Langit cerah di kota Seoul adalah yang selalu aku nantikan setiap harinya. Matahari yang selalu menampakkan diri dengan berani dan bunga-bunga yang bermekaran cantik di sepanjang jalan selalu membuatku semakin bersemangat untuk bekerja. Aku bekerja di salah satu travel agent yang cukup besar di kawasan Gangnam. Kawasan metropolitan yang bisa dibilang tidak pernah tidur, selalu ramai dan cukup menyenangkan untuk pekerja sepertiku.
Drrrttt... drrrttt... drrrttt...
Ponselku bergetar dan dapat kudengar suara wanita yang sudah bisa ku tebak itu siapa."Ara cepat turun! kenapa kau lama sekali sih? Aku tidak mau telat datang ke kantor hanya karena menunggumu berdandan."
"Ya aku akan turun sesegera mungkin" ucapku seraya memoleskan bedak tabur ke wajahku.
Terkadang aku kesal kenapa aku memiliki sahabat cerewet sepertinya namun sebenarnya dialah satu-satunya orang yang paling mengerti diriku.
Namanya Bomi, dia sahabatku.
Ia selalu datang menjemputku untuk berangkat ke kantor bersama, dia bilang merepotkan memang harus menjemputku terlebih dahulu. Namun aku tidak dibiarkan untuk naik angkutan umum alasannya karena dia khawatir apabila aku tidak pulang ke rumah dengan selamat."Eomma akan memotong uang sakuku apabila dia tahu bahwa putri kesayangannya berdesakan naik bus ataupun kereta"
"Ayo lah, apa salahnya jika aku sesekali naik kereta ataupun bus? Aku tidak akan diculik ataupun hilang. Berhentilah cerewet seperti Eomma. Kalau begini saja, baru kau menyalahkanku" jawabku usil saat duduk di atas kursi mobil Chevrolet yang empuk ini.
"Apa kau lupa bahwa aku sebatang kara? Jika aku tidak diajak Eomma ke rumah mungkin aku sudah jadi gelandangan sekarang" ia bergumam dengan mata yang nyaris berkaca-kaca.
Aku menyeka air mata Bomi yang hampir saja jatuh."Baiklah, jangan menangis. Kau yang terbaik!" ia melempar senyum padaku.
Aku dan Bomi berteman saat usiaku 6 tahun, ketika aku pulang sekolah Eomma bilang bahwa aku akan punya teman baru, namanya Bomi. Eomma menceritakan padaku bahwa ia menemukan Bomi sedang menangis di ujung jalan. Saat ditanya pun ia hanya menangis, Eomma memutuskan untuk membawa Bomi pulang dan merawatnya dan sejak saat itu aku menjadi temannya. Seiring berjalannya waktu, kami tumbuh dewasa bersama dengan kasih sayang Eomma dan Appa.
Ia adalah sahabat yang sudah aku anggap seperti saudaraku sendiri. Hingga detik ini, kami tidak tahu siapa orang tua Bomi atau dimana ia tinggal. Dan Bomi pun selalu bungkam akan hal itu, maka kami tidak pernah menanyakannya kembali. Kami tidak tinggal dengan Eomma atau Appa. Rumah kami di Daegu, cukup memakan waktu apabila harus pulang pergi Seoul-Daegu. Itulah alasannya mengapa kami tinggal di apartemen.
Ah ya, kami tidak satu apartemen. Hanya beda beberapa gang antara apartemenku dengan apartemennya.
************************************
Setibanya di kantor, sekretaris Tuan Nam memanggilku. Biar ku jelaskan, Tuan Nam adalah pemilik perusahaan di tempatku bekerja.
"Maaf Nona Ara, setelah jam makan siang. Tuan ingin bertemu denganmu."
Apa yang terjadi? Apakah aku membuat kesalahan? Sepertinya tidak, batinku. Kemudian dari arah ruang rapat, Bomi seperti mengisyaratkan sesuatu. Aku yakin seekor semut pun tidak akan bisa mendengar kata yang dimaksud olehnya.
"Aku akan mengingatkan kembali 15 menit sebelumnya, pastikan Nona membawa materi untuk perjalanan Nona pekan depan."
"Baik akan aku siapkan. Terima kasih" jawabku singkat.
