SEPULUH

43 5 0
                                    


Sorry, Ini bukan update tapi cuman revisi karena update kemarin banyak typo hhehhhehehe😅




Aku Pulang ke rumah dengan pikiran takkaruan. Istriku nampak sibuk mengoceh di ruang utama. Memarahi Zayn yang entah berbuat apa lagi.
"Lihatlah,Zayn hampir melukai dirinya karena percobaan konyol yang sedang ia lakukan. Kau harus memarahinya Pa."
Istriku kini mengoceh kepadaku. Melaporkan perbuatan gila Zayn yang selalu berhasil membuatnya khawatir setengah mati. Aku hanya tersenyum singkat-melirik Zayn yang nampak cengingiran usil kepadaku. Anak itu benar-benar mewarisi otak Ilmuwanku.
"Biarkan anakmu berkembang, kau sebagai seorang Ibu seharusnya mendukungnya bukan memarahinya seperti itu."  Aku mendengar suara tepukan tangan Zayn ketika selesai berbicara. Anak itu sangat  suka mencari masalah dengan Ibunya.
"Tunggu saja,hari ini hanya aku dan Zierre yang boleh makan. Aku tidak akan memberi kalian berdua jatah makan malam."
Berkat tepukan tangan Zayn, Istriku benar-benar murka. Ibu dan anak itu memang tidak pernah akur dari dulu
"Istirahatlah, kau pasti kelelahan sudah diomeli panjang lebar"
"Tidak, ada yang ingin aku bicarakan dengan Ayah"
"Ayah lelah Zayn, nanti malam saja kita bicara"
"Aku ingin bicara sekarang ,Ayah"

Sepertinya Louis tidak benar-benar mengenal keluargaku, bukan hanya Zierre yang keras kepala di keluarga ini. Zayn dan Istriku bahkan lebih keras kepala dari Zierre. Dengan terpaksa aku duduk di sofa ruang utama. Menyimak apa yang ingin Zayn katakan.

" Yah,aku dan Zierre sudah melihat kontrak penelitian Ayah untuk proyek P76Z dan aku menemukan ada kejanggalan di kontrak Ayah"
Aku mengembuskan napas berat. Anak-anakku sangat luar biasa jika disangkutpautkan dengan hal-hal terkait investigasi. Percuma menyembunyikan dari mereka. Penalaran mereka sangat tajam persis seperti aku ketika remaja.

" Kau benar,Zayn. Penelitian Ayah ternyata dimanipulasi oleh pimpinan proyek P76Z. Maafkan kelalaian Ayahmu ini,Zayn."
Zayn nampak terdiam mendengarkan ucapanku. Tubuhku menegang. Aku tidak ingin Zayn salah paham denganku. Anak lelaki ku itu kini menatap tajam ke arahku.

Sekarang terserah kau,Zayn. Ingin berada di pihak Ayah atau berbalik membenci Ayah"
"Aku sebenarnya tidak terkejut dengan semua ini. Dari awal aku memang sudah merasa ada yang ganjal ketika Ayah menyuruhku menetap sementara disini. Aku mengerti keadaan Ayah saat ini. Ayah terjebak dalam kontrak itu bukan?"

Marvelous. Aku sungguh terharu dengan kebijaksanaan yang dimiliki anak lelaki ku itu.

"Tapi Ayah ingin kau merahasiakan ini dari Zierre. Jangan biarkan dia tahu kalau Ayah sedang kesulitan."
"Of course Ayah, Zayn Janji tidak akan memberi tahu Zierre tentang ini dan aku berjanji akan membantu Ayah mencari jalan keluar."

********

"Zierre wake up, kita sudah sampai"
" Dimana kita sekarang?" tanyaku yang masih dalam keadaan belum sadar sepenuhnya. Mataku menyisir keadaan di luar melalui kaca jendela. Rumah penduduk? Bangunan-bangunan berbentuk kubus berjejeran rapi di kanan dan kiri jalanan. Aku melirik Syadzi-mengangkat alis. Menanyakan lokasi tempat gadis Palestina itu membawaku.

"Rumah yang ada disamping kirimu adalah rumah ku,Zierre"Aku menengok ke arah kiriku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Rumah yang ada disamping kirimu adalah rumah ku,Zierre"
Aku menengok ke arah kiriku. Sebuah rumah dengan bentuk yang sama di wilayah ini. Biasa saja. Bahkan sangat tidak mencolok untuk rumah seorang pimpinan pasukan seperti fawwaz.

"Ibuku tadi jatuh pingsan,Zierre. Pimpinan pusat memberi tahuku ketika ketika perjalanan kita dari toko tadi.

" Aku tidak tahu keluargamu adalah orang berpengaruh di Palestina sampai pimpinan pusat yang harus turun langsung menghubungimu"
"Keluargaku tidak seistimewa itu,Zierre. Pimpinan pusat adalah sahabat karib Ayahku,jadi dia merasa bertanggung jawab atas keluarga ku ketika semenjak Abi meninggal." Tukas Syadzi kemudian menginterupsiku untuk turun dan masuk ke rumahnya.

" Tukas Syadzi kemudian menginterupsiku untuk turun dan masuk ke rumahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah keluarga Syadzi begitu sangat sederhana

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah keluarga Syadzi begitu sangat sederhana.Beberapa ruangannya hanya berlantai lapisan semen. Dinding-dinding rumahnya juga hanya didominasi oleh warna abu dan cokelat. Syadzi berlalu menuju kamar Ummunya. Aku memilih menunggu di ruang tamu. Melihat-lihat beberapa album foto masa kecil Syadzi bersama keluarganya. Keluarga yang bahagia. Itu adalah kesan pertamaku ketika membuka setiap lembaran kolase foto yang tadi Syadzi sodorkan. Ada ribuan kisah pada tiap-tiap lembarnya. Ketika Asyadzi dilahirkan,ketika Asyadzi belajar berbicara dan ketika Asyadzi mulai belajar berlari. Pertumbuhan Asyadzi benar-benar tergambar pada setiap foto di album ini. Keluarga Asyadzi adalah gambaran keluarga yang sempurna. Aku menutup album kolase masa kecil Asyadzi kemudian beralih ke album kedua. Milik Fawwaz. Aku tertawa geli membaca tulisan kakak lelaki Asyadzi yang masih sangat buruk. Mungkin itu tulisan ketika Ia masih duduk di bangku sekolah dasar. Kolase foto Fawwaz hampir sama dengan kokase foto milik Syadzi. Aku terus membuka lembaran demi lembaran yang menggambarkan kehidupan masa kecil lelaki itu. Sampai pada halaman terakhir. Tidak ada foto. Hanya beberapa bait puisi berbahasa inggris dengan nama maryam sebagai judulnya. Karena penasaran,aku membaca dengan hati-hati agar tidak ketahuan.

                 Maryam

Kau tersebut indah pada kalam-Nya
Bukti tiada wanita seistimewa dirimu
Miris,kehadiranmu adalah kontraversi
Menjadi pembeda antara islam dan yahudi...
Adikuasa pada putramu yang suci
Almasih....,gelar tersemat tanpa ragu
Menjadikanmu seorang maria yang agung...,
Menurut mereka;

Ketahuilah...

Ketegaran....
Kesucian....
Aqidah....
Kukagumi disetiap sisi muliamu
Dapatkah aku berharap....?
Punya pendamping dengan aqidah sehebat dirimu.

                                      27 November 2012
                                      Fawwaz Alfarizi

Aku sebenarnya tidak terlalu mengerti maksud puisi itu. Maryam? Maria? Aku tidak tahu siapa mereka,namun terlihat jelas Fawwaz sepertinya sangat mengagumi wanita itu.

"Siapa yang mengizinkanmu membuka album fotoku?"Fawwaz menatap tajam ke arahku. Aku kini seperti pencuri yang ketahuan oleh pemiliknya. Sangat memalukan. Terlebih lagi Fawwaz kini menatapku dari ujung kaki sampai ujung kepala dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak. Oh my God, situasi seperti ini membuat ku benar-benar frustasi.
"Aku tidak percaya belum cukup seminggu kau berteman dengan Asyadzi, gaya berpakaianmu sudah sangat mirip dengan gadis muslim pada umumnya."

Ohh shitttt, salahkan sifat mengalahku saat Syadzi memaksaku untuk mengenakan gaun ini.
"Kau ingin menjadi seorang muallaf,Nona?"
Fawwaz memberondongku dengan pertanyaan-pertanyaan menyudutkan. Muallaf? apa itu? Juru masak? Tukang kebun?.

MY DAD IS NOT TERORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang