Tujuh

63 4 0
                                    


    Aku melirik jam tanganku. 04.32? .  Aku harus memikirkan alasan yang masuk akal untuk menghadapi kemarahan Ayah. Aku membuka pintu dengan hati-hati, melewati ruang utama. Namun dugaanku salah. Ayah dan Ibuku belum kembali dari pertemuan pentingnya.

"Untunglah,aku hampir saja mati berdiri menerima ocehan mereka"
Aku baru saja ingin membuka pintu kamarku,seseorang mendorong ku dari belakang.

"Kau darimana Hmmmm?"

Ck,aku tertangkap basah oleh Zayn. Dengan terpaksa aku memutar badan menghadapnya, memasang senyum semanis mungkin.

"Kau darimana?,menghilang entah kemana sejak tadi pagi. Simpan pikiran kotor mu jika kau pergi mencari mangsa dan menggoda lelaki tampan Israel". Aku membulatkan mata mendengar perkataan Zayn
"Kau benar-benar keterlaluan,Zayn. Kau pikir aku jalang hahhh? Jangan lupakan fakta bahwa aku adalah adikmu"
Zayn kini terdiam. Aku tersenyum licik didalam hati. Aku pastikan sebentar lagi dia akan minta maaf.

"It's oke, I am sorry,Zierre. I care with you. Israel bukan negara biasa. Perang sedang berkecamuk disini. Menjadi anak seorang Ilmuwan tidak akan menjamin keselamatanmu."
Aku benar bukan?. Walaupun aku dan Zayn sering bertengkar, Dia tidak bisa marah begitu lama padaku apalagi jika aku sudah marah dan membalas ucapannya.
"Aku dari tour warung di sekitar sini,mencari makanan yang bisa masuk di perut Highclassku" tugasku dengan bakat mengarang bebas.

"Lalu dimana makanan yang sudah kau beli?"
Ohh tidakkkk,bakat investigasinya keluar.
"Semua habis kumakan dalam perjalanan pulang kesini"
Zayn mendengus kesal, kemudian berlalu ke arah lemari es di pojok ruangan. Rupanya dia kelaparan.

#####

Aku tersenyum. Syadzi datang sambil mengoceh. Terus menyalahkanku karena memanggilnya untuk kembali ke kamp utama. Walau telah menamatkan gelar ahli komunikasi, Syadzi sepertinya belum bisa menyandang gelar wanita anggun. Bahkan sekarang ia mengambil jurusan hubungan Internasional,tidak mampu membuatnya berubah dewasa. Aku sampai berpikir untuk melanjutkan kuliah politiknya. Setidaknya ia bisa memanfaatkan bakat cerewetnya untuk mengoceh pada Pemerintah dan lembaga legislatif dunia.

"Sepertinya tadi ada yang menyuruhku pulang menemani Ummu"

Syadzi belum berhenti mengoceh,sampai pada akhirnya aku harus memasang wajah serius agar ia berhenti berbicara.

"Baiklah, apa yang ingin kau bicarakan?"
"Aku belum menerima laporan tentang liburanmu ke Rusia seminggu yang lalu."
"Aku hanya pergi berlibur,Fawwaz. Bukan pergi melaksanakan tugas negara sampai harus melapor padamu"
"Aku benar-benar tidak percaya seorang Aisyah Asyadzi lebih memilih berlibur ke Rusia dibandingkan ke negara dengan indeks Pariwisata terbaik seperti China dan Indonesia"
"Apa yang salah dengan berlibur ke Rusia?"
"Jujurlah Syadzi,kau adikku. Aku lebih mengenal tabiatmu dibandingkan orang lain"
Tukasku sambil mendesak mengatakan tujuannya memilih liburan ke Rusia.
"Aku akan mengatakannya,tapi kau harus janji jangan memarahiku"Syadzi akhirnya menyerah. Namun wajahnya terus menunjukkan bahwa ia tidak rela memberitahuku.
"Katakan Asyadzi!"
Lagi-lagi adik perempuan itu mendengus berat.
"Aku pergi belajar jenis  racun di kediaman Chassanovsky."
Aku terbelalak. Belajar jenis racun?,astaga kali ini Syadzi benar-benar kelewatan.
"Kau ingin apa belajar racun di Rusia?"
"Kakakku tersayang,politik internasional dan imperelium dunia keamanan pada abad ke-20 tidak hanya berkutat pada gudang persenjataan semata. Para ilmuwan-ilmuwan Eropa telah menemukan cara paling halus namun mutakhir dengan penggunaan berbagai racun yang dimodifikasi sedemikian rupa sehingga dapat disajikan dengan cara paling istimewa dan tidak kasat mata. Salah satunya dengan kasus meninggalnya John F Kennedy dan berbagai toko dunia lainnya"
Aku mengangguk takzim. Pemikiran Asyadzi sudah sangat matang.kini ia sudah cukup mampu membantuku bergelut dalam pergolakan politik Palestina.

"Kau sudah cukup matang untuk membantuku dalam memikirkan masa depan Palestina. Karena kebetulan  kau telah belajar jenis-jenis racun langsung pada Chassanovsky,aku ingin kau memperdalam ilmu itu. Kita tidak tahu rencana dibalik proyek besar penelitian kerjasama antara Israel dan Ilmuwan Amerika itu. Jadi kita harus mempersiapkan segala kemungkinan yang akan terjadi"

"Tidak semudah itu,Fawwaz. Ada berbagai jenis racun terbaru yang dihasilkan melalui proses bioteknologi yang lebih modern. Bahkan sampai pada tahap racun dalam kedok vaksinisasi dan antibiotik. Perkembangan teknologi mereka sangat pesat,namun terkesan terlalu ditutup-tutupi sehingga masyarakat awam tidak tahu-menahu tentang pergolakan kekuasaan mereka"
"Ya,seperti yang kau katakan,imperelium  keamanan mereka seakan membentuk piramida raksasa.Dengan pertahanan paling mutakhir di setiap tingkatannya. Namun kau lupa satu hal tentang aqidahmu,Asyadzi. Bahwa segala. hal buatan manusia memiliki celah, kecil namun mampu meruntuhkan pertahanan sehebat dan semutakhir apapun"
"Ya,aku akan mempelajarinya. Bahkan nanti aku akan lebih hebat dari ahli forensik Nasional"

Tawaku pecah. Adik perempuanku itu sangat pandai dalam urusan sindir-menyindir.

"Selamat belajar,Aisyah Asyadzi"Tukasku yang berhasil mendapat pelolotan tajam dari Asyadzi.

MY DAD IS NOT TERORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang