EXTRA PART

280 10 6
                                    

Langit terperajat dari tidurnya saat mendengar petir menggelegar mengejutkan siapa saja yang mendengarnya. Bersamaan dengan itu ia mendengar suara teriakan yang tak lagi asing baginya, suara yang berasal dari luar kamarnya. Segera Langit beranjak dan menyusul pemilik suara yang pasti kini tengah ketakutan itu.
Langit membawa tubuh mungil itu kedalam pelukannya, berharap ia lebih tenang kini. Walaupun tangisnya belum mereda, namun Langit tak kehilangan ide untuk menghentikannya. Acelin Sezgin Arnawarma. Tak lain dan tak bukan adalah anak pertama dari Langit dan Keisha yang sudah berusia  6 tahun lebih. Kebalikan dari Keisha yang begitu menyukai hujan, Acelin justru selalu ketakutan dengan hujan karena ia berpikir hujan selalu membawa petir.

"Kamu tidur ya, Papa temenin" suruh Langit setelah hampir 30 menit menggendong dan menenangkan Acelin. Jam sudah menunjukan pukul 3.20 pagi.
Tanpa ingin membantah Papanya, Acelin mengangguk patuh. Lagipula hujan mulai berhenti membasahi bumi, dan gemuruh petir pun telah lama lenyap. 15 menit sudah Langit berusaha menidurkan Acelin, namun mata anaknya itu terlihat beberapa kali memperlihatkan gerakan kecil berusaha tidur, disinilah kemiripannya dengan Keisha yang sulit untuk tertidur setelah bangun, Langit sering kewalahan jika Acelin begini. Langit sebenarnya masih sangat mengantuk, semalam ia lembur karena banyaknya pekerjaan yang harus dia kerjakan walau hanya melalui laptop, dan di sepagi ini ia harus kembali terbangun. Tapi melihat bagaimana Acelin memaksakan diri untuk tidur juga Langit tak tega.

"Celin gak ngantuk?"

Acelin menggeleng pelan "Papa ngantuk?"

Langit tak ingin berbohong dengan mengatakan 'tidak'. Tapi ia juga tak ingin Acelin merasa bersalah, akhirnya Langit hanya tersenyum menjawab pertanyaan Acelin "Papa bawain lilin aroma ya?"
Langit merasa sangat beruntung malam ini, hanya dengan lilin aroma akhirnya Acelin tidur kembali hanya dalam waktu 10 menit. Dan dengan begitu akhirnya Langit pun bisa kembali tidur sebelum kembali menjalani rutinitasnya setiap hari, bekerja.
Pukul 7 pagi Langit sudah rapih dengan pakaian andalannya, ia dan Acelin kini bersiap untuk sarapan makanan yang disiapkan oleh bibi. Acelin sudah masuk TK dan ia selalu berangkat dengan Langit, pulangnya dijemput oleh bibi. Tapi hari ini, Acelin libur sekolah sementara Langit tidak, seolah tiada hari libur untuknya yang selalu sibuk bekerja dengan kembali menjalani bisnis properti yang memang sebelumnya sempat ia geluti.

"Kakeekk, Neneeekkk" teriak Acelin girang saat ia sedang duduk di ayunan depan rumah dan melihat kedua orang tua Keisha datang mengunjunginya. Langit masih di dalam sedang memakai sepatu dan siap bekerja. Mendengar teriakan Acelin, Langit pun keluar menyalami kedua mertuanya itu.

"Ini kan hari libur, Lang"

"Aku cuma meeting sama klien doang, Pah. Setelah itu aku pulang"

Papa Keisha mengangguk pelan memahami bahwa menantunya begitu sibuk "Nanti Papa mau bicara ya"

"Soal?"

"Keisha"

Langit menghembuskan nafasnya pelan, ia tahu apa yang akan kedua mertuanya ini coba katakan, pasti hal yang tak ingin Langit bahas. Namun menolaknya juga bukan hal yang sopan, Langit pun mengangguk mengiyakan "Yaudah aku berangkat ya Pah"

Langit kemudian berjalan mendekati Acelin yang kini tengah asik bersama neneknya "Mah, aku berangkat ya"  Mama Keisha tersenyum seraya mengangguk mengiyakan

"Papa beneran cuma sebentar kan?"

"Iya. Papa berangkat yah? Celin jangan nakal ya" Ujar Langit mengecup rambut lebat milik Acelin.

