🍀Happy Reading🍀
📖📖📖
-
"Sudah kubilang, aku tidak mau ikut, Clara," teriak gadis kecil, berambut pendek dengan seragam putih dan rok biru napi.
"Reina, ini kesempatan emas. Kita tidak boleh melewatkannya," ucap sahabatnya sambil menarik lengannya berdiri dibarisan penonton. Final pertandingan basket di lapangan olahraga SMA Merdeka dipenuhi teriakan penonton.
Festival meriah di SMA Merdeka yang dapat disaksikan secara umum sekaligus pengenalan Sekolah Menengah Atas bagi siswa dan siswi SMP yang ingin melanjutkan pendidikannya.
Mau tidak mau, Reina menaikkan kameranya, mengatur otomatis hingga hasil potretnya terlihat alami.
"Siapa yang harus ku potret?" tanya Reina sedikit tidak ikhlas dengan pemaksaan yang dilakukan sahabatnya itu.
"Lucas, Lucas."
Teriakan seluruh penonton, serta banner besar bertuliskan dengan nama Lucas. Sontak membuat penonton berdiri setelah pria yang sorakan namanya sedari tadi membuat heboh itu berhasil memasukkan bola ke ring.
"Itu dia, Kak Lucas, dia sangat terkenal. Kamu tidak mengenalnya?" Reina menggelengkan kepalanya melihat pria yang ditunjukkan oleh Clara.
"Kamu sangat keterlaluan. Siapa yang tidak kenal Kak Lucas? Dia tampan, penyanyi di usia muda, Ketua basket, sering memenangkan juara tingkat pertama, ketua OSIS SMA Merdeka," jelas Clara dengan semangat menatap wajah Reina yang tidak terlihat peduli.
"Apa pentingnya jika aku mengenalnya?"
"Capek jelasin ke kamu. Reina, bukannya kita akan lanjut SMA disini? Jadi, kita harus mengenal tokoh penting sekolah ini."
Reina, heran melihat tingkah sahabatnya yang begitu antusias dengan pengetahuannya yang luas tentang pria-pria itu. Yang katanya penyanyi favoritnya.
Jika saja itu member K-Pop favoritnya, mungkin dia juga akan lebih heboh dari Clara.
"Kamu potret siapa?"
"Key dan Dion," jawab Clara singkat.
"Key? Dion? Siapa lagi itu?" Reina tidak berhenti merengek, sepertinya dia suka mengganggu kefokusan seseorang di sampingnya yang mengikuti gerak kemanapun Key mengoper bola.
"Key dan Dion, itu teman kecilnya Lucas, dia juga tidak kalah tampan. Keahlian gitarnya Key juga cukup keren. Dion sudah punya pacar jadi aku tidak mengambil banyak fotonya," jelasnya santai tanpa berhenti memotret.
"Kenapa aku harus memotret Lucas. Bukannya Key atau Dion?"
"Aduh," teriak Reina setelah kepalanya dijitak oleh gadis di sebelahnya.
"Banyak tanya banget sih. Kalau hasil potretnya Lucas jelek karena aku. Yang dihujat pasti aku. Terlebih penggemarnya sangat seram,"
"Curang ya kamu," ucap Reina sambil membalas jitakan Clara. Gadis yang mengelus kepalanya hanya bisa cengengesan.
"Itu tantangan Reina, maka dari itu. Potret sekeren mungkin. Karena keahlianmu lebih baik daripada aku."
Meski, sedari tadi dia hanya sibuk bertanya pada Clara. Ketika, memulai memotret. Reina tampak lebih fokus. Mulai dari cara pengambilan angle, dan memegang kamera. Tidak diperlukan kamera mahal. Namun, keahliannya juga tidak diragukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Special Potrait
RomanceKisah ini diawali dari seorang gadis bernama Reina yang bersikap dingin setelah berakhir persahabatannya dengan teman masa kecilnya. Dan setelah Ibu dan ayahnya berpisah. Ia menutup diri dan tak ada keinginan untuk berteman lagi. Pada masa sulitnya...