Setelah percakapanku selesai, aku kembali menghampiri Bomi.
"Kau tadi berbicara apa? Memangnya aku cenayang yang bisa membaca gerak gerik wajahmu?""Ya! Apa kau tidak dengar? Kau tuli atau bagaimana sih?"
Jika seperti ini rasanya aku ingin berendam di es Kutub Utara saja agar pikiranku ini kembali normal.
"Bomi, jika aku berhasil menerawang apakah kau tadi mengucapkan kata Nam... Jimin?" jawabku seolah-olah berpikir yang bahkan aku sendiri tidak tahu benar atau tidak yang sedang aku pikirkan.
"Iya, putra tunggal Tuan Nam yang akan kita siapkan perjalanan bisnisnya pekan depan. Dan kau yang bertanggung jawab atas kenyamanan beliau selama liburan. Ku mohon jangan mengecewakan team kita."
"Apakah kau meragukanku Bomi? Aku ahlinya di bidang ini. Jadi ada berapa orang yang akan ikut serta dalam tur kali ini?" ujarku kembali seraya bercermin melihat wajah cantikku di pantulan cermin kecil. Tidak ada jawaban dari Bomi, hanya suara telepon kantor berdering yang ku dengar.
Triiing... Triiing...
"Aku harus mengangkat telepon ini, kita lanjutkan nanti" gumam Bomi sekenanya.
Samar-samar aku mendengar kalimat yang diucapkan Bomi, itu membuatku penasaran. Diam-diam aku mengandalkan indra pendengaranku.
"Yes, the reservation under name Mr Jimin. VVIP client from our company and we request room number 1013....."
***********************************
Jam makan siang pun tiba, aku memilih untuk memakan bekal yang aku siapkan tadi sebelum berangkat. Tentunya aku juga menyiapkan untuk sahabatku itu. Satu sendok nasi baru saja aku suap ke dalam mulutku.
"Ara, mungkin ini akan menyulitkanmu tapi aku yakin kau bisa menghadapinya. Putra Tuan Nam agak rewel."
Aku tidak mengerti mengapa Bomi tiba-tiba berkata demikian, aku hanya mengangguk dan lanjut menyantap makan siangku.
"Visamu sudah selesai, Tuan Jimin juga. Menyedihkan sekali di perjalanan kali ini aku tidak ikut bersamamu. Aku harap semuanya akan lancar. Kau kan Tour Leader hebat" imbuhnya.
"Tenanglah, aku akan sering meneleponmu" jawabku sebelum hendak meminum jus apel pemberian Bomi.
Akhir-akhir ini aku memang jarang memakan buah, jadi Bomi membawakanku jus agar asupan buah-buahanku terpenuhi. Sangat perhatian tapi terkadang menjengkelkan, itulah dirinya.
30 menit berlalu, aku dan Bomi sudah kembali ke ruangan kami. Kami harus kembali bekerja dan waktu adalah uang bukan? Saat aku ingin merapikan perlengkapan untuk perjalananku, tiba-tiba sekretaris Tuan Nam menhampiriku."Nona Ara, kau dipanggil Tuan Nam ke ruangannya sekarang"
Aku tersenyum seraya mengangguk mengiyakan instruksinya.
Ah ya jika kau penasaran dengan nama sekretaris Tuan Nam, namanya adalah Hyena. Dia 2 tahun lebih muda dariku. Pembawaannya yang tegas membuat ia menjadi sekretaris yang cukup bisa diandalkan oleh Tuan Nam.
halo semua!
aku mau kasi tau kalau ini ff pertama yang aku bikin, semoga kalian bisa menikmati tulisanku.
aku juga sangat menantikan komen atau mungkin saran dari kalian.
jangan lupa share, comment dan vote cerita ini ya. btw salam kenal dari aku and see you on next chapter 🖤
YOU ARE READING
SAUVEUR
Fanfiction"Wanita seperti apakah diriku?" "Haruskah aku bersamanya?" Itulah pertanyaan yang selalu muncul di dalam kepala seorang Lee Ara. Seorang gadis, yang selalu memikirkan segala sesuatunya dengan matang dan hati-hati. Namun segalanya berubah ketika ia d...