Sementara menunggu Langit pulang, Mama Keisha memilih bermain dengan Acelin dan Papanya justru memilih berkeliling rumah Langit di kota yang masih memajang banyak sekali foto Keisha. Mulai dari foto pernikahan keduanya, foto candid Keisha, foto selfie Keisha, foto saat Keisha hamil hingga menggendong Acelin. Semuanya lengkap, masih lengkap seperti sedia kala.

"Papa bilang, itu Mama waktu SMA. Dan yang satunya tante Lia. Temennya Mama" ujar Acelin yang sedang menyedot susu vanila dalam kemasan.

"Papa bilang gitu?"

Acelin mengangguk dan meletakan susunya di meja "Kalo yang itu foto Mama waktu bikin kue ulang tahun Celin yang pertama, itu waktu lagi olahraga sama Papa dan itu waktu mama sama Papa nikah" jelasnya dengan lancar. Keunggulan Acelin memang mudah mengingat hal hal yang terjadi dalam hidupnya.

"Papa yang jelasin semua itu?" 

"Iya, Kek. Papa selalu ceritain Mama"

"Papa bilang gak sama Celin soal Mama pergi kemana?"

"Papa bilang Mama lagi kerja, buat beliin Celin mainan satu lemari"

"Satu lemari?"

"Iya dong" jawabnya menggemaskan.
Disaat jam menunjukan pukul 11 siang, suara mobil Langit terdengar jelas menandakan pemiliknya telah tiba di rumah, Langit tiba dengan sebuah paper bag berisi kotak mainan yang sangat Acelin inginkan. Beberapa paket pakaian barbie yang begitu indah.

"Papaaaahh" Acelin selalu melakukan ini. Berhamburan memeluk Langit saat papanya itu pulang. Langit tentu selalu membalasnya dengan kasih sayang.

"Celin dandanin barbie-nya sama Bibi dulu ya" si kecil yang selalu patuh itu mengangguk dan berlari memanggil bibi. Langit akan membiarkan kedua mertuanya itu menyampaikan maksud dan tujuan mereka kemari, membahas sesuatu dengan Langit.

"Apa Papa dan Mama menganggap Keisha udah gak ada?" potong Langit saat berbincang dengan mertuanya yang telah ia ketahui sejak awal, topiknya akan ini dan begini.

"Kenyataannya emang seperti itu, Lang" ujar papa Keisha membuat Langit memalingkan wajahnya, ia paling tidak suka dengan pembahasan ini, siapapun yang membahasnya ia selalu tak suka "Papa tau ini sulit. Tapi kamu harus belajar ikhlas dan menerima semua ini"

Mendapat tatapan dari suaminya, Mama Keisha juga turut buka suara, menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan "Papa betul Langit. Mama dan Papa bahkan udah mengikhlaskan Keisha dan kami juga  setuju kalo kamu berniat memberikan Acelin seorang ibu sambung"

"Aku masih sanggup urus Acelin sendiri kok Mah, Pah"

Mama Keisha mengangguk paham, ia sangat paham bahwa Langit masih mencintai Keisha "Tapi bukankah mental Acelin tetap membutuhkan sosok ibu? Dan kamu juga masih terlalu muda untuk menduda selamanya Langit. Kalau sulit, cobalah perlahan buka hati kamu untuk wanita lain. Diluaran sana, banyak wanita yang begitu menginginkan kamu"

"Apa mereka seperti Keisha?"

"Ya tentu nggak, Lang. Setiap orang kan berbeda dalam berperilaku"

"Aku yakin, gak akan ada yang seperti Keisha. Dan karena itulah aku malas, aku malas untuk mencari seseorang yang bisa menggantikan Keisha"

"Tapi Lang,.."

"Mah" pangkas Langit lagi "Aku tau niat Papa sama Mama begitu baik dan aku berterima kasih untuk kasih sayang kalian selama ini. Tapi tolong hargai keputusanku. Tolong hargai pendapatku, aku yakin Keisha masih hidup, dimanapun ia kini aku yakin dia akan kembali untuk aku dan Acelin, untuk kami yang selalu percaya bahwa dia kuat dan akan bertahan, lalu kembali" tegas Langit yang tak ingin memiliki anggapan bahwa Keisha telah tiada, baginya Keisha masih hadir diantara ia dan Acelin.

---

Hai haiiiii
Labirin Cinta kemvaliii
Tapi maaf nih malah jadi teka teki, kira kira Keisha kemana ya? Dan kira kira siapa yang bener ? Mama Papa Keisha yang nganggep Keisha udah gak ada? Atau justru Langit dan Acelin yang yakin bahwa Keisha masih hidup dan akan kembali? Kalo menurut kalian gimana ?
Komen dibawah ya Guys (Biar ala ala youtuber:v )

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LABIRIN CINTA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang