan mengenakan topi hitam ini.
Disaat Keisha berhasil keluar dari perkebunan itu, lelaki tersebut kembali menarik Keisha. Bahkan ketika Keisha terjatuh ia tetap memaksa Keisha kembali ke kebun, ia tak menghiraukan darah yang mengalir dari lutut Keisha. Sialnya, di perkebunan ini belum ada seorang warga pun yang datang sampai Keisha tak tahu harus meminta tolong pada siapa. Keduanya semakin jauh dari jalan yang biasa dilalui mobil Langit.
Yang kembali menyakiti Keisha adalah ketika Keisha hendak berteriak meminta tolong, lelaki itu dengan tega menampar Keisha.

"Aku mencintaimu Keisha, aku harus memilikimu" ucapnya hendak melakukan yang tidak tidak pada Keisha. Mendengar kalimat dan suara itu, Keisha melongo tak percaya, ia hafal betul siapa dia. Suara dan kalimat yang sama dengan malam itu.

'Ya Tuhan, selamatkan aku. Kumohon selamatkan harga diriku dari kebejatan lelaki ini. Setidaknya kirimkan warga kemari untuk menolongku' Mohon batin Keisha dengan penuh harap.

🌵🌵🌵

Follow Malekanita on Ig : @malekanitaa
Berisi quotes yang biasanya menghiasi ending cerita setiap partnya

See you at part 13

🌵🌵🌵

Labirin cinta 12
Malekanita
Majalengka, 10 April 2020

LABIRIN CINTA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang