Happy Reading
_
"Menghiburmu, mungkin sebuah keharusan"
Tulisan dipapan tulis membuat gadis dengan aksesoris mungil berwarna biru langit di rambutnya merasa akan sakit kepala. Pembagian kelompok selalu menempatkan namanya berdampingan dengan Angkasa."Kita sekelompok, tapi kamu masih santai tertidur," gerutu Reina pada pria yang duduk tepat di belakangnya dengan earphone di telinganya. Sehingga, dia yakin Angkasa tidak mendengar ucapannya.
"Aku tidak sepintar itu untuk mengerjakan tugas sendiri," keluhnya lagi lalu menidurkan kepalanya di atas meja.
Ting
Clara
Mau ikut gak? Hari ini Kak Lucas tanding basket lagi.Reina
Gak tertarik
Clara
Angkasa juga sepertinya ikut di timnya kak Lucas. Karena dia sudah jadi siswa SMA Merdeka.
"Kamu menyebalkan. Bisa bisanya ikut pertandingan tapi tidak mengerjakan tugas kelompok," ucap Reina lagi.
Kini para siswa yang telah mengemas barang dan tasnya meninggalkan kelas. Yang tersisa hanya Reina dan Angkasa.Perasaan yang Reina tidak pahami ketika dia berada di dekat pria itu. Cahaya matahari menyinari wajah orang yang tertidur. Gadis itu melindungi cahaya dengan tangan mungilnya.
Angkasa terbangun membuat gadis itu segera berbalik ke tempatnya. Bertingkah seolah tidak melakukan apapun.
Pria itu tanpa sepatah kata mengambil tas lalu pergi meninggalkannya sendiri.
***
Kemeja biru langit dan celana jeans serta perlengkapan kamera ditangannya membuat Clara heran menatap gadis yang berdiri di sampingnya.
"Apakah kamu sakit. Kamu selalu menolak ajakan ku. Tapi saat ini kamu ada di sampingku. Apakah aku mimpi?"
"Lebay, aku cuma lagi kesal sama Angkasa."
"Jika kamu kesal. Mengapa kamu datang memotretnya,"
"Itu karena dia lebih sulit di temukan dibandingkan Kak Lucas,"
Kemampuan bermain Angkasa sebenarnya tidak setara dengan lawannya. Hanya saja lagi lagi, Angkasa berganti pemain lagi ditengah permainan.
Namun, salah satu foto yang diambil olehnya. Angkasa tampak sadar kamera dan menatapnya. Dia merasa terkejut namu mungkin itu hanya kebetulan.
"Mau kemana? Permainan belum selesai"
"Pulanglah. Permainan selesai saat Angkasa sudah tidak bermain lagi. Tidak seru,"
Namun saat itu Reina berjalan menuju ke lantai paling atas.
"Hajar dia," Reina melihat senior nakal sedang memalak siswa kelas 10.
Namun hanya ketika Angkasa melewati lorong kecil menuju kelas. Anak itu langsung meninggalkan pria yang sedang di bully.
Angkasa lebih dulu tiba di root of padahal dia lebih awal ingin naik ke atas.
"Jangan mendekatiku,"
"Kamu bicara padaku?" tanya Reina sambil menoleh kiri kanan. Memang hanya ada dia dan Angkasa.
Reina berpikir bahwa tidak ada harapan pada perasaannya. Dia di tolak sebelum dia menyadari apakah benar dia menyukai pria dihadapannya itu
"Ah baiklah," jawab Reina.
"Aku tahu kamu mau mendekatiku karena kamu menyukai kak Lucas,"
"Iya, hah?" Reina sadar bahwa Angkasa salah paham. "
"Bukan, aku tidak mendekatimu karena aku menyukai kak Lucas. Mungkin kamu mendengar rumor yang palsu itu."
Tanpa berkata apapun lagi Angkasa pergi dengan wajah acuh.
"Tunggu, aku mendekati mu," ucap Reina yang sebenarnya ingin mengungkapkan perasaannya. Angkasa menghentikan langkahnya.
"Maksudku, kamu mungkin tidak mengenalku tapi kita sekelas dan juga sekelompok. Tapi kamu tidak pernah mengerjakan tugas. Jadi kupikir kamu sangat tertutup jadi aku harus mendekati. Mungkin saja kamu tidak menyukaiku. Tapi bukankah kamu harus membantuku mengerjakan tugas," jelas Reina panjang kali lebar.
Pria itu pergi mengabaikan Reina. Gadis itu merasa kesal dan mendengarkan musik lagi.
To be continued
➡➡
_________________________________________
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BAGIAN INIDON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT
Hai Readers...
Ini cerita pertama aku jadi maaf ya bila banyak typo bertebaran dan kritik juga boleh☺Salam kenal
By. Indah
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Potrait
RomanceKisah ini diawali dari seorang gadis bernama Reina yang bersikap dingin setelah berakhir persahabatannya dengan teman masa kecilnya. Dan setelah Ibu dan ayahnya berpisah. Ia menutup diri dan tak ada keinginan untuk berteman lagi. Pada masa sulitnya...