"Jisung dimana?" Gumam Chenle melirik kesekitar kampus."Yak! Chenle..!"
Panggil seseorang menghampirinya, Lami."Ada apa?"
Sahut Chenle tak berfokus dengan lawan bicaranya."Gue mau nitip salam ke Jisung..
Lo mau kan?""Ha?
Nitip salam?
Emang kenapa?""Lah kok nanya balik!"
"A apa?!?"
Chenle kini fokus untuk mendengarkan Lami."Dia pindah ke Chicago sama pamannya! Lu gimana sih! Temen deket sendiri kok gak tau.."
Lami berlagak kesal."Oh yaudah lu mau nitip apa?"
"Emm..
Kasi aja gue nomor hpnya nanti.Oh iya ditungguin ama cewek lu tuh di rooftop! Da.."
-
Chenle bernafas lega!
'Jisung berhenti..' Batin Chenle menyunggingkan senyum.
Chenle senang?
I don't think so..
Chenle memeriksa hpnya kembali.
Jisung benar-benar pergi,
tanpa meninggalkan kabar.-
Rooftop..Seorang wanita sedang menunggu Chenle disana.
Seharusnya Chenle yang berada diposisi wanita itu, untuk menunggu kedatangan Jisung.
Hari ini akan menjadi hari terakhir Chenle berada dirooftop ini..
Jisung telah pergi..
Untuk apa lagi?"Ningning-ah aku minta maaf..
Kurasa sebaiknya kita berhenti disini.
Aku takut aku tidak benar-benar menyukaimu..."
Helaan nafas berat seorang Ningning berhasil lolos..
Ia tau Chenle tidak pernah serius akan hubungan mereka sejak awal.
Disanalah hubungan Chenle dan Ningning berakhir..
.~PJS~
Sung!
Pergi kok ga bilang-bilang!Hehe..
Maaf Le.
Paman gue ngepung.Yaelah..
Seneng" y lo disana!Pasti Le :)
*Bohong!
Jisung nangis..
Ia tak sanggup berpisah secara langsung dengan Chenle.
Itu berat.
Sementara Chenle terlihat begitu senang.
Jemarinya menggila.
Menyapu layar hpnya terus-menerus naik turun.
Membaca pesan itu berulang-ulang kali.
Sampai matanya terasa perih,
Pesan singkat itu seolah memeras cairan pada pelupuk mata Chenle.
Mereka berakting dengan sangat baik hari itu..
#
"Sudahlah ayah!
Jangan memaksaku!
Aku akan siap pada waktunya!"
Mereka terdiam."Ayah tau kau menyukai pemuda itu..
Maafkan ayah..
Ayah tidak ingin kau berakhir seperti Taeyong!" -Jaehyun
"Aku tidak sepertinya ayah!
Aku kuat!!"Jaehyun, ayah Chenle dan Taeyong anggaplah ibunya dalam bentuk ayah.
Ia meninggal setelah melahirkan Chenle.
Jaehyun trauma akan kejadian itu.
Ayahnya sering mengkait-kaitkan kematian Taeyong dengan 'hubungan sesama jenis.'
Jaehyun tak ingin hal yang sama terjadi pada anak satu-satunya.
Benar atau tidaknya,
Jaehyun sadar bahwa anaknya ini memang jauh lebih kuat.
Chenle tidak lemah fisik.
Namun batinnya terlalu rapuh.
"Ayah menyerah..
Ambillah keputusanmu sendiri nak, selama kau bahagia..
Ayah mendukungmu."
Jaehyun masih saja ragu.Chenle menatap ayahnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Kenapa baru sekarang ayah?..
Kau terlambat!"
Kemudian meninggalkan ayahnya yang bersimpuh ditanah sepi meratap lurus dan kosong.
Jaehyun merasa sangat bersalah.
Ini sudah bukan awal lagi Jaehyun..
Khawatirmu itu sia-sia..
.
'Maaf karena semua ini,
Tak membahagiakan sama sekali"
{...Cukup membencinya, diam dan menyesali...}
KAMU SEDANG MEMBACA
'Segala Maafku..'
Teen Fiction~Hanya tentang perasaan~ . ChenJi short fiction story.. BXB . Jangan jiplak tolong~~ Jangan lupa meninggalkan☆ jua.