Sebelas

37 4 0
                                    


"Berhenti menyudutkan Zierre,Fawwaz. Aku yang memaksanya untuk mengenakan abaya itu. Tidak menutup kemungkinan,kau bisa saja jatuh cinta padanya."

Andai aku sedang makan atau meminum sesuatu,aku pasti akan tersedak hebat. Syadzi sangat blak-blakan. Aku menatap Fawwaz. Ia terdiam-namun wajahnya memancarkan aura mengerikan.

"Adikku sepertinya banyak memiliki waktu luang akhir-akhir ini, sampai menjadi mak comblang sukarela padaku. Bagaimana kegiatan belajar racunmu? Sudah rampung, adik kecilku?"

Belajar racun? Apa lagi yang sedang kakak-beradik itu bicarakan. Otak jeniusku seakan tidak berarti apa-apa jika terlibat dalam pembicaraan mereka.

"Kita akan membicarakannya sore nanti, siang ini aku harus mengajak Zierre berjalan-jalan keliling Jerussalem".
"Jangan hanya mengenalkn padanya tentang keindahan Jerussalem. Sesekali, pergilah ke jalur Gaza dan lihat penderitaan masyarakat disana."
"Kau ingin Adik perempuanmu ini pulang dengan keranda mayat?." Refleks, Fawwaz menjitak kepala Asyadzi dengan keras. Aku hanya tertawa kecil. Tidak diragukan lagi-Asyadzi sangat berbakat dengan hal blak-blakan.
"Aku akan mengantarmu berjalan-jalan ke jalur Gaza,keadaan Ummu juga sudah semakin baik."
Asyadzi berteriak kegirangan hingga membuat Fawwaz geleng-geleng kepala.
"Kalau begitu,aku mau mengganti pakaianku dulu."
"Tidak usah. Pakaian itu lebih elegan untukmu." tukas Fawwaz tiba-tiba.
Aku benar-benar syok. Tidak menyangka lelaki arogant itu memujiku.
"Wowww,sangat jarang kau memujiku tapi Zierre yang baru kau kenali langsung kau puji."
Syadzi mengomel panjang lebar-menyalahkan kakak lelakinya itu karena tidak pernah memujinya. Namun Fawwaz tidak bereaksi. Ia hanya tersenyum melihat kelakuan kekanak-kanakan Asyadzi.
"Itu propaganda muallaf,Asyadzi. Don't be jealous."
Alisku mengkerut. Propaganda muallaf? Istilah aneh  apalagi itu?. Aku melirik Asyadzi-wajahnya kini mengkerut kecut-menatap sebal pada kakaknya kemudi berteriak dan mengomel dalam bahasa arab. Aku tersenyum miris-Mereka pasti sedang membicarakanku. Agar tidak menyakiti perasaanku mereka berbicara dengan bahasa yang tidak aku mengerti.Bodoh.Mereka pikir aku masyarakat awam yang tidak tahu ekspresi tubuh,sehingga mereka bisa membicarakanku tepat dihadapanku seperti ini. Oh God.Entah kenapa aku benci ketika memikirkan lelaki itu sedang menilai negatif kepribadianku.
"Ayo,Fawwaz akan  mengantar kita berkeliling jalur Gaza."
Syadzi memegang tanganku kemudian menarikku untuk berjalan menuju garasi mobil rumahnya.
"Aku boleh bertanya,Syadzi?"
Asyadzi berhenti berjalan. Kemudian menatapku penasaran.
"Maryam itu siapa?"
"Astaga Zierre,kau pasti mengenal Maria. Maryam itu maria"
"Maria? Siapa Maria?"
"Demi apa,Zierre. Kau ini sebenarnya penganut agama apa sih?
Aku tertawa mendengar pertanyaan Asyadzi. Memang benar agamaku adalah kristen tapi aku bukanlah umat kristiani taat pada umumnya. Aku lebih fokus pada karir dan pendidikanku menimba ilmu dari berbagai universitas ternama di seluruh belahan dunia-membiarkan karirku melejit tanpa pernah kandas pada salah satu bidang. Agama? Aku tidak yakin Yesus akan menerimaku sebagai penganutnya kelak.
"Ckkk, Aku bertanya serius,Zierre"
"Aku muslim" Syadzi memukul lenganku. Memintaku untuk tidak bercanda.
"Lihatlah pakaianku, suda seperti gadis muslim yang taat. Bahkan kakakmu saja pasti sudah tergila-gila melihatku sekarang." Tugasku dengan congkak Sambil berputar pelan sehingga gamis abaya yang sedang aku kenakan mengembang.

"Jangan terlalu mudah menilaiku. Tidak semudah itu aku jatuh cinta pada seorang gadis."

Aku membeku. Tanpa aku sadari Fawwaz ternyata mendengarkan dari tadi. Aku melirik Syadzi-meminta bantuan, namun gadis itu sekarang tertawa keras melihat ekspresi ketakutanku.
"Jujurlah Zierre, Kau pasti menyukai Kakakku bukan?"
Sial. Bukannya membantuku memberi penjelasan pada Fawwaz. Syadzi malah tambah memojokkanku.
"Aku hanya bercanda. Tidak bermaksud untuk merendahkan sekeramu." Shittt, merendahkan selera? Itu sama saja aku sedang merendahkan diriku sendiri. Aku benar-Benar akan tertawa sampai gila jika suatu hari nanti lelaki arrogant itu jatuh cinta padaku.
"Sudahlah, tidak usah dibahas lagi. Ayo kita berangkat."

Mau bertaruh denganku? Sepanjang perjalan aku pasti hanya duduk diam sambil menatap jendela. Sekali itu.

*******

*******

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

  Aku menutup aplikasi caturku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


  Aku menutup aplikasi caturku. Membosankan. Mansion besar ini benar-benar seperti kuburan. Istriku sedang pergi berbelanja dengan Istri Louis sementara Zayn dan Zierre, Aku tidak tahu kemana mereka pergi.
"Ayah,setelah merenungi ini baik-baik aku ingin bertanya serius padamu."
Zayn kembali berulah. Pikiran anak itu bahkan mengalahkan kerumitan pikiran Einsten. Tidak. Aku tidak berlebihan. Setiap hari, dia pasti akan menyibukkan dirinya dengan berbagai buku-buku tebal. Menganalisis dan menimbang setiap genre dengan buku-buku referensi miliknya.
"Kau ingin bertanya apalagi,Zayn?"
"Ayah yakin ingin melanjutkan penelitian,Ayah? Dunia benar-benar tidak akan main-main menghukum ayah nantinya."
Aku terdiam. Rupanya Zayn sedang memikirkan masa depan proyek penelitian yang sedang kugagas.
"Katakan padaku Zayn, Ayah harus  bagaimana? Kontrak kerja sama dengan kedutaan Amerika mengikat Ayah untuk mengambil keputusan.
"Bagaimana dengan membuat obat penawar bersamaan dengan digagasnya proyek manipulasi itu?, Aku rasa itu adalah ide satu-satunya untuk menghentikan misi besar itu."
"Penelitian untuk menemukan penawar dari senyawa kimia itu sangat susah,Zayn. Senyawa kimia yang sedang mereka manipulasi dari hasil penelitian Ayah bahkan memiliki kandungan seribu kali lebih mematikan dari racun arsenik yang menjadi kontroversi penyebab meninggalnya salah satu Raja kerajaan Inggris." Zayn terdiam mendengar penjelasanku. Ini adalah proyek terhebat. Aku mengakuinya. Bahkan pihak Israel bersedia membangun ruangan dengan tingkat keamanan paling ketat demi menjamin keberhasilan proyek manipulasi ini. Beberapa abad yang lalu, setelah pecahnya perang dunia ke-2. Einsten yang berhasil merancang nuklir sebagai senjata terkuat sekutu Amerika berhasil memenangkan pertarungan sengit dari UNI Soviet. Menjatuhkan kekuasaan Jepang dalam hitungan detik. Dan menjadikan Nuklir sebagai simbol kekuatan Maha Dahsyat diabad pertengahan bahkan dipertahankan sampai detik ini. Nuklir menjadi faktor utama untuk mengukur level pertahanan dan keamanan suatu negara. Namun, semua itu adalah pola pertahanan rendahan. Terlalu terbuka. Semenjak ditemukannya Bioteknologi modern. Pola pertahanan berubah. Negara-negara Adidaya bahkan sampai pada level negara yang menyandang gelar dengan negara maju berbohong-bondong merancang laboratorium dengan teknologi paling mutakhir.  Merangkul Ilmuwan-ilmuwan hebat sebagai tangan kanan dalam proses kemajuan Bioteknologi modern. Meneliti berbagai spesies tumbuhan yang memiliki kadar racun paling mematikan. Membuat proyek penggandaan tanaman secara beekesinambungan. Bahkan penemuan virus-virus baru menyertai SARS,HIV,dan Ebola dengan tujuan pengurangan populasi masyarakat dunia secara halus dan tidak kasat mata.
"Apa hal ini sudah tidak bis dibicarakan lagi,Ayah? Setidaknya ada negosiasi dengan pihak kedutaan. Atau jika sudah tidak bisa dinegosiasikan lagi, kita bisa menemui Perdana Menteri Palestina."
"Kau ingin Ayahmu disebut pengkhianat,Zayn? Sudahlah, sebaiknya kamu kau cari kegiatan lain yang lebih bermanfaat. Tidak usah membantu Ayah mencari solusi. Itu hanya akan menambah beban pikiranmu." Tugasku memberi peringatan pada anak lelaki itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 17, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MY DAD IS NOT TERORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang