8

25 11 0
                                    

Happy Reading

📁📁📁

-

"Bertingkah diam selagi tak ada yang peduli"

          Mungkinkah ia lelah?

          Mungkin tidak. Reina yang setiap malam mengerjakan tugas itu sudah biasa berlama-lama di depan meja belajarnya.

          Hal yang paling ia sukai yaitu belajar dengan suasana hening. Namun, suasana itu tak bertahan lama.

          Ia merasa sangat terganggu dengan volume musik yang di putar berasal dari kamar kakaknya.

          Diletakkannya pulpen itu lalu menuju kamar kakaknya.

          Ketika hendak mengetuk pintu, ia  melihat peringatan yang tertempel di pintu itu.

          "Apa ini?" Ucap Reina heran.

          "Dilarang mengetuk pintu. Lagi patah hati" baca Reina. Ia benar-benar terlihat kesulitan mengatasi itu.

           "Kak Reza kenapa lagi? Dia sangat menyebalkan. Ah masa bodoh" tanpa berpikir panjang Reina hendak membuka pintu namun dikunci.

            "Sepertinya dia baru saja putus dengan pacar" kata Gita yang baru saja lewat lalu duduk di sofa.

            "Itu berlebihan. Mengapa dia bertingkah seperti itu?" Tanya Reina.

            "Mungkin mantan pacarnya sangat cantik" tebak Gita.

            "Apapun itu. Mengapa ia bertindak seakan tak ada cewek yang lain. Dan yang aku tahu banyak yang menyukai wajahnya" gerutu Reina kesal. Dan dalam suasana apapun itu ia tak pernah ingin mengakui bahwa kakaknya sangat tampan. Baginya wajahnya bertolak belakang dengan sikap asli kakaknya.

            Tak ingin menyerah Reina mengambil jalan lain yaitu mengirimi kakaknya pesan.

            "Kak. Kecilkan volemenya. Aku sedang belajar" Ketik Reina.

            "Tidak mau" balasan pesan Reza.

            Lalu Reina hanya mengirimi emot marah.

            Reina terlihat sangat kesal. Karena Kakaknya itu hanya membaca chatnya.

            "Aku tak bisa diam di rumah lagi" kata Reina yang terlihat serius.

           "Kau mau kabur?" Tanya Gita.

           "Tidak. Aku ingin ke toko sebentar. Orang itu membuat kepalaku sakit" kata Reina.

           "Boleh nitip?"

           "Nggak"

           "Aku yang traktir"

           "Oke" jawab langsung Reina.

           Gita memberinya selembar kertas kecil yang berisikan barang yang akan dibelinya. Dan sisa uang itu untuknya.

           "Kau kira aku bodoh?" protes Reina.

           "Apa?"

          "Kau memberiku selembar uang merah dan semua total dari barang belanjaanmu kau hanya menyisakanku selembar uang dua ribu rupiah saja" omel Reina yang tak terima.

           "Belikan saja. Dia kakakmu dan kau seharusnya tak minta upah" tegur ibu.

            Reina langsung menurut. Gita tersenyum kemenangan dan itu membuatnya bertambah kesal.

            Sepanjang jalan Reina tak berhenti mengomel hingga tiba juga dia di toko.

            Setelah mendapat semua yang ingin dibelinya ia segera ke kasir.

           "Kau tak bersama Gita lagi?" Tanya kasir itu.

           "Dia sudah terkenal jadi aku yang membelikannya" kata Reina.

           "Kau tampak tak menyukainya" kata kasir itu yang sedang menghitung jumlah yang harus Reina bayar.

          "Sangat tak suka. Dia orang yang sangat merepotkan" jelas Reina.

          Ia diberi dua kantongan yang berbeda. Yaitu miliknya dan milik Gita. Lalu memberi kasir itu memberinya sisa dari uang yang beri Gita. Sesuai dengan tebakannya.

          "Aku beli ini" kata Reina yang memegang sosis. Dan tak mengambil uang kembaliannya itu.

         Dan saat hendak pergi. Lucas datang juga ke toko itu. Reina terlihat terkejut.

         "Apa kau tak ingin pulang?" Tanya kasir itu.

         "Sst. Aku akan pulang nanti"

         "Dia cowok yang tampan" kata kasir itu.

          "Kau taksir padanya?" Tanya Reina pada kasir wanita yang sudah berumur 30 tahun.

          "Bocah bodoh. Kau yang taksir padanya" kata kasir Itu dengan nada tinggi.

          "Pelankan suaramu. Malam ini sudah tiga orang yang membuat kepalaku jadi pusing" bisik Reina yang khawatir Lucas mendengarnya.

           "Aish" Reina lalu keluar dari toko itu.

           "Sepertinya beban hidupnya semakin bertambah seiringan dengan umurnya"

           Lucas tak butuh waktu lama untuk membeli sesuatu. Ia hanya membeli satu bungkus mie lalu membayarnya segera.

           Namun saat keluar dari toko itu ia melihat Reina yang masih ada di depan tokoh itu dan bermain dengan seekor kucing.

          "Luna, apa kau lapar. Aku membeli sosis dan sekarang sosis ini untukmu" kata Reina pada kucing itu sambil membelainya dan memberi kucing itu makanan. Lucas tampak memperhatikan.

          "Tak ada seorang pun yang merawatmu. Andai saja kak Reza dan kak Gita nggak alergi pada kucing. Aku pasti bisa merawatmu" kata Reina terlihat sedih.

           Lalu ia pergi meninggalkan kucing manis berbulu halus dan putih itu.

          Namun setelah beberapa saat Lucas menggendong kucing itu dan membawanya pergi. Kasir toko itu melihat Lucas membawa kucing itu.

         

To be continued
➡➡
_________________________________________
TERIMA KASIH TELAH MEMBACA BAGIAN INI

DON'T FORGET TO VOTE AND COMMENT

Hai Readers...
Ini cerita pertama aku jadi maaf ya bila banyak typo bertebaran dan kritik dan saran juga boleh. 😁😀

SAMPAI JUMPA
Love you all

Salam kenal

By. Indah

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 02, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Special Potrait Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang