Keinginan Jeon Jungkook membangun keluarga bersama Song Seya selalu terhambat. Sulitnya mendapat jawaban dari sang kekasih dan beberapa rintangan mulai berdatangan menghujam kapal mereka. Mampukah mereka bersama sampai akhir atau apakah kapal mereka...
Pagi ini aku bangun sendirian tanpa melihat sosok Jungkook seperti yang semalam kulihat terakhir dia masih tidur di sampingku.
Bisa kurasakan kedua pipiku lembap karena menangis semalam.
Aku duduk terdiam di tengah ranjang. Merenung. Aku sangat menyesal karena telah berbohong padanya tapi aku hanya tidak ingin membuatnya khawatir. Ini bukan pembelaan diri. Jungkook mungkin akan marah dan cemburu kalau tahu aku menemui seorang pria, tidak masalah aku berteman dengan siapapun tapi dia paling tidak suka jika aku menemui pria yang baru kukenal.
Kutengok jam weker di atas nakas dan terkejut karena saat ini waktu menunjukan pukul sembilan pagi.
Aku terlambat.
Seharusnya hari ini aku pergi pukul tujuh pagi dan aku melewati satu mata kuliah.
Aku mencari ponselku.
"Dimana aku menyimpannya?" Tanyaku pada diri sendiri.
Seketika terlintas pikiran Jungkook yang melihat isi ponselku.
"Tidak-tidak." Aku menggeleng. Menepis pikiran itu.
Aku tertegun melihat sebuah pesan dari Kim Taehyung yang dikirim satu jam lalu.
[Seya-ya, sepertinya aku tidak bisa pergi ke butik besok, bisakah kau menemani kakakku menjajal gaunnya?]
Segera kubalas dengan pesan singkat.
[Aku akan melakukannya. Bisa kau kirimkan alamat butiknya?]
Setelah pesan terkirim segera kulompat dari ranjang dan pergi ke kamar mandi.
•••
Aku lapar.
Mata kuliah selanjutnya lima belas menit lagi dan aku harus menyelesaikan desainku sebelum Dosen Kim datang.
Kulihat ponselku yang bergetar.
[Aku akan pergi ke Pulau Jeju selama tiga hari. Segera kabarkan aku kalau kau sudah membaca pesan ini.]
Aku terkejut mendapat pesan dari Jungkook. Bagaimana tidak? Aku tahu kami sudah jarang bertemu bahkan dua bulan lamanya tapi Jungkook akan meninggalkan Kota Seoul, rasanya seperti ia pergi ke luar negeri.
[Kenapa kau baru memberitahuku tentang hal ini?]
Lalu aku melihat pesan yang terakhir kukirim untuk Taehyung dibawah pesan Jungkook.
kenapa dia tidak membalasnya?
Aku mencoba menelepon Kim Taehyung untuk menanyakan kembali perihal alamat butik.
"Yoboseyo?...ini dengan siapa?...saya temannya, bisa bicara dengannya sebentar?...rumah sakit?"
Aku terkejut setelah mendengar kabar dari seseorang yang mengaku sebagai sekretaris Kim Taehyung bahwa Taehyung sedang menjalani perawatan di Rumah Sakit.
•••
Sore ini setelah mata kuliah terakhir selesai aku bergegas pergi ke Rumah Sakit.
Mengabaikan perutku yang kosong sejak siang tadi.
Sesampainya di sana aku langsung menuju ruangan yang dihuni Taehyung. Tak sampai lima belas detik untuk sampai ke lantai lima, Buru-buru aku keluar dari lift dan mencari kamar VIP.
"Katanya kamarnya paling ujung."
Aku menyusuri lorong dan langkahku berhenti ketika melihat seorang wanita keluar dari pintu berwarna cokelat dari kejauhan sana.
Kuhampiri dirinya dan memberinya salam.
"Annyeong hasseyo!" Aku setengah membungkuk di hadapannya.
"Eo? Kau pasti temannya Presdir Kim, benar?"
Aku mengangguk, "iya."
"Untunglah kau datang di waktu yang tepat, pagi ini kantor sedikit kacau karena proyek ditunda sampai Presdir Kim pulih, hari ini aku harus menemui beberapa klien untuk menggantikannya, dan masih banyak berkas yang belum kuurus. Kau bisa menjaganya selagi aku tak ada?"
Tanpa berpikir lagi aku langsung mengiyakan permintaan wanita itu.
"Kalau boleh tahu, apa yang terjadi dengannya?" Akhirnya pertanyaan yang sejak tadi mengganggu pikiranku keluar juga dari mulutku.
"Sebenarnya Presdir Kim adalah orang yang anti dengan alkohol, dia tidak bisa 'minum" walau hanya sedikit, entah kenapa dia meminum minuman itu padahal dia tahu akibatnya."
•••
Aku membuka pintu di sampingku. Tatapanku dan Taehyung bertabrakan. Aku melihatnya yang lemah, sebagian punggungnya menyandar pada tiang ranjang. Hampir tak kukenali wajahnya, terlalu pucat.
Ingatan kemarin belum memudar. Kalaupun bisa mengulang waktu aku pasti akan berhenti memaksa Taehyung untuk minum whisky. kini rasa penyesalan menumpuk di ruang dadaku.
"Maaf wajahku tidak setampan yang kemarin kau lihat." Aku melihat senyum getir di bibirnya.
Taehyung menegakan punggungnya agar benar-benar duduk di ranjang.
"Aku tahu kau akan datang. Duduklah di sampingku." Katanya sambil menepuk ruang kosong di sisi kirinya.
Kutempatkan diriku menghadapnya. Ranjang ini terlalu besar untuk ditempati satu orang.
"Seharusnya aku tidak memaksamu untuk 'minum'. Salahku. Maafkan aku." Aku belum berani melihat wajahnya.
"Seya-ya." Dia memanggilku, tapi aku belum berani mengangkat kepala.
"Aku benar-benar menyesal, beritahu aku bagaimana caranya untuk menebus kesalahanku."
Aku terkejut saat Taehyung menyentuh kedua pipiku, mengangkatnya hingga wajah kami bertemu. Tak kusangka Taehyung akan melakukan hal seberani ini padaku.
Selama beberapa detik Taehyung hanya menatapku sampai dia mengatakan sesuatu yang membuat tubuhku membeku.
"Jadi pacarku selama seminggu."
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.