I love you so bad..

507 53 5
                                    


'Apa yang tadi kulakukan?
Dia Jisung sahabatku!



Aku harus mencarinya.
Aku tak boleh sampai terlambat lagi..'

Chenle mengusap air matanya..

Membuka pintu itu kembali,

Jisung telah pergi.




Apakah Chenle harus menangis lagi karena Jisung sudah pergi?

Tidak!



Chenle segera melangkahkan kakinya keluar rumah..

'Chenle ya..'

Chenle mendengar lirihan Jisung.

Dia duduk di sebuah bangku putih cukup jauh di depan rumahnya.

Ternyata cuaca bersalju.

Tapi mengapa Chenle tidak merasakan hawa dinginnya?

Lupakan..

Chenle segera berlari kearah Jisung.

















"Jisung-ah! Maaf!"

Ucap Chenle seolah tak ada waktu lagi untuknya.

"Ah Chenle?"
Jisung tersenyum melihat Chenle menghampirinya, lalu duduk disampingnya.


"Jisung-ah maafkan aku selama ini..

Aku menyukaimu Jisung-ah.

Mungkin kau tidak memendam perasaan lagi padaku..

Tapi aku benar-benar mencintaimu Park Jisung..

Aku menulis semua maafku di catatanku selama ini! Mungkin itu masih kurang..
Kuharap kau mau memaafkan sifat munafikku ini.

Kau akan menikah bukan?
Selamat Jisung-ah.
Semoga kau bahagia..

Sini undangannya.. aku akan datang!"

Jisung membungkam mulut Chenle dengan bibirnya..




Melumatnya dalam..

Mereka menyalurkan semuanya di dalam ciuman itu..

Air mata tak henti-hentinya membasuh wajah Chenle.












"Aku masih mencintaimu Chenle..
Aku kesini bukan untuk memberikan undangan ini"
Jisung meremas kartu undangan pernikahannya kemudiam melemparnya sembarangan.

Chenle menatap Jisung dengan mulut terkatup, Chenle sedang berada di zona kasmaran.












"Aku kesini untuk melamarmu yang terakhir kalinya.."

Jisung meraih telapak tangan Chenle..





"Dingin sekali..

Maukah kau menerimaku??"
Ucap Jisung tuluss.





Ternyata Chenle tidak terlambat sepenuhnya.


Bibir Chenle bergetar sulit untuk berucap..




Manik mata Chenle tak sanggup untuk sekedar menatap Jisung balik.

Kemudian ia mengeratkan pegangan tangan Jisung dengan menumpukkan lagi kedua tangannya disana.


Sangat erat.

Chenle menunjukan senyum yang terindahnya kepada Jisung.

Pemandangan langka..
Jisung.
















"Maaf.."



"Aku tidak bisa Jisung-ah..."
Chenle menarik nafas dalam-dalam yang terus saja membuat suaranya terdengar pilu.





"...Jalani hidupmu sekarang sebaik mungkin.


Berbahagialah selama aku pergi..

Dan tolong ingat diriku baik-baik Jisung--"

"-Ingatlah wajahku..

Jangan mengingat perbuatan burukku.."

"--kemudian








Jadilah pasanganku--





-di kehidupan kita selanjutnya.."








Diam..
Hanya terdengar suara isakkan dari keduanya..

Jisung menatap wajah Chenle yang berusaha terlihat bahagia tersenyum kepadannya di sela-sela airmatanya yang tak kunjung henti.



Perasaan mereka kini saling terbalaskan..


















Perlahan tubuh Chenle menghilang dari genggaman Jisung..


Jisung menggeleng lemah, ia ingin lebih lama bersama Chenle..





Tapi mengapa harus berakhir sekarang juga?!!



Mencoba memegang erat tangan Chenle yang perlahan terasa seperti angin.




Dalam hati Jisung berkata "Jangan pergi!' Tapi ia harus menerimanya bagaimanapun.

"Berjanjilah untuk menungguku disana Chenle ya.."
Ucap Jisung pilu kepada tubuh Chenle yang telah pudar







Meskipun terlihat sedikit, Jisung dapat melihat wajah Chenle mengangguk.


Mereka berusaha memberikan senyum untuk terakhir kalinya.

Kemudian Chenle lenyap.

Selamanya.

#





'Maafkan aku.. karena tak bisa mengatakannya dari awal.."

{..gila jika bisa menebak kapan cinta akan bertemu, tuhan pasti akan menemukan kedua cinta ini dikemudian hari...}

'Segala Maafku..'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang