Tapi saat akan pergi, Irene dan Somi berpapasan dengan gerombolan lelaki itu.
Tetapi tetap saja Irene tidak tau siapa mereka karena Irene berjalan dengan menundukan kepalanya.
Sementara Somi yang melihat salah satu dari mereka pun terkejut sampai melototkan matanya lebar.
Lalu dengan cepat ia menarik tangan Irene untuk segera pergi dari tempat itu.
.....
"Ada apa sih Som, kenapa tangan gw ditarik-tarik segala?" kata Irene kesal karena tangannya ditarik tiba-tiba oleh Somi.
"Eum.. Gapapa kok rene, cuman liat penampakan serem tadi di taman." bohong Somi sambil tersenyum tidak jelas.
"Aneh lu som, yaudah gw ke kelas dulu." kata Irene lalu pergi ke kelasnya meninggalkan Somi sendirian.
"Ren, nanti kita ke cafe biasa, gw mau ngomong." teriak Somi tanpa peduli bahwa saat ini dia menjadi pusat perhatian disana karena teriak dengan kencang.
Irene yang mendengar teriakan Somi hanya pun membatin dan menanggapi teriakan Somi dengan acungan jempol.
Pulang sekolah.
Di cafe xxxxxx.
Irene menunggu somi di cafe tempat Janjian mereka.
Mana sih tu orang?! batin Irene kesal.
Tak lama kemudian ada yang menepuk pundaknya.
"Ren? Lama ya? Maaf deh gw tadi pulang dulu, nyokap telpon, suruh anter ke tempat arisan." kata Somi tak enak seraya duduk di depan Irene.
"Pantes lama_-. Yaudah lu mau ngomong apa?" tanya Irene.
"Bentar, gw pesen dulu." kata Somi lalu berlari menjauh dari meja.
"Anjir nih anak untung sayang." umpat Irene yang dibalas cengiran oleh Somi yang belum jauh dari meja.
.....
Saat Somi balik ke meja, Irene menatapnya dengan tatapan penasaran.
"Buru Som, mau ngomong apa?" rengek Irene.
"Sabar kenapa sih! Pesenan nya aja belom dateng." Somi hanya menunggu pesananya sembari memainkan kukunya dan bersenandung ria.
"Huuuhh, gw dipesenin kan?" tanya Irene mengeluarkan ponselnya dan memainkannya.
"Hooh."
Irene hanya mengangguk-angguk seraya membuka aplikasi Insetagaram dan mengscroll-scroll gak jelas.
.....
Gak lama pesanan datang, bertepatan dengan bunyi nya lonceng pintu cafe yang menandakan ada seseorang yang masuk ke dalam cafe.
Tetapi Irene dan Somi tidak memedulikannya, mereka hanya fokus pada minuman mereka.
"Somi yang cantik nan imut, pesenannya udah dateng, lu mau ngomong apa?" tanya Irene menatap Somi yang sedang gelagapan.
"Gw harus mulai dari mana??" tanya Somi pada dirinya sendiri.
"Lah mana gw tau." jawab Irene yang dibalas tatapan tajam oleh Somi.
"Gw gak nanya sama lo kambing."
Irene hanya memutar bola matanya malas.
"Mau ngomong apasi?"
"Jadi gini— euhmm..." Somi menatap kaki nya bingung.
"Apaan??" sementara Irene sudah sangat tidak sabar dengan apa yang akan Somi katakan.
"Euhhh— emmm— gini loh, j-jadi—"
"Yang jelas gubluk." Irene menabok kepala Somi kesal.
"Ish! Sakit tau!" Somi mengerucutkan bibirnya seraya mengelus kepalanya.
"J-jadi gini, tapi lu jangan pasang muka jelek yak! Eh lu kan emang udah jelek:v Sama jangan ada niatan mau keluar dari sekolah." Somi memperingati Irene dengan serius.
"Sianjir gw gak jelek ya! Lagian emang kenapa sih? Cerita makanya cerita, Somiiii." geram Irene.
"Emmm—"
"Ah lama lo! Gw mau ke toilet dulu." Irene berdiri dari duduknya.
Tetapi saat akan jalan, Irene tidak sengaja kesandung kaki meja mengakibatkan tubuhnya kehilangan keseimbangan.
Alhasil Irene terjatuh ke meja sebelah.
"Awww! Anjir sakit huweee." rengek Irene.
Somi yang melihatnya hanya tertawa terbahak-bahak tanpa ada niatan untuk menolong sahabatnya itu.
"M-maaf ya—" perkataan Irene terhenti saat melihat siapa orang yang menduduki meja tersebut.
~~~~~
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Souls Because Of You | Bae Irene
Roman pour AdolescentsTakdir yang telah membawaku pada kehidupan sekarang, jadi jangan menyalahkan sikapku sepenuhnya. Di kehidupan ini bukan hanya aku dan kau yang memainkannya, namun ada banyak pemain pendukung yang turut bermain. "Gw yang dulu dan sekarang jauh berbed...