"Waaah gede banget sekolahnya ren."
Somi melihat sekolah baru mereka dengan tatapan kagum.
Sementara Irene hanya mengangguk-ngangguk saja.
"Ayo ke ruang kepala sekolah." Irene menarik tangan Somi, tetapi Somi tetap diam dan membuat Irene yang tadinya sudah bergerak menjadi diam kembali.
"Kenapa?" tanya Irene.
"Emang lo tau ruang kepala sekolah dimana?"
"Oh iya, gw gak tau." Irene menepuk jidatnya.
"Eh tanya dia ayok!" sekarang Somi yang menarik tangan Irene.
"Mm... Permisi, boleh tanya gak? Ruang kepala sekolah dimana ya?" tanya Somi pada siswa yang sedang sendirian itu.
"Ruang kepala sekolah? Itu tuh disitu kan ada lorong nah lurus aja terus nanti ada pertigaan gitu lo ke kanan nah disitu ada ruang kepala sekolah." jelas siswa itu.
"Oh oke makasih ya. Ayok ren."
.....
Sekarang Irene dan Somi sudah berada di ruang kepala sekolah, dan saat mereka menanyakan dimana kelas mereka, kepala sekolah itu berkata kalau mereka tidak satu kelas.
Dan sekarang mereka sedang menunggu wali kelas mereka masing-masing datang.
Mereka menunggu di sofa yang ada di ruang kepala sekolah itu.
"Yahh ren, kita gak satu kelas." Somi menghela nafasnya dan mengerucutkan bibirnya.
Irene melihat ke arah Somi, lalu menabok mukanya.
"Muka lo udah jelek, gausah gitu, tambah jelek." Irene tertawa diakhir kalimat.
Tok
Tok
Tok"YA MASUK!" teriak kepala sekolah.
Dan seorang wanita sedikit paruh baya masuk ke dalam ruang kepala sekolah itu dan menunduk 90 derajat pada kepala sekolah.
"Permisi pak, murid saya yang mana ya pak?" wanita itu melihat ke arah Irene dan Somi secara bergantian.
"Yang ini bu Taeyeon." kepala sekolah itu menunjuk Irene.
"Oh baiklah, ayo nak kita ke kelas." bu Taeyeon mengisyaratkan Irene untuk ikut bersamanya.
"Baik bu." Irene berdiri lalu melambaikan tangannya pada Somi yang sedang memasang wajah masamnya.
"Gw duluan Som. Bye~"
"Bye~!" balas Somi mengerucutkan bibirnya.
.....
"Perkenalkan nama kamu." suruh bu Taeyeon pada Irene.
"Perkenalkan nama saya Bae Irene, semoga kita bisa berteman dengan baik." setelah itu Irene membukukkan badannya 90 derajat.
"Baiklah kamu boleh duduk disebelah Lee Nagyung. Nagyung angkat tangan kamu."
Setelahnya ada satu murid mengangkat tangannya.
Lalu Irene menuju meja Nagyung dan duduk disebelahnya.
Pelajaran dimulai seeprti biasa.
3 jam kemudian.
Triiiingg
TriiiinggBel istirahat berbunyi dan seluruh siswa/siswi langsung buru-buru pergi ke kantin untuk mengisi perut mereka.
Irene sedang membereskan bukunya dan hendak pergi ke kantin.
Tapi saat akan berdiri lengan Irene ditarik oleh Nagyung membuat Irene kembali terduduk.
Irene menatap Nagyung dengan tatapan bertanya.
"Kenapa?" tanya Irene.
"Istirahat bareng yuk!" ajak Nagyung.
Dikelas saat ini hanya tersisa mereka berdua, yang lain sudah pergi istirahat.
"Maaf, tapi gw gak bisa." setelahnya Irene melepaskan tangan Nagyung dengan pelan dan pergi keluar kelas.
"IRENE!!!"
Irene yang belum keluar kelas sepenuhnya pun membalikkan badannya karena merasa dirinya dipanggil.
"Kenapa Nagyung??" tanya Irene pada Nagyung yang berlari menghampirinya, lalu Nagyung menggenggam tangan Irene lagi.
"Ayo kita istirahat bareng. Lo kenapa si gak mau istirahat bareng gw?" Nagyung menarik tangan Irene.
Tetapi Irene tetap diam tidak bergerak.
Lalu Irene menghempaskan genggamannya dengan pelan tidak kasar.
"Gw istirahat bareng temen gw."
Setelah itu Irene langsung pergi dengan santai meninggalkan Nagyung yang sedang kesal.
"Temen doang juga!"
Lalu dia pergi dengan menghentak-hentakan kakinya.
~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Souls Because Of You | Bae Irene
Teen FictionTakdir yang telah membawaku pada kehidupan sekarang, jadi jangan menyalahkan sikapku sepenuhnya. Di kehidupan ini bukan hanya aku dan kau yang memainkannya, namun ada banyak pemain pendukung yang turut bermain. "Gw yang dulu dan sekarang jauh berbed...